9. Ketakutan yang mengerikan

431 63 9
                                    

Menikmati luka, berpura tidak lagi ada rasa
Ku tahu, berharap padamu adalah patah hati yang ku sengaja


Mew POV

Aku bergegas turun untuk bertemu James di meja makan. Di tangan kanan ku aku membawa obat dari Dokter ku. Ckk, aku tidak percaya ternyata mental ku benar tidak baik-baik saja dan aku membutuhkan dokter jiwa. Bukan hanya itu, aku membutuhkan seseorang yang sedang menjadi dokter jiwa juga, aku rasa.

Aku tersenyum untuk James yang sedang makan bersama Nanny nya. James juga tersenyum pada ku dengan cerah.

Aku memeluk James, kata Fah James selalu butuh pelukan. Benar, pelukan yang belakangan ini tidak pernah lagi aku berikan padanya.

Kemarin aku pikir aku tidak layak untuk memeluknya. Aku takut James membenciku karena Ibunya meninggalkannya, aku seorang Daddy yang payah. Aku merasa lebih tidak pantas lagi untuk memeluk James atau menenangkannya saat ia menangis karena aku lah yang membuat keadaan menjadi sedemikian tragis.

Dan hari ini aku sudah sangat yakin untuk memberi tahu Gulf semuanya. Aku tidak yakin ini akan memperbaiki sudut pandang Gulf tentang ku dan aku juga tidak yakin ini adalah waktu yang tepat mengingat dia sudah memiliki pacar tapi aku sungguh-sungguh hanya ingin memberi tahunya.

"Dad, apa pagi ini Daddy mengantar James?" Tanya James disela kesibukannya menyendok sereal.

"James ingin berangkat bersama Daddy?" Tanyaku antusias.

"Uhm," dengan penuh semangat putramu mengangguk.

Aku diam beberapa detik berpikir. Sekolah James dan universitas ku tidak searah dan Gulf tidak memiliki waktu banyak untuk kami bertemu. Sayang sekali aku harus membuat James kecewa lagi.

"James, bagaimana kalau Daddy datang menjemput James pulang sekolah? Maafkan Daddy karena pagi ini Daddy memiliki janji," ujarku sambil mengusap rambut James.

"Emm, seperti itu? Baiklah," jawab James yang terlihat perubahan pada ekspresinya.

"Daddy janji membawa James pergi ke mall setelah kita pulang," aku tetap bernegosiasi.

James melihat padaku dengan mata berbinar. "Sungguh, Dad?!"

"Uhm. Tentu saja," jawabku.

"Nanny Fah, Bibi!! Daddy akan membawa James ke mall nanti!" Seru James memberi tahu orang-orang di dapur.

"Jangan senang dulu. James harus habiskan sarapannya kalau mau pergi bersama Daddy," ujar Nanny Fah sambil berjalan ke arah meja membawa susu untuk James.

"Haha, Nanny benar. Habiskan sarapan James ya? Oh ya, Daddy harus berangkat sekarang," aku beranjak berdiri.

"Apa kamu mau membawa beberapa makanan untuk sarapan nanti Khun? Tunggu aku akan menyiapkannya," ujar Nam.

"Tidak, Nam. Pagi ini aku memiliki janji di kantin. Aku makan disana," aku memberi tahu Nam dan menghampirinya.

"Ohh. Baiklah Khun,"

"Aku pergi ya? James bye," aku melambaikan tangan singkat pada James dari tempatku berdiri. "Nam, Fah, aku menitipkan James,"

"Kha, Khun,"

Aku pun berjalan pergi melewati pintu utama. Gump sudah menyiapkan mobil untuk ku dan sudah siap mengantarku tapi aku ingin pergi sendiri hari ini.

Mobil yang aku kendarai mulai melaju meninggalkan area rumah. Tempat yang ku tuju pagi ini adalah sebuah kedai kopi di dekat gedung olahraga universitas ku dulu. Jarak yang aku tempuh sekitar dua puluh menit saja.

BACK TO YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang