Bab 15

17 5 0
                                    

Setelah aku menemui Mark di atap, aku kembali ke meja. Kulihat Val tengah bermain dengan ponselnya sementara diatas meja telah terhidang berbagai menu makanan berbahan dasar ikan. Aku tak tahu apa nama jenis makanan itu tapi baunya benar-benar lezat.

Val melirikku yang masih berdiri sambil melihat semua makanan itu, "Kenapa kau berdiri saja? Ayo makan," kata Val kemudian meletakkan ponselnya dimeja.

"Kau belum makan?" tanyaku karena tak terlihat bekas piring kotor di meja ini.

"Belum, aku menunggumu dari toilet."

"Maaf aku lama, ya?" ujarku seraya meringis kecil seraya mengambil posisi duduk.

"Ya, aku mengerti." Val terdengar tidak penasaran.

"Apanya?"

"Yaah~" Val mendesah, "Karena kau wanita. Itu hal yang biasa saat berada di toilet," lanjutnya. Ia mengambilkan piring, garpu, sendok serta pisau dan menaruhnya tepat di hadapanku. "Mau kuambilkan?" tanyanya lagi padaku.

"Ah, tidak. Aku akan mengambilnya sendiri," sahutku kemudian. Aku menatap makanan apa yang akan aku ambil terlebih dahulu. Aku pun mengambil satu ikan dengan campuran saus tomat dan potongan bawang dan menaruhnya ke piringku.

Aku sangat bersemangat saat mencungkil sedikit daging lembut itu dengan garpu. Baunya pun membuat aku tak tahan ingin memakannya habis. Perlahan aku mengambil sejumput daging itu dengan tangan kosong dan memasukkan kedalam mulut. Mengunyahnya dengan sangat khidmat dan penuh perasaan. Perlahan ku ulangi sampai aku tak menyadari bahwa Val sedari tadi menatapku.

"Kau tak makan?" tanyaku saat aku tak melihat ada satu makananpun di piring Val. Sementara dipiringku masih tersisa setengah dari badan ikan.

"Kau ternyata sangat kelaparan, ya?" tanyanya sambil tersenyum dan memangku rahang dengan sebelah tangannya.

Sambil mengemut jemariku yang masih menempel daging-daging lezat itu aku menatapnya dengan bingung, namun beberapa saat kemudian aku menyadari apa maksud perkataannya.

"Terlihat jelas, ya?" kataku dengan sedikit memelankan volume. Aku seketika menjauhkan piringku.

"Lho, kenapa dijauhin piringnya? Sudah, makan saja. Habiskan. Aku memesannya khusus untukmu," kata Val kemudian.

Aku masih menatapnya, aku benar-benar tidak enak hati. Bisa-bisanya aku makan dengan lahap seperti kucing kelaparan. Padahal memang lapar, sih, tapi aku rasa aku mencoreng harga diriku sebagai Arshea.

Val pun menganjurkan dagunya kedepan, menyuruhku untuk melanjutkan makan. Tentu saja aku akan terus memakannya sampai kenyang, toh, Val yang bilang dia memesankan ini untukku. Kalau tak dihabiskan pasti dia akan kecewa, kan?

Oh, sudahlah. Lupakan soal harga diri untuk saat ini. Makan nomor satu! muehehehe~

Selama satu jam aku mengunyah dan memakan hampir semuanya, aku berhenti. Entah sudah berapa ratus kunyahan dan berapa ekor ikan yang masuk kedalam perutku. Semuanya memang terasa sangat lezat. Dari banyaknya menu yang disajikan, Val hanya memakan satu jenis makanan olahan udang. Itupun terlihat seperti digoreng dengan tepung dan satu-satunya makanan selain ikan.

"Wah, kau benar-benar memakan semuanya. Apa begitu lezat?" kata Val kemudian saat melihatku menyender dengan perut buncit.

"Yah, makanannya sa~ngat lezat. Restoran ini memang juara!" pujiku dengan senang dan sedikit mengantuk karena kekenyangan. Beberapa kali aku menguap.

"Kau mau kubungkuskan untuk ayahmu? Sepertinya ayahmu akan sangat menyukainya karena kau pun begitu menyukainya."

Aku menoleh, ayah? Oh, benar. Ayah pasti akan menyukai masakan ikan ini. Tapi, aku merasa tambah tidak enak dengan kebaikan Val.

Suddenly I've Become My Master [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang