4🍀

63 24 22
                                    

H A P P Y R E A D I N G

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

H A P P Y R E A D I N G

_______


Kediaman Keluarga Mafaza | 9.30 a.m

Keesokan harinya, Faza di ceramahi habis-habisan oleh abinya saat ia sendiri mengakui kecerobohannya saat menyetir dan di ancam mobilnya akan disita atau di perkerjakan sopir pribadi. Namun, satu kesempatan diberikan kepada-Nya untuk lebih berhati-hati lagi, sehingga abinya tidak meneruskan ancamannya.

"Sudah bi. Anakmu juga sudah berjanji untuk selanjutnya lebih berhati-hati lagi," peringat umi Kila yang sudah merasa kasihan melihat Faza yang sedari tadi menunduk patuh.

Saat ini anggota keluarga mereka kembali sisa 3 orang, karena Dilah telah kembali ke pesantren ba'dah subuh tadi di antarkan oleh abinya.

"Baiklah, berani berjanji berani pula menepati ya kak,"

Faza mengangguk mengiyakan, Ia akan lebih berhati-hati lagi selanjutnya, jika tidak ingin hal seperti ini terulang untuk kedua kalinya.

Setelah makan dan membantu uminya membersihkan bekas makan mereka, Faza pun pamit kepada kedua orang tuanya untuk pergi bekerja.

"Hati-hati ya kak," peringat uminya kepada Faza, agar anaknya itu lebih berhati-hati lagi.

"Iya mi. Bi, Faza pamit," pamitnya kepada abinya yang terlihat masih belum ikhlas melepaskan Faza kembali menyetir.

"Hm.. Hati-hati, ingat janjinya yang tadi," celetuk abi Adam terdengar menyindir Faza.

"Abi.." tegur umi Kila mendengar hal tersebut.

"Iya Abi, iya." Faza mengerti mengapa sikap abinya sangat keras kepada ia dan saudaranya yang lain, itu karena abinya peduli kepada mereka pastinya.

Setelah pamit, Faza pun naik ke atas mobilnya. Sebelum benar-benar pergi dari pekarangan rumahnya Ia membunyikan klakson mobilnya. Bisa Faza lihat di luar sana uminya melambaikan tangan kepadanya, kemudian abinya yang terus melihat mobilnya menjauh. Faza menggelengkan kepala melihat sikap abinya yang gengsinya terlalu tinggi, sama sepertinya. Berbeda dengan kedua saudaranya, mereka lebih terang-terangan dalam menyampaikan perasaannya sama seperti umi mereka. Tidak gengsi-an.

Sedangkan umi Kila dan abi Adam kembali berdebat kecil, karena umi Kila kurang setuju dengan sikap abi Adam yang sangat keras tadi. Beruntungnya anak-anak mereka semuanya sabar dalam menghadapi abinya. Kalau tidak, bisa-bisa tadi Faza akan melawan karena terpancing emosi.

"Tidak bisa umi. Anak-anak sudah lama tidak di tegur dengan keras jadi mereka kembali ceroboh lagi dan tidak memikirkan keselamatan mereka," Perjelas abi Adam tidak merasa bersalah atas sikapnya.

Mafaza ( REPOST )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang