Bab 7, Alvaro

20 3 0
                                    

" abang!!"

avara melompat kearah alvarey, beruntung alvarey dengan cekatan dapat menangkap tubuh mungil adiknya itu.

" bang aro mana?" tanya alvarey.

" main game diruang tengah sama bang xavier " jawab avara. xavier adalah adik kelas mereka yang juga menjadi salah satu anggota ischyros.

" udah sembuh?"

" iya, bang aro udah nggak pakai kol peper lagi "

alvarey tertawa kecil. ia berjalan menuju ruang tengah sembari menggendong avara.

" assalamualaikum.. ekhem! ekhem!" alvarey berdeham menyadarkan dua makhluq yang kini tengah bergulat dengan play stik masing masing. namun perjuangan alvarey sia sia. karna kedua makhluq itu sama sekali tidak menghiraukannya.

" lo dengar ada orang ngomong nggak vier?" tanya alvaro tanpa mengalihkan pandangannya dari layar didepannya.

" nggak tuh bang " celutuk xavier.

" oh berarti gue salah dengar "

sedetik kemudian alvaro terjungkal karna alvarey barusaja menimpuknya dengan bantal. xavier juga terkekeh ringan melihatnya. ini bukan pertama kali xavier bermain kerumah mereka. jadi, tidak heran jika, cowok itu sudah terbiasa dengan keluarga mereka.

" ayo bang arey!! serang terus!!" avara kini mengompori alvarey untuk terus melempari bantal kearah alvaro. sedangkan cowok dengan taring tajam itu menyilangkan kedua tangannya. menghalau bantal bantal yang menyerangnya.

sadar jika bantal yang berada disofa habis. avara segera berlari kebelakang alvaro " bang! balas bang " bisiknya.

alvarey yang merasa terkhianati akhirnya memelototi avara " nggak setia lo dek. awas aja! nggak jadi gue beli-"

ucapan alvarey terpotong karna alvaro tahu tahu sudah menubruk tubuhnya. " apakah ada kata kata terakhir dari anda tuan alvarey? " geramnya. alvaro kini bersiap memiting leher sang kakak. namun, sialnya, alvarey dapat menghindar dengan sigap. alvaro yang masih tidak terima langsung mengejar sang kakak. kedua remaja itu kini seakan lupa umur.

" sini lo kakak laknat!!" murka alvaro, yang dikejar kini dengan santainya malah memeletkan lidah dan menggoyangkan pantatnya untuk memancing amarah alvaro.

avara dan xavier yang hanya menonton kompak tertawa. mereka bertos riang tanpa mau melerai keduanya. avara bahkan dengan sengaja memotret mereka berdua.

~~Die~~~

" Lo kenapa pulang telat?" Tanya Alvaro. Ia berjalan mendekati kulkas dan mengambil dua botol soda. Ia melemparkan satu kearah alvarey yang sedang terduduk dimeja makan.

" Biasalah.. ngumpul bareng anak anak " dusta alvarey. padahal, itu hanyalah sekedar alasan untuk menghindari alea. Alvarey tidak ingin Alvaro tahu tentang rasa sukanya.

" tadi alea datang jengukin gue " cerita alvaro " itu anak lucu juga ternyata "

" lo tertarik sama dia?" alvarey menaikkan sedikit alisnya.

alvaro hanya berdeham kecil. ia menggaruk pelipisnya, bingung. " ya gimana yaa. mungkin sih "

" kalo lo suka bilang ke dia. jangan ngegantungin perasaan dia mulu " petuah sang kakak.

alvaro yang mendengarnya tertawa ringan " masih ada yang lebih penting daripada percintaan bang "

" idih sok bijak lo?" alvarey ikut tertawa.

Bodoh.

~(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)

Pattimura
dimana?

Alvarey yang semula sudah bersiap untuk tidur. Kini mengurungkan niatnya, saat membaca pesan dari timur. Jempolnya mulai mengetikkan balasan. Namun, belum usai ia mengetik. Pesan selanjutnya sudah datang.

Pattimura
Dibukit kayak biasa

Alvarey bergegas menyambar jaketnya. Ia mengambil kunci motornya. Lalu pergi meninggalkan rumah. Namun, saat mata cowok itu melihat tepat dipagar rumah lyne yang berada diseberang. Kepalanya terasa berputar hebat. Ia mencengkram kepalanya kuat.

Alvarey berdecak sebal. Ia segera melajukan motornya tanpa peduli lagi dengan rasa sakit itu.

~(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)

" Shit!"

Timur refleks mengumpat. Ia menatap tajam alvarey yang kini nyengir lebar. Tak merasa bersalah karena telah membuang rokok timur secara paksa.

" Mau mati cepat Lo?" Sarkas timur yang dibalas dengan tawa mengejek alvarey.

" Bukannya Lo yang bakal gue bunuh duluan?"

" dasar anak kurang belaian " sinis timur.

" dasar anak broken home " balas alvarey.

" hidih! yang nggak pernah tau nyokapnya "

" hidih! yang dijadiin boneka keluarganya "

alvarey tertawa menang melihat timur yang hanya diam. candaan itu bukan berarti mengejek satu sama lain. namun, itulah cara mereka untuk menghibur diri. terlalu banyak tuntutan dari keluarga yang mereka rasakan dan memdorong mereka untuk menguatkan satu sama lain.

" rey " panggil timur. Sebenarnya niat timur meminta alvarey datang hanya untuk menemaninya menenangkan pikiran. Setelah baru saja terkena amuk oleh ayahnya. Terlihat dari wajah timur yang terdapat memar dibeberapa tempat.

alvarey berdeham kecil.

" apa yang bakal lo lakuin kalo gue udah nggak ada?"

alih-alih marah atau sedih. alvarey justru tersenyum manis menanggapinya " pilihannya cuma ada dua " ujarnya sembari mengacungkan kedua jarinya " gue bakal lupain lo secara perlahan dan itu bakal bikin diri gue semakin baik baik aja atau gue bakal mengenang lo setiap hari dengan konsekuensi ngelukain diri sendiri dan berakhir menderita "

" dan lo pilih?"

" nggak dua-duanya"

timur sedikit mengernyit keheranan " maksud lo?"

" gue nggak bakal milih dua-duanya " ujarnya " karna menurut gue walaupun lo pergi sejauh apapun atau lo mau ngehilang dari bumi ini sekalipun. lo bakal tetap abadi dihati orang-orang yang sayang sama lo. itu cara mereka mengenang lo. mereka nggak akan kesakitan karna mereka yakin. lo tetap ada disisi mereka.. sebaliknya mereka juga nggak akan ngelupain lo sampai kapan pun "

" ceilah! romantis bener aing nih!" alvarey terbahak bangga. ia mengeluarkan handphone dari saku hodienya " udah jam satu gih! ayo ke masjid sholat sunnah! biar nggak susah mulu hidup lo "

timur tersenyum kecil. terselip rasa bersyukur dihatinya karna memiliki teman seperti alvarey. menurutnya, alvarey adalah satu satunya orang yang mengerti tentangnya " gue nyusul "

alvarey memberinya hormat lalu melajukan motornya dengan kencang. timur termenung selepas kepergian alvarey. ia kembali memandangi hasil diagnosa dokter dikertas yang dibawanya. timur hanya tersenyum kecut. ia sudah menderita gagal jantung sejak kecil. dan baru saja dokter mengatakan bahwa hidupnya hanya tinggal beberapa bulan lagi.

" gue bahkan nggak berani bilang ke lo kalo hidup gue udah nggak lama lagi " 

~(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)

Lyne mengusap rambutnya yang masih basah. Ia mengecek handphonenya yang berbunyi. Menandakan adanya notifikasi masuk.

Si Kulkas
Udah makan?

                                                   Lyne
                                                   Udah kok udah.
Si Kulkas
Nggak usah bohong.
Gue udah beliin nasi goreng
Depan komplek.

Si Kulkas
Gue taruh dipagar

" Isshh" lyne buru buru mengintip lewat jendela kamar. Ia menatap gantariel yang kini menjalankan motornya menjauh. Lyne teramat bersyukur memiliki sahabat kecil seperti gantariel. Setidaknya sedikit mengobati rindunya pada seseorang.

~(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)




Kapal AlvareyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang