BAGIAN 14

38 12 4
                                    

.
.
.

Berjalan dengan perlahan, merasakan hawa dingin yang menusuk hingga tulang. Riella, gadis cantik yang kini sedang berjalan di halaman belakang itu menatap daun-daun yang bergoyang. Melihat bagaimana kunang-kunang berterbangan, dengan cahaya yang menurutnya indah tiada tandingan.

Jika dahulu riella akan berjalan dengan was-was, karena takut terkena amukan Johnny atau ibu tirinya. Namun sekarang ia bisa sedikit bernapas lega karena semua keadaan sudah berpihak padanya.

Gadis yang kini memakai hoodie kebesaran berwarna moka itu tersenyum kecut, ia teringat bagaimana kejamnya ah mungkin tidak bisa dikatakan kejam hanya sedikit tega. abizar yang mengurung dirinya tadi siang.

Tidak, riella tidak ingin memperbesar masalah. Dia tidak mempermasalahkan jika dia dikurung seperti tadi oleh abizar. Karena riella yakin itu bentuk cinta abizar kepadanya, abizar hanya tidak ingin miliknya diambil oleh orang lain.

Riella hanya bisa berharap, semoga kekasihnya itu bisa merubah perlakuan cintanya yang salah.

Gadis itu mendongak, malam ini sepertinya akan turun hujan. Terlihat dari awan hitam yang sudah memenuhi langit yang dilihatnya.

Maka dengan berat hati, gadis itu melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah niat hati ingin segera merebahkan tubuhnya dan terlelap di kasur nyamannya.

Namun niatnya terhenti kala mendapati jemian yang tengah duduk di kursi depan rumahnya. Riella mengerutkan kening, untuk apa pemuda itu kerumahnya malam-malam seperti ini?

"Je? Ini beneran lo?"

Jemian tersenyum manis, tanpa berniat menjawab pertanyaan dari riella.

"Gue kangen sama lo" Ucap riella yang kemudian berhambur ke pelukan jemian

"Kenapa lo tadi pergi? Kenapa lo tadi gak bantuin bokap lo yang kesakitan kenapa___

"Bawel"

"Hiks kenapa lo tinggalin gue dan bentak gue" Lanjut gadis yang masih berada di dekapan pemuda jangkung berbaju hitam tersebut

"Maap buat semua kelakuan gue tadi siang ri, gue cuma sakit hati sama perkataan jenanda"

"Seharusnya lo bisa memaklumi, jenanda cuma emosi..... Lo jangan terbawa emosi"

"Emangnya lo gak bakalan emosi kalo nyokap lo di hina kaya gitu?"

Riella terdiam, gadis itu tidak bisa lagi membuka suara. Kata-katanya seakan terhenti di tenggorokan, benar apa kata jemian apakah riella tidak emosi ketika orang tuanya di hina seperti tadi

"Maapin gue je"

"Berisik"

Menyeka air mata riella yang turun tiada henti, jemian pemuda itu tersenyum manis dihadapan gadis yang menatapnya lekat

"Lo kenapa malem-malem ada di depan rumah gue?" tanya riella yang sudah sedikit lebih tenang

Menghembuskan napas, pemuda itu menatap lekat manik kecoklatan milik gadis di depannya itu

"Gak, tadi gue cuma lewat doang. Sekalian mampir, dan mau minta maap soal tadi siang"

Riella menganggukkan kepala, dan kembali menatap lekat mata jemian yang kalau dilihat sepertinya sudah menangis. Sudahlah riella tidak ingin menanyakan hal itu.

"Masuk?" tanya riella yang hanya mendapat gelengan dari jemian

"Gak usah, gue kesini cuma mau pamit sama lo" ucap jemian

Riella mengerutkan kening, pamit? Jemian akan pergi? Kenapa harus pamit?

"Gue besok pergi ke amrik, ngembangin usaha properti yang gue punya. Dan mungkin gue perlu pamit sama lo" tutur jemian

Aku Kamu Dan Dia (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang