Aku berusaha merangkak keluar dari peti seiring semua pelayat kabur saat aku mencoba menerobos kerumunan mereka. Aku berlari ke sisi pintu belakang, tempat terakhir aku melihat sosok itu dan pasti tubuh kucingku masih berada disana.
Aku terhenti saat aku tak melihat siapapun ataupun tubuh kucingku. Kemana tubuhku pergi? Apakah menyatu dengan tubuh Arshea? Aku sangat bingung.
"Arshea?" ujar suara yang aku kenal, suara ayah Arshea. Suaranya terdengar gemetar di belakangku.
Aku menoleh, melihat beberapa pelayat yang bersama ayahku menatapku dengan takut dan takjub. Seseorang yang sudah mati beberapa jam yang lalu tiba-tiba kembali hidup dan sehat. Ya, semua pasti sangat penasaran.
"Apa itu kau, nak? K-kau masih hidup?" tanya sang ayah, mungkin sekarang aku akan memanggilnya ayah.
Aku terdiam sejenak, tidak mungkin aku mengatakan bahwa aku adalah Calesie, kucing peliharaan Arshea. Mereka akan menganggapnya sangat aneh.
"Y-ya, seperti yang ayah lihat. Aku masih hidup, kan?" kataku dengan meringis dan sedikit tersenyum. Sebisa mungkin aku mengikuti cara bicara Arshea pada ayahnya.
Pria tua itu lalu memelukku dengan erat dan mencium kepalaku serta mengusapnya dengan sedikit kasar.
"Ayah kira Ayah akan kehilanganmu. Ayah sangat senang, apa yang kau lakukan sampai kau beraninya meminum racun serangga?!" katanya kemudian dengan sedikit kesal.
Aku tidak bisa menjawabnya, aku hanya terdiam. Aku juga tidak mungkin mengatakan bahwa Arshea, si empunya tubuh ini menderita setiap hari sampai akhirnya meminum racun serangga untuk mengakhiri semua penderitaannya.
"Apapun itu, jangan lakukan itu lagi, okay? Ayah minta maaf jika itu semua karena ayah sering berlaku kasar padamu. Ayah menyesalinya, sangat menyesalinya. Ayah mohon jangan lakukan itu lagi, mengerti? Sudah cukup Ayah kehilangan ibumu. Ayah tak sanggup jika kau juga menghilang dari hidup Ayah, mengerti?"
Aku terdiam sesaat, aku masih tidak percaya pria ini punya sisi yang lemah.
"Baiklah, a-yah." Aku menjawab dengan sedikit terbata, well, bahasa manusia cukup aneh untuk dikatakan. Selama ini mulutku hanya bisa bebicara 'meong'.
Semua orang memandangku dengan heran dan bingung. Aku didudukkan di sebuah kursi. Ayah—begitulah sekarang aku menyebutnya—memberiku sebuah minuman botol dan menyuruhku menenggaknya. Tak beberapa lama kemudian, seorang dokter dari rumah sakit dimana Arshea yang asli di rawat. Tubuhnya mematung saat melihatku dalam keadaan sehat bugar. Kulit pucat yang aku lihat pada tubuh Arshea saat aku masih menjadi kucing juga perlahan kembali normal dan sedikit memerah.
"Tidak mungkin, ini sangat tidak mungkin," katanya dengan sedikit gelengan kepala. Dokter itu langsung membuka 'alat tempurnya', ia memeriksaku dengan berulang kali. Aku dapat melihat urat matanya yang memerah begitu menonjol.
Ayah melihatnya dengan cemas, namun aku malah merasa aneh saat beberapa 'alat'nya menyentuh tubuhku. Alat yang kebanyakan dari besi atau sesuatu itu terasa dingin menyentuh kulitku. Masih terasa begitu aneh, struktur tubuh manusia benar-benar terasa aneh.
"Bagaimana dokter? Apa putriku baik-baik saja?" tanya ayahku.
"Kita perlu ke rumah sakit untuk memastikan organ dalamnya baik-baik saja. Karena Nona Arshea ini sudah dinyatakan meninggal sekitar tujuh jam yang lalu, harusnya ada organ-organ yang sudah mulai membusuk. Tapi aku tidak tahu kenapa Nona Arshea kembali hidup, jelas-jelas kami sudah memeriksanya berulang kali bahkan menggunakan alat kejut jantung tapi hasilnya tetap nihil."
"Saya dan pelayat yang lain juga kaget saat anak saya tiba-tiba berteriak dan bangun," balas sang ayah kepada dokter tersebut, dibarengi dengan para pelayat yang mengangguk.
"Segera bawa Nona Arshea ke rumah sakit untuk pemeriksaan, untuk saat ini biarkan dia istirahat dulu," kata si dokter.
Aku yang berada di tengah-tengah pembicaraan mereka hanya bisa terdiam.
Arsheaaa~ maafkan aku, kucingmu ini-pikirku dengan menyesal.
Aku kembali ke kamar Arshea, kamar ini masih sama tapi aku tidak menyangka aku akan tidur di ranjang besar ini. Selama ini aku tidur di tumpukan kertas dengan dikelilingi boneka usang di pojok kamar.
Aku merebahkan tubuh dengan masih berpakaian gaun bagus, make-up masih melekat segar di wajahku. Terasa berat dan kaku.
"Bagaimana? Enak jadi manusia?" suara pria mengejutkanku. Aku terkesiap dan bangun dengan sekuat tenaga. Sosok pria itu, pria yang sudah memindahkan jiwaku ke tubuh Arshea.
Pria itu menyender, pakaiannya masih tetap sama. Kemeja hitam dan celana hitam, bedanya kini ia memakai semacam jubah seperti superman tetapi jubah ini berwarna hitam dan juga panjang.
"Kau!" tunjukku padanya, "Bagaimana kau bisa masuk?!" kataku kemudian. Aku ingat bahwa semua jalan keluar di kamar ini selalu tertutup rapat.
"Hei, bukankah aku sudah bilang padamu kalau aku ini malaikat?" katanya.
Aku terdiam sejenak, "Y-ya benar juga, sih."
"Bukankah harusnya kau berterima kasih padaku? Aku sudah menjadikanmu manusia, ya walaupun tubuh itu adalah bekas majikanmu, sih," kata malaikat itu kemudian.
"Pak Malaikat, aku bahkan masih bingung bagaimana menjalani hidup sebagai manusia. Tubuh mereka terasa aneh dan begitu rumit."
"Mark, namaku Mark. Jangan panggil aku Tuan Malaikat," katanya, "Ya, nanti kau akan terbiasa," katanya kemudian. "Biasanya jiwa yang menempati 'wadah' yang berbeda akan menunjukan hal-hal aneh, seperti muntah atau mimisan. Tapi sepertinya kau baik-baik saja, kau tidak terlihat—"
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk oleh Ayah yang ingin menemuiku. Aku yang gelagapan dengan panik langsung menoleh malaikat tersebut, dan untungnya dia sudah menghilang.
"Arshea? Kau baik-baik saja?" kata suara Ayah dari luar pintu.
"Y-ya! Aku baik-baik saja, yah! Sebentar!" ujarku kemudian. Aku juga sudah selesai mengganti bajuku dengan yang lebih santai.
"Tidak apa-apa, Ayah pikir terjadi sesuatu padamu karena kau lama membuka pintu," jawab Ayah dengan wajah yang masih cemas. Mungkin dia takut aku melakukan tindakan bodoh seperti yang Arshea lakukan kemarin.
"Aku hanya mengganti pakaianku, sangat tidak nyaman memakai baju seperti itu."
Ayah hanya mengangguk dengan sedikit napas lega, "Kalau butuh sesuatu katakan saja, ya? Istirahatlah, besok kita akan pergi ke rumah sakit untuk mengecek keadaanmu."
Aku hanya mengangguk dengan senyum tipis, baru pertama kali ini aku berbicara sebagai seorang manusia. Terlebih aku berbicara dengan pria tua ini, pria yang setiap harinya hanya berbicara dan berprilaku kasar. Bahkan keadaan Arshea saat ia masih hidup pun tak pernah ia peduli.
Aku jadi kesal sendiri.
Ayah lalu pergi meninggalkan aku. Terlihat rumah juga sudah mulai sepi dengan perkakas seperti peti mati dan kursi-kursi yang masih pada tempatnya. Aku kembali menutup pintu, lagi-lagi sosok malaikat itu kembali berada disana.
"Sepertinya pria itu khawatir jika kau akan melakukan bunuh diri lagi," katanya setelah membuatku terkejut.
"Bisa tidak kalau mau muncul itu tidak tiba-tiba?!" kataku dengan kesal, berapa kali aku terkejut di hari ini.
Sosok itu terkekeh dan tidak menjawab. Ia lalu duduk di ranjang, menepuk sisi sebelahnya yang kosong dengan mata yang menatap padaku seolah ia mengajakku untuk duduk di sampingnya.
-bersambung-
P.S : Jika kalian suka, silahkan tekan vote atau comment jika ada kesalahan penulisan.. nanti author akan perbaiki... author masih newbie btw... hhe
Arigatou gozaimasu!

KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly I've Become My Master [hiatus]
FantasySetelah insiden bunuh diri itu, majikanku terbaring koma dan meninggal. Aku, sebagai kucing peliharaanya, tidak tega melihat majikanku tertidur dengan begitu pulasnya di peti mati yang berukir warna emas. Aku melihat sosok tampan dengan sayap dan ju...