decision

81 24 0
                                    

Pada akhirnya dia memilih ...

━━━━━━

Pagi menyapa, yang seharusnya membawa semangat baru, tetapi ini Senin pagi, jadi jangan harap ada semangat baru, yang ada malah wajah-wajah malas nan frustrasi memenuhi jalanan hari ini.

Tidak semua, sih.

Di antara wajah para manusia yang suntuk--meski masih pagi--ada seorang aneh berwajah cerah yang mengendarai sepedanya dengan semangat, dan agak serampangan.

(Name), menerobos kerumunan manusia dengan sepedanya, untunglah ia masih sadar diri dengan memilih jalan yang agak lowong. Lagi pula, semua manusia terlihat sengaja melambatkan langkah pagi ini, jadi tidak ada yang memprotes soal sepedanya yang mengebut.

Ekspresinya makin mencerah kala bertemu tatap dengan iris teal nan dingin. "RIINN!" Yang bisa memekik dengan suara melengking di Senin pagi, memang hanya (Name) seorang.

Sesuai dugaan, Rin tidak mengindahkan panggilannya sama sekali, tetap berjalan lurus menuju gerbang sekolah. Namun, bagi (Name) bukan masalah, ia mempercepat laju sepedanya, dan mengerem saat tepat di samping pemuda es.

"Rin! Selamat pa--"

"Berisik."

Dara bernamakan (Fullname) memang seorang yang cerewet, tetapi cukup satu kata saja untuk membuatnya diam--dan sakit hati.

Iris indah milik Itoshi Rin selalu terlihat dingin, tetapi ini adalah kali pertama tatap sang pemuda membuat (Name) membeku. "Enyahlah."

Ia selalu menjawab dengan satu kata, meski (Name) bertanya ratusan kata, tetapi baru kali ini sang dara sakit hati dengan ucapannya.

Detik berikutnya, kala Rin melangkah menjauh, (Name) masih mematung di atas sepedanya.

Sang dara paham, ia baru saja ditolak.

━━━━━━

... mengusir sang dara dari dunianya.

𝗪𝗛𝗜𝗖𝗛 𝗢𝗡𝗘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang