Happy Reading!
"Bagaimana? Lo udah dapet info dari mereka?"
Sambungan telepon berlangsung. Laki laki berjas hitam dengan seringaian mengerikan, tangannya sedang bermain pisau di gedung yang menjadi tempatnya berdiam.
"Udah! Dan gue yakin mereka bakal ke sini tapi gue minta lo buat mancing mereka kesini."
"Tenang, semuanya aman! Gue bakal hubungin lo lagi kalo semuanya beres," katanya dengan menaruh pisau itu di atas meja.
"Siap!"
Tut!
Sambungan telepon langsung di matikan sepihak olehnya, kini dia menatap foto bingkai yang terpajang di depan nya dia berdiri, keluarga yang harmonis harus berakhir karena pembunuhan secara berencana.
"Papah nggak usah khawatir, semuanya akan beres jika mereka juga harus mendapatkan pembalasan setimpal dengan ini semua."
Ruangan yang sepi dengan bercak darah dari sepatunya membuat karpet nya ternodai dengan darah itu. Helaan nafas terdengar kini matanya menatap arah atap kamarnya yang bercat putih dengan penerangan lampu.
"Apakah ini yang di namakan teman menjadi musuh? Sama seperti api, kecil menjadi kawan besar menjadi lawan."
Tangannya yang kini langsung memegang benda pipih yang sempat ia tinggalkan, akhirnya dia mulai melakukan aksinya untuk membuat targetnya semakin gencar datang ke tempat perangkapnya.
"Sampai bertemu di neraka."
☠︎☠︎☠︎
Saat ini tujuh pemuda tengah berkumpul di depan mansion mereka untuk merencanakan pergerakan mereka sampai di titik mana, Dian yang sibuk memakai jas nya kini menoleh ke arah pintu yang terbuka karena seseorang masuk.
Dian memiliki tugas bersama Mahen untuk mendatangi sebuah perusahaan yang menjadi titik awalnya mereka bergerak, identitas pelaku penculikan Tirta tentu menjadi jawabannya.
"Gila! Ganteng banget lu bang," puji Aji dengan mata yang berbinar. Jarang memang melihat Dian atau yang lain memakai pakaian serapih ini, biasanya mereka hanya pakai kaus oblong dengan celana panjang atau celana pendek yang menjadi pasangannya.
"Makasih."
Kadang yang lebih jujur itu hanya Aji dan Estu saja tapi jika Estu awalnya saja pujian lama lama dia mengajak Dian untuk beradu argumen, pokoknya diantara 5 sahabat termudanya Dian lebih dekat dengan Aji, bahkan hanya Aji yang dianggap adik oleh Dian.
Yang lain juga tapi memiliki tempat tersendiri, apalagi Adika laki-laki yang membuat Dian darah tinggi namun membuat laki laki itu malah semakin gencar menggodanya.
Selang berapa menit akhirnya Dian sudah berada di bawah untuk menunggu Mahen yang sedang berada di bagasi untuk mengambil mobil.
"Hati-hati bang! Nanti nitip permen ya!"
"Heh! Inget umur!" kata Estu yang menatap Aji dengan kerutan dahinya.
"Emangnya makan permen harus anak kecil aja? Memangnya cuma anak kecil yang boleh merasakan manisnya gula itu?" tanya polos Aji.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION BLACK TIGER
Fiksi Penggemar•COMPLETE [FIKSI - HUMOR - AKSI] ❝Pantang Menyerah Sebelum Musuh Musnah!!❞ - BLACK TIGER. *** Kisah ini tentang anak motor yang harus terlibat dalam masalah besar. Penculikan, Perjanjian, dan Ancaman musuh yang membuat Black Tiger harus bergerak, m...