between rin and (name)

111 28 1
                                    

Perilaku dingin Rin ...

━━━━━━

"Hei, Rin! Kamu makan siang apa hari ini?" (Name) menyelip ke samping pemuda es tersebut, wajahnya menunjukkan aura-aura kepo yang kentara.

"Bukan urusanmu."

Usai mengatakan itu, Rin memaki dirinya sendiri. Mulut sialan! Ditahan dikit bisa gak, sih?!

Namun, di saat batin Rin meribut, (Name) yang menerima perlakuan dingin tidak mempermasalahkan sama sekali. Sang dara sudah paham dan sudah biasa dengan perilaku Rin yang macam tombak es.

"Makan bekalku aja, kebetulan hari ini aku bawa banyak," tawar (Name), "kamu bakal nyesel kalo gak makan, Rin. Masakan ibuku nomor satu di dunia!"

"Ayo, sini!" Sang dara menarik pergelangan pemuda es, mengajaknya ke tempat duduk yang masih kosong dan cukup untuk menampung mereka. Tanpa izin, tanpa meminta persetujuan dari pemuda, tetapi (Name) paham betul, kalau tidak ada respon, berarti Rin setuju-setuju saja.

Dengan cekatan (Name) memindahkan beberapa potong sushi dan tamagoyaki ke tutup tempat bekalnya, lalu menggesernya ke depan Rin. "Silakan dicoba! Kalo kurang bilang aja, oke? Masih banyak, kok!"

Rin hanya menjawab dengan anggukan. Kemudian ia memulai makan siangnya.

Baru suapan pertama, tetapi lidah Rin sudah termanjakan oleh rasa tamagoyaki buatan calon mertua. Rasa-rasanya, perkataan (Name) soal masakan sang ibu yang nomor satu di dunia memang bukan bualan, tetapi benar adanya.

Sang dara terkekeh. Cukup terhibur, melihat netra Rin yang berbinar dan kedua alisnya yang naik, ditambah pipinya yang menggembung karena mengunyah makanan. Lucu, sangat.

"Enak, 'kan?" tanya (Name) riang.

"He'em."

━━━━━━

... dapat (Name) pahami.

𝗪𝗛𝗜𝗖𝗛 𝗢𝗡𝗘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang