part 12

19 2 0
                                    

Setelah badanku terasa enakan; langsung menuruti permintaan Bi Inem untuk ke makam bunda. Tidak begitu lama kita disana, karna bibi juga harus melakukan banyak pekerjaannya.

Seusai pulang dari makam, aku bergegas ke kamar untuk belajar ketertinggalan kemarin. Saat melewati ruang makan, Bang Aydan dan ayah terlihat makan bersama dengan nikmat.

Bodo amatlah, yang penting aku sudah tahu keadaan Bang Aydan yang sudah membaik. Pasalnya ada rasa sedikit takut jika dia terjatuh sampai pingsan, karna dia dahulu sempat seperti itu dan justru berefek buruk banget.

☆☆☆☆

Dengan seragam putih abu-abu, aku berjalan sembari mengenakan hoodie menutup kepala.

Kulihat banyak sorot pandang cewek-cewek yang menatap dengan bibir sedikit menganga.

Belum sampai ke kelas, guru pembimbing menyuruhku untuk ke ruang multimedia.  Dia menunjukkan vidio saat geng Alfraz dan Alfian bergerombol, membicarakan tentang hasil curang Alfian.

Dari sebelum aku datang ke teman belakang sampai aku babak belur.

Seusai vidio tersebut di putar, guru pembibing itui menatapku seolah ingin berbicara serius.

"Saya kasih kesempatan buat kamu mengisi soal yang saya beri sekali lagi. Saya harap kamu bisa mnegerjakan dengan baik. Saya tunggu istirahat pertama disini." mendengar ucapan itu, aku langsung bergegas pamit dan menuju ke perpustakaan.

Sedikit pusing harus bergelut dengan buku yang tebal-tebal dan harus berperang dengan rumus.

Setelah selesai mengerjakan kertas soal yang diberikan, aku bergegas masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran yang berlangsung.

Berhubung kepalaku terasa pusing; kantuk juga merajalela; memilih untuk memejamkan mata saja.

Tuakk!!

Aku terkejut dengan benda padat yang menghantam kepalaku.

"Kenzo, tidur mulu," Pak Agus berucap di samping telingaku.

Sontak mataku terbelalak terkejut.

"Kenapa kamu pakai hoodie sampai nutup kepala?" Pak Agus bertanya kepadaku.

"Dingin," Aku mencari alasan, agar Pak Agus 'tak menintrogasi panjang.

Benar saja, Pak Agus setelah itu melanjutkan pelajaran yang sempat terhenti.

Sepulang sekolah, lio mengajakku untuk turun ke jalanan memberi makanan kepada anak-anak jalanan. Kita hanya berdua, karna yang lain memiliki kesibukan masing-masing.

Saat sampai di lampu merah, aku melihat sosok dua anak kecil yang sedang bercengkrama dengan tertawa puas. Kami mendekatinya, memberi minum serasa bercengkrama baik.

Mereka benar-benar anak yang selalu bekerja keras, mereka bercerita jika dari pagi hingga malam mereka bekerja di lampu merah. Mereka harus bekerja untuk menghidupi kehidupan mereka dan orang tuanya di rumah.

Setelah lama kami bercengkrama dengan mereka, kami pindah menuju panti asuhan tempat yang katanya sering di kunjungi Lio.

Tatapanku terpaku pada sosok anak laki-laki yang sedang duduk sendiri di taman; mendekatinya sendiri dan mengajaknya berbicara.

"Adek, kenapa sendirian? Nggak pengen ikut main bareng temen-temennya hmm?" aku bertanya sembari menatapnya.

Tiba-tiba dia memelukku erat; dia tampak menangis dalam pelukan.

"Kak ... Vero pengen ketemu mamah yang udah meninggal. Ayah jahat hiks naruh Vero di sini Kak, Vero pengen pulang tapi ... ayah nggak pernah jemput Vero," Vero berucap sembari menangis.

REZORZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang