Thermometer - Nagi Seishiro

607 59 3
                                    

Hari ini seluruh guru sedang mengadakan rapat mendadak, jadi seluruh kelas diperintahkan untuk belajar sendiri. Bahasa lainnya adalah jam kosong. Tetapi tetap mendapat satu atau dua tugas dari setiap guru mata pelajaran.

Blue Lock by Muneyuki Kaneshiro
Original story by me
Blue Lock
Nagi Seishiro x Readers
Romance, Slice of life

(Y/n) dan Nagi saat ini sedang berada di perpustakaan sekolah. Mereka meminta pada ketua kelas untuk mengerjakan tugas di perpustakaan agar bisa mencari jawaban lebih banyak dari buku-buku disana.

Sebenarnya itu alasan kedua saja. Alasan utamanya adalah Nagi mencari tempat sunyi untuk tidur. Dan perpustakaanlah jawabannya.

Dan beruntungnya mereka, hari ini perpustakaan sangat sepi. Hanya terlihat beberapa orang saja. Nagi mencari tempat paling ujung dan paling sepi untuk ia tidur.

"Nagi, aku akan mencari buku lain di sebelah sana." ucap (y/n) pelan sambil sedikit mengguncang tubuh Nagi.

"Ummm." jawab Nagi yang siap untuk tidur.

Sepuluh menit (y/n) berkeliling mecari buku fisika untuk mengerjakan tugas dari guru fisikanya. Soalnya hanya satu yaitu 'Bagaimana mengecek suhu tubuh jika tidak ada termometer'. Sangat sederhana tapi (y/n) sedikit kesusahan mencari buku yang membahas tentang itu.

(Y/n) kembali ke meja dimana Nagi tertidur tadi.

"Ne, Nagi. Aku tidak menemukan buku fisikanya."

Dalam keadaan mengantuk berat, Nagi mengangkat kepalanya lalu membuka matanya pelan "Memang apa tugasnya.?"

"Kau tidak mencatatnya ya Nagi? Tadi ketua kelas menulisnya di papan tulis."

"Aku malas nulis-nulis, (y/n)."

(Y/n) mengehela nafas panjang. Sebenarnya kejadian seperti ini sudah tidak asing lagi. Nagi memang selalu melewatkan pelajaran di kelas dan selalu tidur. Tapi ajaibnya ia bisa jadi juara 2 dikelas mereka.

"Tugasnya hanya satu, Nagi katanya 'Bagaimana mengecek suhu tubuh jika tidak ada termometer?'."

"Itu soal mudah, (y/n) kenapa kau repot-repot mencari buku fisika?"

"Kenapa kau tidak bilang dari tadi, Nagi jika menurutmu ini mudah." (Y/n) sedikit emosi karena ia tau kekasihnya ini pintar hanya saja malasnya luar biasa.

"Tentu saja mudah, untuk mengecek suhu kita hanya perlu memakai tangan saja bukan?"

"Y-ya itu memang benar. Tapi apakah tangan saja bisa akurat?"

"Kalau begitu kita bisa menggunakan anggota tubuh yang lain, (y/n)."

"Yang lain? Contohnya?"

"Seperti lidah mungkin."

(Y/n) bingung dengan apa yang dikatakan Nagi barusan.

"Ha? Lidah? Bagaimana bisa lidah mengecek suhu tubuh?"

"Lidah merupakan anggota tubuh yang paling peka terhadap suhu panas bukan.?"

"I-iya benar. Tapi bagaimana melakukannya? Apa dengan menjilat kening seseorang untuk mengetahuinya?"

"Iwh hentikan, (y/n) membayangkannya saja menjijikan."

"Habisnya kau bilang dengan lidah."

"Bukan berarti seperti itu, (y/n). Tidak dengan menjilat kening orang lain."

"Lalu?"

"Kau mau aku membuktikannya sekarang?"

"Memangnya bisa.?"

"Tentu saja bisa. Ini sangat mudah, (y/n)."

"Baiklah kalau begitu."

(Y/n) menurut saja asalkan tugasnya selesai tanpa tahu apa yang akan Nagi lakukan.

Awalnya posisi duduk mereka adalah berhadapan terhalang meja, tapi Nagi bangkit dari duduknya dan pindah ke kursi yang ada tepat di samping (y/n).

"Nagi, kenapa kau pindah?" tanya (y/n) bingung.

"Aku akan membuktikan yang tadi, (y/n)."

"Memangnya harus disebelahku?" (Y/n) tetap tidak mengerti apa yang akan Nagi lakukan.

"Sudahlah tidak usah banyak pertanyaan lagi, (y/n)."

"Tetap saja ak-."

Perkataan (y/n) terpotong karena dengan cepat Nagi meraih pipi (y/n) mendekat lalu menciumnya. Dan karena tadi (y/n) sedang berbicara, mulutnya yang sedikit terbuka memudahkan lidah Nagi menerobos masuk.

Refleks matanya melebar karena terkejut dan (y/n) menahan nafas.

"Hmph-." (Y/n) menggedor dada Nagi sebagai isyarat untuk melepas ciuman itu. Setelah ciuman terlepas meninggalkan warna merah padam pada wajah (y/n) saat ini.

"Nagi!? Apa yang kau lakukan?" (Y/n) tidak sadar suaranya meninggi karena masih syok.

"Ssstt tenanglah, (y/n). Tidak boleh teriak saat di perpustakaan."

"Ma-maaf. Tapi apa yang kau lakukan tadi, Nagi!?"

"Aku hanya membuktikan lidah bisa mengecek suhu tubuh seseorang."

"Haaa?."

"Suhu tubuhmu tadi sekitar 37°C, (y/n)."

"Bagaimana ka-."

Pipi diraih dan mulut (y/n) kembali dicium Nagi untuk kedua kalinya. Kali ini tidak lama hanya beberapa detik saja. Tetapi ampuh membuat wajah (y/n) lebih merah dari sebelumnya.

"Oh suhu tubuhmu sepertinya naik menjadi 38,5°C, (y/n). Pipimu juga jadi sedikit panas."

"N-nagi!? K-kau melakukannya lagi." (Y/n) kesulitan mengatur jantungnya yang luar biasa berdegup kencang.

"Itu efektif, (y/n). Lidah benar-benar bisa mengecek tubuh seseorang."

"A-apa harus begitu caranya?"

"Idemu tadi yang menjilat kening seseorang malah menjijikan, (y/n). Lebih baik pakai cara yang barusan."

"Ini hanya akal-akalanmu saja 'kan, Nagi?"

"Bisa ya dan bisa juga tidak."

"Apa maksudmu.?"

"Faktanya lidah memang akurat untuk mengecek suhu. Dan aku memang ingin menciummu, (y/n)."

"K-kenapa?" tanya (y/n) kebingungan.

"Dikelas ramai sekali orang. Jadi sangat sulit melakukannya."

"Nagi. Kau mempermaikanku ya?" (Y/n) memukul pelan bahu Nagi

"Tentu saja tidak. Aku hanya berbicara jujur."

"Kenapa tidak bilang saja tanpa harus mengejutkanku seperti tadi, Nagi."

"Eh? Kau tidak marah, (y/n)?"

"T-tidak. A-asalkan tidak didepan banyak or-."

Dengan cepat dan tanpa basa basi lagi, Nagi meraih pipi dan meraup bibir (y/n) seolah tidak rela membaginya dengan orang lain.
.
.
.
.
Tbc or End?
.
.
.
.
.
.
Halo semuanyaaaaa
Sachi balik lagi sama bayi Nagi kita tersayaanggg 🥰
Terinspirasi dari penulis kesayangan sachi yang sampai sekarang suka sachi baca berkali-kali tanpa bosen 😚
Jangan lupa tinggalin jejak yaaa semuanyaaa
.
.
.
Enjoyyy 🤍

OUR DAYS -Blue Lock Edition- Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang