Saat ini keluarga bapak Suho tengah makan malam bersama. Mereka semua makan dengan khidmat. Setelah makan, keluarga bapak Suho berkumpul di ruang keluarga.
"Gimana sekolah kalian?" Tanya papa Suho
"Baik kok pa" balas junghwan
"Heum baik pah" jeongwoo dan haruto
Doyoung hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban untuk Suho.
"Kalok kamu gimana Jian?" Tanya Suho kembali
"Penting banget emang? Biasa juga bodo amat kan??" Balas Jihan
Mendengar ucapan sang putri lantas Suho hanya menghela nafasnya.
"Maafkan papa dulu nak, papa sadar dengan semua yang papa lakukan. Sekarang papa pengen memperbaiki semuanya kayak dulu lagi bareng dengan keluarga baru kita" ucap Suho dengan senyumnya.
Mendengar ucapan Suho membuat Jihan muak. Ia sadar papa nya berubah hanya Karna ia memiliki keluarga baru dan kebahagiaan baru.
Disini hanya Jihan yang terpaksa menerima, tak seperti Suho yang memang sangat menginginkan keluarga baru ini.
Jihan berdiri meninggalkan mereka. Sebelum langkahnya menginjak tangga, ia berkata.
"Disini yang bahagia hanyalah anda tuan Kim, bukan saya. Anda jelas tau saya menerima semua ini hanya karna terpaksa" ucap Jihan dengan menekan kalimat akhirnya.
Lalu ia melanjutkan langkahnya kembali ke kamar dan meninggalkan keheningan diruang keluarganya.
______________________
Keesokan harinya Jihan pergi sekolah tanpa sarapan bersama. Suho yang melihat putrinya pergi berlalu begitu saja hanya bisa pasrah. Ia berharap semoga kelak Jihan bisa menerima semuanya dan memaafkan semua kesalahannya. Ia akui kesalahan yang ia perbuat sangatlah besar, ia akan berusaha mengembalikan putri cerianya kembali seperti dulu.
Saat ini Jihan tengah melajukan kendaraannya, saat di persimpangan ia mampir sebentar untuk sekedar sarapan bubur ayam langganan keluarga nya dulu.
"Mang buryam kayak biasa semangkok yaa" Ucap Jihan
"Wah neng Jian tohh, okeyy neng" balas mang Ujang si kang bubur ayam
Jihan duduk dibangku yang kosong sambil memperhatikan aktivitas pagi hari dikompleksnya. Ia jadi teringat sebuah kenangan bersama orangtua nya dulu yang terbilang sangat harmonis. Papa nya yang usil dan mama nya yang sabar juga dirinya yang sama usilnya dengan sang papa. Semuanya begitu indah, hingga membuat Jihan hampir meneteskan air matanya jika tidak mendengar suara dari mang Ujang.
"Nih neng buryam nya Monggo dimakan" ucap mang Ujang
"Hmm makasih mang Ujang" balas Jihan
"Yo sami sami neng, minumnya teh anget ga neng?"
"Iya mang"
"Okey mamang ambilin bentar"
Setelahnya Jihan memulai sarapannya agar segera bisa berangkat ke sekolah.
____________________________________
Sekarang Jihan telah sampai diparkiran. Disana ia melihat kedua sahabatnya yang sudah menunggunya, tak jauh dari mereka juga terdapat dua kubu yang sedang memperhatikan Jihan dari jauh.
Yaps. Kalian pasti tau dua kubu tersebut. Mereka adalah kubu dari katir nya dan kubu Jeno the geng.
"Jian!!! Lama amat Lo berangkatnya, bukannya Lo udh ngabarin otw ya?!" Tanya si Puput tak santai
"Tau nih bocah, mampir mana lagi Lo?" Ucap Sri menimpali
"Sarapan" balas Jihan singkat
Jawaban Jihan membuat keduanya bingung.
"Lah Lo ga sarapan dirumah yan??" Puput
"Ga" Jihan
"Whyy??" Puput
"Males" Jihan
"Okey² mending sekarang kita ke kelas aja, keburu masuk ntr pelajarannya si botak nih" Sri
"Lah iya anjir yukss lahh" Puput sambil menarik Jihan dan Sri.
Mereka pun segara masuk kekalas mereka. Melihat Jihan dkk sudah pergi, kedua kubu yang sedang memperhatikan mereka sedari tadi juga segera beranjak pergi dari sana menuju kelas masing masing.
Haiiiii gaesss aku kembali lagii!!!! Masih ada ga yang nungguin ini ceritaa????? Semoga ajaaa yaaa huhu:')
Btw segini dulu yaaa gaessss pembukaan setelahhh sekian lama hiatusss... Semoga kaliannnn sukaaaa!!!💕💕💕
Oiyaaaa jannlupaaaa votenyaaa biar mangatssss akutuhh update chapter terbaru😁😁😁 Okeyyyy see u next chapter guyssss baiiiii 💎💎💎💎💎
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stepbrother (Treasure)
FanfictionKim Jihan a.k.a Jian anak dari duda kaya raya. Memiliki sifat yang dingin dan tak tersentuh semenjak kematian mama nya. Dia selalu hidup dengan kesepian, bahkan papanya seperti tidak pernah memperdulikannya. Papanya yang slalu sibuk dengan kerjaan h...