Bukan kah tetap butuh jeda ditengah lelahnya berjibaku dengan harapan dan perjuangan?
Normal POV
Danau buatan di taman rumah sakit dengan sebuah air mancur di tengahnya menjadi objek yang terus menyita perhatian laki-laki dengan jas kedokteran yang duduk di bangku putih. Hot americano di tangannya bahkan tidak sepanas sebelumnya. Ben yakin benar saat ini ada yang sedang menganggu pikiran seseorang yang terus diam menerawang ke depan.
Apa itu ada hubungannya dengan seseorang bernama James? Kemungkinan besar apa yang membuat Gulf diam ada kaitannya dengan James. Saat Gulf mabuk pun nama James terus disebutnya.
Lalu yang membuat Ben penasaran adalah sejak kapan Gulf dan James bertemu. Lalu siapa James untuk Gulf?
"Kopi mu akan menjadi es," ujar Ben setelah sekian menit keheningan menyelimuti keduanya.
Gulf seperti terpanggil ke sadarnya, dia menoleh pada Ben kaget lalu melihat gelas americano di tangannya. "Oh iya," cicit Gulf.
Gulf mulai meneguk kopi itu dan terlihat menelan paksa dengan terburu-buru.
"Gulf, ada yang mengganggu pikiran mu? Ada masalah dengan pekerjaan mu? Ada pasien yang sulit? Kamu perlu pindah rumah sakit?" Tanya Ben panjang.
"Hey, Ben. Meskipun keluarga mu memiliki saham hampir di seluruh rumah sakit di kota ini aku tidak akan mengendalikan mu untuk itu. Huh," ujar Gulf galak.
"Hehe iya aku tahu kamu pasti menolaknya," kekeh Ben. "Lalu kenapa kamu sekarang? Murung? Stres? Kamu butuh cuti? Kita harus berlibur?"
Gulf menarik nafasnya panjang. Dia tahu gerak gerik dirinya tentu mulai membuat Ben curiga. Namun Gulf tidak ingin siapapun tahu bahwa Gulf bertemu Mew lagi. Karena bagi Gulf pertemuan kemarin tidak akan pernah terjadi lagi. Jadi untuk saat ini yang Gulf butuhkan hanya bersembunyi sejenak dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin terjadi seperti goyah perasaannya yang bisa jadi akan iba dan luluh untuk kembali menjadi dokter untuk James.
"Mm, mungkin. Aku ingin pulang ke Chiang Mai, hampir satu tahun ini aku tidak melihat mereka."
"Oh jadi itu yang mengganggu pikiran mu? Kenapa kamu tidak mengatakannya sih?!"
"Aku pikir kemarin tidak terlalu darurat aku harus pulang. Tapi ini sudah terlalu lama aku tidak melihat rumahku dan nisan orang tua ku. Bibi bahkan mungkin sudah lupa wajahku," celoteh Gulf mengundang tawa Ben.
"Sepertinya saat melihatmu pulang Bibi akan mengutuk,"
"Aku sudah siap untuk itu haha,"
Ben sedikit bisa bernafas lega melihat tawa pemuda di sampingnya. Meskipun Ben yakin Gulf belum mengutarakan sepenuhnya apa yang sedang mengganggu pikirannya namun Ben harap perasaan Gulf membaik setelah ia melihat rumahnya.
"Jadi kapan kamu memiliki rencana pulang?"
"Penerbangan malam ini."
"Hey?!"
"Aku sudah mengajukan surat cuti pekan lalu wleee,"
"Bagaimana bisa begitu?!"
"Sengaja. Supaya kamu, Phi kit atau Phi Tar tidak merepotkan ku dengan list oleh-oleh yang kalian inginkan. Yeye," ujar Gulf dengan tengil lalu segera berlari ketika Ben sudah memasang ekspresi gemas.
"Hey Gulf! Kit akan meneror mu! Aku yakin!" Ben berusaha mengejar Gulf yang terus berlari dengan tawanya.
Di tempat berbeda seorang wanita duduk di ruang konseling untuk memenuhi panggilan guru pembimbing. Hampir tiga puluh menit Nanny Fah duduk di ruang itu bersama Mrs Shany.
![](https://img.wattpad.com/cover/340256239-288-k291517.jpg)