[0.4] cukuran

3.5K 307 6
                                    

Kesamaan latar, tokoh, ataupun isi ceritaAdalah murni ketidak sengajaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesamaan latar, tokoh, ataupun isi cerita
Adalah murni ketidak sengajaan.
Tidak ada unsur menjiplak ataupun remake dari cerita manapun.
Isi cerita tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh visualisasi ❗❗

   Ini adalah hari ke tujuh dari hari kelahiran putra bungsu keluarga Jameson.

Tepat pada hari ini pula, kedua orang tua Marvin mengadakan syukuran kecil disertai acara cukur rambut untuk si baby.

Marvin full senyum karena kediamannya menjadi ramai. Kakek dan nenek dari pihak mama dan papa datang. Fiks habis ini sarung bantal Marvin penuh cuan. Asik ini mah. Adeknya bawa berkah buat dia juga ternyata.

Sujud syukur dulu nggak sie

Dapurnya penuh sama bahan masakan sama ribut orang masak sambil ngobrol sana ngobrol sini.

Siang ini Marvin bolos main dulu, bilangnya sama yang lain si sibuk. Sibuk ngajak ngobrol adeknya sambil cium-cium gemes. Adeknya kicik sekali.

Sambil menunggu dukun bayinya datang, janu kecil dibiarkan tiduran dikasur king size orang tuanya. Ditemani abangnya yang sedari pulang sekolah tadi setia disamping nya.

" Mama-mama, adek pipiss " Adu Marvin pada mamanya yang baru selesai bersih-bersih badan.

Terdengar pula suara tangisan janu kecil dari tempat tidur, mama pun segera menghampiri. Dengan telaten jari-jari lentik itu mencopot popok si bayi, membersihkannya kemudian memakaikannya popok yang baru.

Marvin setia melihat kegiatan mamanya dari awal hingga akhir.

Sampai akhir nya mama bersuara.

" Abang mandi dulu sana, bentar lagi dukun bayinya dateng. Abang mau lihat adek dicukur kan? "

" Bentar lagi, abang masih mau main sama adek " Tolak Marvin mentah-mentah.

" Mandi dulu ih, bau abang. Adek juga nggak suka tuh, yakan dek? " Ucapan mama dibalas kerlingan mata oleh baby janu.

" Tuh kann "

" Ih mamaa " Marvin berdecak kesal, tapi tetap menuruti perintah mamanya walaupun diiringi kaki yang ia hentak-hentakan pada lantai.

Mama hanya menggelengkan Kepala nya tidak habis fikir.

Baru beberapa bulan lalu Marvin menginjak usia 8 tahun. Sejak saat itu pula anak itu menjadi lebih pemberani dan mandiri, apalagi sekarang telah resmi menjadi seorang kakak.

Walaupun terkadang masih menangis sambil memeluk mamanya kuat-kuat, tapi sikapnya kini menjadi sedikit lebih dewasa.

Ia mampu mengerti dan lebih menurut pada perintah serta larangan kedua orangtua nya. Semenjak adiknya lahir, Marvin juga dapat bangun dan siap-siap untuk pergi sekolah tanpa ibunya suruh. Ia juga mampu mengerjakan pekerjaan rumah (PR)  tanpa harus di ingatkan.

Setelah selesai mandi  Marvin pergi mengoleskan minyak kayu putih pada tubuhnya sendiri, mama yang mengajarkan. Kemudian, Marvin mulai memakai pakaiannya yang sudah disiapkan oleh bi sarah yang juga mendampingi nya. Padahal Marvin sudah memintanya untuk tidak perlu seperti itu, Marvin sudah besar. Sekarang bisa melakukan semuanya sendiri.

Sejauh ini, Marvin memang lebih dekat dengan bi sarah ketimbang bi Nur. Karna tugas bi Nur lebih banyak diarahkan ke urusan rumah, sedangkan bi sarah sedikit mendapat bagian untuk membantu mama mengurus Marvin juga.

" Abang bedaknya belum " Ujar bi sarah mengingatkan.

" Enggak mauu, abang udah gede bii " Katanya sih malu, masa anak cowo udah gede masih pake bedak. Nanti di ledekin naresh yang ada.

" Ya udah, sini bibi keringin dulu rambutnya " Bibi mendekati Marvin dengan membawa handuk kecil ditangannya.

" Bibi, tukang cukurnya adek belum dateng? " Tanya Marvin polos.

" Dukun bayi bang namanya, bukan tukang cukur "
Koreksi bibi. Ada-ada aja abang ini, yaa emang si nyukur. Tapi... Bukan tukang cukur biasa.

" Ooo, jadi abang-abang disalon itu namanya dukun bayi ya bi? "

Bibi menepuk dahi nya tidak habis pikir.

" Nggak gitu juga abang, tukang cukur sama dukun bayi itu beda! Kalo abang-abang yang disalon itu baru tukang cukur. Tugasnya cuma mencukur rambut costumer nya, sedangkan dukun bayi itu tugas utamanya bukan mencukur. Mencukur itu cuma bagian dari tugasnya doang dan itu cuma berlaku buat bayi. Kalo tukang cukur kan buat khalayak ramai " Jelas bi sarah panjang lebar.

" Ooo, abang ngerti "

Marvin berdiri dari duduknya setelah rambutnya selesai dikeringkan lalu disisir dan diberi serum rambut oleh bi sarah.

Dukun bayinya sudah datang, papa yang pertama kali menyambutnya. Papa membawa dukun bayi itu ke kamar tamu, dimana mama dan papa tidur selama mama hamil besar sampai saat ini. Supaya mama lebih aman dan mudah dalam melakukan apapun katanya. Karena kamar utama mereka ada di lantai 2, akan membuat mama lelah atau bahkan membahayakan mereka jika tidak pindah. karna mama akan sering naik turun tangga nantinya.

Dikamar itu agak ramai, karena ada ke dua nenek dan papanya yang ikut menyaksikan.

Anyway, kedua nenek dan kedua kakeknya ini ikut bolak-balik untuk bergantian menjaga cucu kecil mereka sejak hari dimana anak itu dilahirkan.

Marvin melihat ketika adiknya menangis kencang saat rambutnya di botakkan oleh si dukun bayi. Marvin sebenarnya ingin protes, namun segera ditahan oleh oma nya (nenek dari pihak papa) oma nya juga turut menjelaskan kenapa adiknya menangis dan kenapa kepala nya sampai di buat botak plontos.

Walaupun masih kurang Terima, Marvin pun akhirnya mengerti. Karna ternyata dulu sewaktu dirinya masih seumuran janu. Marvin juga dibuat botak dan menangis, tapi itu memang sudah tradisi bahkan di agamanya pun di anjurkan. Juga hal itu tak akan menimbulkan masalah atau berdampak buruk bagi sang adik. Jadi it's Oke pikir Marvin.

Selesai di cukur, dukun bayi itu turut untuk memandikan si bayi.

" Abang ikut kakek ke depan yuk, bantu beresin tempat yang buat ngaji nanti malem " Ajak kakek dari pihak mama, Marvin segera mengiyakannya dengan langsung berlari menuju kakeknya yang berada di depan pintu.

Sebenarnya sudah beres si, cuma untuk memastikan saja. Siapa tau ada yang sedikit berantakan kan?

" Abang nanti malem boleh ikut ngajinya nggak kek? " Tanya Marvin dalam gendongan sang kakek.

" Boleh dong, kenapa enggak? "

/ potret kakek yang lagi gendong cucu pertama nya

Update nya nunggu tembus 100 vote dulu ngga siee wkwk, ditunggu ya broo heheh 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Update nya nunggu tembus 100 vote dulu ngga siee wkwk, ditunggu ya broo heheh 🥰

25/06/2023

MARJAN🍾Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang