"Kau bilang jika hari ini adalah jadwal acara pernikahan Pak Eron dengan Bu Direktur, tapi, semuanya menjadi terundur sebab kondisi Bu Direktur."
"Orang suruhan kemarin datang hanya untuk memastikan Bu Direktur masih dalam keadaan sakit. Dengan begitu fakta ini akan Pak Eron jadikan sebagai bahan alasan kepada publik jika acara pernikahannya dengan Berlin menjadi terundur."
"Publik pasti percaya, karna publik tau jika Bu Direktur memasuki rumah sakit sejak malam acara ulangtahun Pak Eron yang saat itu sedang berlangsung."
"Siang tadi dia datang dan berpura-pura tidak tau soal kondisi Bu Direktur. Kebetulan aku sedang menjaga disini, dia pun menuduhku sebagai pelaku atas kondisi Bu Direktur. Eron berteriak menyebut namaku ketika dia di geret keluar oleh dua satpam."
"Sudah jelas ada beberapa pasien yang memvideo. Dan tidak mungkin satu pihak rumah sakit tidak tau tentang kejadian siang tadi. Ini sudah menyebar."
"Bisa saja Pak Eron melaporkan ku ke pihak polisi dengan laporan aku yang melakukan perbuatan buruk kepada Bu Direktur, hingga kondisi Bu Direktur menjadi seperti ini. Karna apa? Karna selama ini aku menjaga Bu Direktur di rumah sakit."
"Jadi selama aku sedang di penjara aku titip Bu Direktur kepada kalian. Entah dengan cara apa, pokoknya aku titipkan dia kepada kalian. Aku tidak ingin dia terluka sedikitpun. Dan aku tidak ingin kalian membuat ku kecewa."
Hening sejenak sebab merasa jika Fax sangat terbebani oleh keadaan kali ini.
"Kau tak mungkin tertangkap, kau masih memiliki bukti! Buktinya, kita sudah berpura-pura menjadi polisi sebagai penyelidikan atas siapa pelaku Martabak asin itu!" - Zack
"Aku bahkan masih menyimpan kotak bungkus martabak nya. Aku juga sudah memotret dalam bungkus nya saat melakukan penyelidikan. Dan memang ada beberapa benda tajam yang tersisa disana. Ku akui mereka sangat kecil dan tipis, jadi hanya orang yang memiliki mata tajam yang dapat melihat." - Nanda
"Kau juga masih memiliki bukti CCTV nya.." - Arga
"Benar. Kau sendiri yang mengirimnya di grup saat itu. Dengan begitu kita bisa menggabungkan cerita dengan bukti perekam CCTV pria suruhan Eron. Dan di keesokan harinya tepatnya hari ini, Eron datang seolah tidak mengetahui apa-apa tentang keadaan Bu Direktur yang berujung dia menyalahkan mu. Sangat sengaja bukan?" - Eric
"Lebih baik kau beri bukti-bukti itu kepada pihak polisi sekarang, sebelum Eron lebih dulu melaporkan mu. Lagian, apa Eron memiliki bukti jika kau adalah pelakunya? Padahal dia sendiri pelakunya ahahah." - Delvin
"Dia bisa kapan saja melaporkan ku dengan cara yang mudah. Profesi dia lebih tinggi dariku, jadi, tak mungkin dia tak menginginkan apa yang di inginkan nya."
"Mungkin saat aku di interogasi oleh polisi, aku akan mengaku seolah pelakunya adalah aku. Aku juga sudah bilang kepada petugas CCTV rumah sakit dan perawat yang menjaga Bu Direktur kemarin untuk tetap merahasiakan hal ini kepada siapapun. Mereka sudah paham dengan situasi yang sebenarnya, aku tinggal mengumpulkan bukti lain setelah bebas dari penjara nanti."
"Aku belum ingin melaporkan hal yang sebenarnya Pak Eron lakukan, aku ingin mengetahui lebih dalam lagi apa maksud dia melakukan hal itu kepada Bu Direktur. Jadi kalian jangan mengkhawatirkan ku, aku akan baik-baik saja selagi mengikuti alur cerita."
"Yang kalian harus lakukan saat ini, jaga Bu Direktur selagi aku tidak ada."
"Baiklah, jika itu pilihan mu tuk mengorbankan diri. Kami pamit pulang sekarang," aju Zack menepuk pundak Fax di ikuti dengan lainnya yang berdiri.
"Sebelumnya, aku sudah menyiapkan sesuatu untuk kalian semua. Kalian bisa datang kapan saja untuk berganti menjaga Bu Direktur selama di Rumah Sakit. Ini, ambil satu persatu." Fax mengeluarkan beberapa kartu nama yang di dalam nya telah tertera identitas pemilik beserta logo GEN TC. Tak lupa dengan nama Fax plus keterangan agar mereka bisa di terima untuk menjaga Bu Direktur.
Setelah satu persatu dari mereka mengambil, ada satu hal yang sangat menarik perhatian Eric, "B-Bu Direktur bangun?!" lontarnya terkejut nan Fax langsung menoleh kesat.
"Bu Direktur.." memasang eskpresi lega, Fax sergap menghampiri Berlin. Berlin seketika berlinang air mata seraya menggelengkan kepalanya berkali-kali. Ia hendak mengeluarkan suara namun bekas jahitan masih menghalangi nya tuk bicara.
Teman-teman Fax saling menatap merasa memiliki pikiran yang sama. Ya. Pasti Berlin mendengar perbincangan mereka meski tak seluruhnya. Lalu Zack memberi kode kepada yang lainnya tuk keluar dari ruangan. Kini hanya tersisa dua orang saja di dalam.
"Saya tau, maafkan saya."
Air mata Berlin semakin deras, dadanya serasa sesak. Ia tampak berusaha menggerakkan bibir nya dalam bentuk sebuah kalimat namun sayang, tidak terdengar apapun di telinga Fax.
"Sudah, jangan menangis.. semuanya akan baik-baik saja." ujar Fax mengusap lembut bekas air mata Berlin. Di sisi lain Fax juga merasakan rasa sakit yang sama namun semuanya memang harus di jalankan.
"Saya akan panggilkan Dokter lebih dulu untuk memeriksa kondisi anda." sambung Fax hendak berbalik badan namun secara kesat Berlin meraih tangan Fax yang baru saja memegang besi pembatas ranjang.
Di waktu yang bersamaan, Fax menoleh kembali memposisikan dirinya kepada Berlin. Namun wanita itu kembali menangis seakan tak mau di tinggal walau hanya beberapa jarak saja. Bahkan ia makin mempererat genggaman tangannya untuk Fax.
Merasa tak tega, Fax akhirnya mengalah. Ia memilih untuk duduk dan berbicara setenang mungkin dengan Berlin.
"Saya pasti sudah mengecewakan anda, saya sungguh meminta maaf atas segalanya." ungkap Fax nan Berlin langsung menggeleng kepala bermaksud jika Fax tidak melakukan kesalahan apapun kepada dirinya.
"Mungkin ini adalah cara yang terbaik untuk kedepannya. Saya tidak ingin terburu-buru, biarkan saya mengorbankan diri untuk anda."
"Jika saya langsung melaporkan hal yang sebenarnya terjadi, saya tidak akan bisa membuktikan nya kepada anda jika saya-.. hngh... maafkan saya. Saya rasa dengan pembuktian yang kecil tidak akan cukup." tunduk Fax setelah ia membisu sejenak.
Seperti ada hal yang ingin sekali Fax ungkapkan namun begitu menyakitkan ketika ia mengungkapkan dan lebih menyakitkan lagi ketika Fax memendam apa yang selama ini di rasakan nya. Namun Fax yakin dengan adanya usaha dan pertahanan dirinya, pasti ada suatu keajaiban datang tuk membalas seluruh perjuangan nya.
"Anda ingin sesuatu malam ini? Saya bisa melakukan nya." tawar Fax mengalihkan topik pembicaraan di akhir berharap Berlin tidak memikirkan nya. Lalu Fax memberikan ponsel milik Berlin yang selama ini ia simpan.
Berlin tampak terburu-buru membuka layar ponsel, ia mulai mengetik sesuatu yang di inginkan nya, namun, kalimat tidak sesuai oleh apa yang Fax ekspetasikan.
Aku minta kau jangan pergi. Jangan korbankan dirimu. Aku mohon, jangan lakukan itu untuk ku. Kau sudah melakukan yang terbaik untuk ku, Fax. Jadi aku mohon jangan pilih opsi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man Behind Me [HIATUS]
Romansa"Ini bukan tentang perselingkuhan tetapi dibanding suamiku, aku lebih memilih sekertaris ku."