Tatapannya yang mencurigakan dengan senyum yang tersungging dari sudut bibirnya membuatku canggung. Memang sih dia tidak melakukan sesuatu yang jahat, tetapi tetap saja dia mencurigakan.
"Kenapa? Tenang saja, aku tidak akan mengigitmu kok," katanya dengan santai.
Aku lalu berjalan, lalu duduk tepat disebelahnya.
"Kenapa?" tanyaku bingung.
"Aku cuma mau mengingatkanmu, ..." jawabnya kemudian yang tiba-tiba berhenti.
"Apa sih?" ujarku yang mulai sedikit kesal. Masalahnya, dia menjeda kalimatnya cukup lama.
"Kau ini aslinya seekor kucing 'kan? Maka kau hanya menyukai makanan yang disukai kucing."
Aku terdiam, aku tidak mengerti maksudnya. Setelah beberapa saat, baru aku bisa menangkap apa maksud dari pria ini. "Maksudmu aku tidak bisa memakan makanan manusia sembarangan?" ujarku kemudian.
Pria itu mengangguk, "Ya, karena jika kau memakan makanan yang bukan makanan kucing maka kau akan terkena serangan panik. Ya, itu memang efek samping dari pemindahan jiwa. Apalagi dengan yang berbeda jenis."
Aku menelengkan kepala, "Serangan panik?"
"Iya, serangan panik. Yang berarti tubuhmu akan bergetar. Jantungmu berdegup kencang dan rasa cemas yang sangat hebat. Disaat itu, kau harus menemukan makanan yang sesuai dengan jenis asalmu, jika tidak maka kau akan terkena serangan gila, yang mana berarti kau bisa menjadi agresif dan menyerang setiap makhluk yang kau temui."
Aku kemudian mematung kembali, serangan gila?! Itu tidak masuk akal.
Pria itu kemudian berbaring dengan kedua tangan menopang kepala belakangnya. Ia menatap langit-langit dengan napas yang sedikit berat.
"Dahulu, ada seekor singa sirkus yang juga mengalami pemindahan jiwa ke pawangnya. Namun karena makanan alami singa itu adalah daging, maka saat dia berpindah ke tubuh pawangnya, dia selalu membeli daging. Suatu hari singa yang sudah berpindah jiwa ke tubuh pawang itu kehabisan uang untuk membeli daging. Dia terkena serangan panik, dan karena dia tidak bisa mendapatkan makanannya disaat dia sangat kelaparan sesegera mungkin, dia lalu membunuh satu persatu hewan yang ada di sirkus. Memakan dagingnya mentah-mentah. Bahkan ada kasus dimana ia membunuh seorang matador di tengah pertunjukan sirkus. Semua orang panik berhamburan, dan tentu saja aku lagi yang bertugas mengeliminasi singa itu."
Aku menyimak dengan serius. Aku sudah membayangkan bagaimana jika aku benar-benar kelaparan kalau aku tidak mendapatkan makananku segera. Benar-benar mengerikan. Tapi setelah diingat-ingat lagi, aku ini seekor kucing jalanan, harusnya itu bukan hal yang besar 'kan?
"Yah, aku hanya mau memberitahumu soal ini. Karena kasus-kasus dimana jiwa yang berbeda jenis beralih tubuh sering terjadi hal semacam itu," lanjutnya kemudian setelah melihatku terdiam dengan wajah yang begitu tegang.
"Terimakasih sudah memberitahuku. Tapi tenang saja, karena aku sudah lama hidup dijalanan, jadi sepertinya hampir semua makanan manusia aku menyukainya," jawabku kemudian.
Tak bisa dipungkiri, aku memang memakan apapun untuk bertahan hidup. Jadi seharusnya hal seperti itu bisa dicegah, kan? Tapi, jika itu sayuran, maka aku tidak akan memakannya.
Pria itu melirikku dengan tatapan ragu, kemudian kembali memalingkan pandangan. "Ya, syukur deh kalau kau bilang begitu." Pria itu bangun dan berdiri, sedikit menggeliat. "Sepertinya aku harus kembali bekerja, selamat menjalani hidup baru sebagai manusia, Calesie ... atau sekarang namamu Arshea?" Ia menyungging senyum sebelum menghilang dalam sekejap mata.
Aku terdiam, well, pria itu tidak begitu buruk. Mungkin aku tak akan pernah lagi bertemu dengannya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly I've Become My Master [hiatus]
FantasíaSetelah insiden bunuh diri itu, majikanku terbaring koma dan meninggal. Aku, sebagai kucing peliharaanya, tidak tega melihat majikanku tertidur dengan begitu pulasnya di peti mati yang berukir warna emas. Aku melihat sosok tampan dengan sayap dan ju...