4. Namanya Juga Usaha

10 1 0
                                    



🧸🧸🧸

"Siapa ya yang bilang bilang Kairo Khanala," sindir Yuki pada cewek yang pagi-pagi udah buka buku sama tempat pensil.

Ale mencebik. "Yaudah sih."

"Nggak papa, Le. Pengalaman," balas Agatha sambil ketawa.

Abim mengangguk membenarkan. Cowok itu sibuk mengunyah biji kuaci. "Pengalaman memalukan."

"Lo berdua nih, pagi pagi udah nyemilin kuaci. Mules tau rasa," Jenna melemparkan kulit kuaci ke arah Abim dan Biyel yang daritadi ngunyah melulu.

"Daripada Sena noh, pagi-pagi udah ngegame," sungut Abim iri, menunjuk Sena yang sibuk ngegame di pojok kelas sambil memasang EarPods nya.

"Jangan dilempar-lempar gitu woy! Tar gue susah bersihinnya," dengus Biyel kesal. Masalahnya tadi ia sudah mengumpulkan kulit kuacinya agar bisa langsung dibuang, tapi malah diberantakin sama Jenna.

"Ih iya tau, nanti pelajarannya Pak Agus. Susah dapet izin ke toilet," kata Agatha menambahi.

"Boker di celana bisa," ucap Abim nggak peduli. Dia sebenarnya nggak takut sama Pak Agus sih. Galak sih galak, tapi Abim udah kebal.

Ale menghela napas panjang. "Abiiiimmmmm," katanya dengan nada sedih. "Abim Abim Abim Abim."

"Apa Leee?"

Ale menggigit pipi dalamnya gugup. "Gimana ya bilangnya," katanya bingung. Sementara yang lain udah nungguin.

"Lo beneran mau deketin si Kairo Kairo itu?" tanya Abim peka, "kalo emang beneran mau, tar gue tanyain temen gue tuh nomornya."

"Ih jangaaaan," Ale panik, "kan enggak kenal, masa tiba-tiba ngechat?"

"Yaa ngechat kan biar bisa kenalan Le?" sahut Agatha bingung.

"Tapi aneh. Gue nggak biasa ngechat duluan."

"Tanyain dulu aja apa instagramnya," saran Jenna.

"Jangaaannnn gue juga nggak biasa follow duluan."

Biyel jengah. "Trus ya gimana Le? Lo mau deketin secara langsung?"

Ale mengangguk.

"AHAHA NAH GINI DONG SAHABAT GUE," kata Yuki heboh, langsung bangkit dari kursinya. Cewek itu menepuk dadanya bangga lalu mengangkat tangan kanan Ale tinggi-tinggi layaknya habis memenangkan lomba boxing, "lo benar-benar sahabat gue yang pemberani."

Ale tersenyum malu. "Tapi gue jadi takut deh."

Yuki berdecak. Ekspresi wajahnya langsung berubah. "Ah gimana sih lo jadi letoy gini. Gue udah semangat 45 dukung lo nih!"

"Takut kenapa Le? Yang penting lo tau batasan dan nggak berlebihan. Lagian namanya juga usaha," kata Abim.

"Apapun hasilnya itu kan konsekuensi dari jatuh cinta, Le. Perjuangin perasaan lo lah, kalau lo merasa Kairo emang pantes diperjuangin," sahut Biyel.

Ale menunduk. Memikirkan perkataan teman-temannya. Di satu sisi Ale bingung, dia sama sekali nggak kenal Kairo dan bahkan baru kemarin ia melihat Kairo. Secara sekilas pula. Tapi di sisi lain Ale merasa bahwa ia harus memperjuangkan perasaannya.

"Oke."




🧸🧸🧸




Ale berdeham. Mendengarkan saran teman-temannya, akhirnya Ale benar-benar berniat untuk mengajak kenalan Kairo. Ale sudah berdiri di depan kelas sebelah. Sudah lima menitan Ale sibuk merapikan penampilannya.

KAIROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang