Bab 25

16 2 0
                                    

Setelah wanita jadi-jadian datang, pikiranku semakin tak karuan. Aku banyak melamun, memikirkan bagaimana caranya aku menuntaskan ambisiku sebelum empat bulan dari sekarang selesai.

Sebuah lambaian tangan mengibas didepanku, diiringi oleh suara Susi yang memanggilku.

"Arshea, kau baik-baik saja?" ujar Susi padaku.

Dengan cepat aku mengangguk, "Yah, aku baik-baik saja."

"Sejak kemarin kau selalu banyak melamun, apa karena Mark juga tak ada disini makanya kau seperti ini?"

Aku terdiam, sehari setelah aku bertemu dengan Aerol, Mark menyuruhku untuk tidak khawatir. Dia bilang, ia akan pergi menemui 'Ayah' dan mencari solusi atas masalahku.

Aku tak tahu dia pergi kemana, tetapi yang jelas aku tak bisa tidak memikirkan hal itu.

"Wah wah, lihat, ada anak ayam yang kehilangan induknya," ujar Jessi tiba-tiba muncul dihadapanku.

Susi seketika bungkam. Aku tahu dia masih takut dengan wanita ini.

"Apa?" ucapku dingin. Aku benar-benar tak ingin bermain dengan wanita ini.

"Oh, tidak ada. Hanya saja kan sebentar lagi bakal ada prom, mau kan bantu-bantu hias lapangan? Kami kekurangan orang, lho," ujar Jessi kemudian.

"Tidak. Aku tak mau," sahutku tegas.

Jessi lalu menyeret Susi, "Ya sudah, kalau begitu Susi saja yang menggantikan." Ia menyeringai.

"Arshea-!" kata Susi dengan panik.

"Okey!" Aku menggebrak meja. "Aku akan ikut, tapi lepaskan Susi." Aku menatap jengkel.

Seketika Jessi terkekeh, "Nah, begitu dong. Itu baru namanya kawan."

 "Kawan? Sejak kapan aku jadi temanmu?" ujarku sambil berdecih.

Jessi terlihat kesal, namun ia mencoba menutupinya. Aku tahu kini ia sedang berlagak baik, namun pasti ada sesuatu yang ia rencanakan. Tapi rencanaku harus berjalan sempurna sampai empat bulanku berakhir. Aku harus memancingnya agar mau mencari ribut denganku lagi.

Membuatnya kesal, kurasa itu bukanlah masalah.

"Kau jahat sekali, padahal aku sudah mencoba baik lho." Jessi memanyunkan bibirnya. Ia pun berbalik bersama temannya yang lain. Orang-orang di seluruh kelas memandangku dengan sinis, seolah-olah akulah yang jahat disini.

Bukan reputasi yang menguntungkan untuk Arshea, namun dengan begitu maka aku bisa melancarkan aksiku. Akan aku tunjukan seberapa jahatnya aku.

"Arshea, maafkan aku. Lagi-lagi aku membuatmu melakukan itu," ucap Susi dengan muka murung. Khasnya.

"Tidak apa-apa, aku akan ikuti permainannya kali ini. Kau tenang saja." Aku mencoba membuat nada setenang mungkin, walaupun sebenarnya ingin sekali aku mengutuk mereka dengan sumpah serapah.

Prom itu pasti ramai sekali, ditambah Mark tidak bersamaku kali ini. Aku merasa gugup dan takut, bagaimana kalau aku tak melakukannya dengan baik kali ini?

Aku melirik kursi belakang, dimana Mark duduk. Tidak adanya dia hari ini, suasana kelas untukku terasa begitu hampa. Mark, kapan kau akan pulang?

Jam kelas pun akhirnya selesai, aku memenuhi janjiku untuk membantu Jessi mengurus persiapan prom. Susi menawarkan diri untuk ikut denganku, namun aku menolaknya. Susi pasti akan menjadi sasaran empuk untuk memerasku.

"Dah! Hati-hati!" ujarku pada Susi sebelum ia pergi meninggalkan sekolah. Kini aku sendiri, menghadapi wanita ular itu. Kurasa ini tak begitu buruk, setidaknya aku mempunyai semangat walau sebenarnya tak begitu kokoh.

Suddenly I've Become My Master [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang