9. Maaf?

0 0 0
                                    

"Maaf bukanlah kata yang pantas di ucapkan kepada orang yang telah kita sakiti, tapi dengan kata maaf mungkin bisa menghilangkan sedikit nyeri di hatinya walau tidak akan bisa sembuh sepenuhnya." -An Undisclosed Fact.


Happy reading
•••

Tavisha merebahkan dirinya di atas kasur, tubuhnya terasa sangat pegal. Ia menatap kosong langit-langit kamarnya. Pikirannya jauh melayang kemana-mana, entah apa yang ia pikirkan.

Ting

Bunyi notifikasi dari handphone-nya mengalihkan perhatiannya.

+628*********

Haii

Sv Biruuu

Tavisha hanya membaca pesan tersebut, lalu melemparkan handphone-nya ke sembarang arah. Tavisha mengubah posisinya menjadi duduk. Ia menatap piala, medali, dan sertifikat yang berjejer rapi. Netranya tertuju pada satu piala kecil yang sudah sedikit usang. Ia bangkit untuk mengambil piala tersebut, lalu membersihkannya menggunakan tisu. Ia menatap lama piala tersebut, ia tersenyum. Piala ini adalah piala pertama yang ia dapatkan saat kelas 1 SD. Karena piala ini juga ia mendapatkan apresiasi dari bundanya untuk pertama dan juga terakhir kalinya.

Detik kemudian, senyum yang tadi terukir jelas kini lenyap seketika. Ia jadi teringat akan almarhumah bundanya. Ia merindukan bundanya, karena selama ini hanya bundanya yang pernah memberikan kasih sayang terhadapnya walaupun hanya sesaat. Ia berandai kalau bundanya masih ada, mungkin ia tidak akan pernah mendapatkan kekerasan dari ayahnya.

"Bund... Visha kangen sama bunda," lirih Tavisha.

Meong.... Meong

Aswad melompat ke kasur Tavisha. Melihat itu, Tavisha langsung mengambilnya dan menaruhnya di pangkuannya. Tavisha mengelus-elus kepala Aswad, sesekali ia mengajak Aswad berbicara layaknya dengan seorang teman.

(ʘᴗʘ✿)

Malam ini terasa begitu sunyi, dingin, dan gelap, tidak ada cahaya bulan ataupun bintang. Tavisha terpaksa keluar rumah untuk menemui Biru di taman. Sebenarnya ia tidak mau menerimanya, tapi Biru tetap memaksanya dengan alasan kali ini saja dan tidak akan mengganggunya lagi.

Sesampainya di taman, Tavisha melihat Biru yang sedang menunggunya sambil menyebat rokok. Tavisha menutup hidungnya agar ia tidak menghirup asap tersebut.

"Buang rokok lu," perintah Tavisha.

Biru yang baru menyadari kehadiran Tavisha langsung membuang rokoknya. Ia berdiri dari duduknya.

"Sha, gue minta maaf soal waktu itu," ucap Biru.

"Kan kemarin gue udah bilang, kalo gue udah maafin lu."

"Kita bisa kayak dulu lagi, kan?" tanya Biru penuh harap.

"Enggak. Lu ga liat kemarin? Gue udah punya pacar. Gue emang udah maafin lu, tapi bukan berarti gue masih mau nerima lu lagi."

"Kenapa?"

"Lu pikir aja sendiri sialan. Malam itu gue ketakutan, gue butuh lu. Tapi lu? Malah berduaan sama cewek lain. Gue liat dengan jelas malam itu!" Tavisha berusaha agar air matanya tidak jatuh. Dadanya terasa sangat sesak saat mengingat kejadian empat tahun silam.

"Gue bisa jelasin, Sha."

"JELASIN APA ANJING?! MALAM ITU GUE MASIH NUNGGUIN LU, GUE MASIH BERHARAP LU DATANG KE GUE DAN MINTA MAAF. TAPI APA?? LU NGILANG GITU AJA TANPA KABAR. DAN SEKARANG? LU MAU PERBAIKI SEMUANYA? TELAT BANGSAT! GUE UDAH TERLANJUR BENCI SAMA LU!" teriak Tavisha mengeluarkan semua unek-unek yang ia pendam selama ini.

Biru tidak bisa berkata apa-apa, ini semua salahnya. Ia menarik Tavisha ke dalam pelukannya. Membiarkan Tavisha menutupi wajahnya yang sedang menangis.

"Maafin gue," lirih Biru meminta maaf. Walau Ia tahu permintaan maafnya tidak bisa mengobati luka hati Tavisha.

Tavisha melepaskan dirinya dari pelukan Biru. "Hubungan kita sudah selesai sejak lu hilang tanpa kabar. Jaga tunangan lu baik-baik. Jangan pernah sakiti dia, cukup gue aja. Mulai sekarang, lu jangan pernah ganggu gue lagi. Gue pamit," ucap Tavisha dengan suara lemah. Ia menghapus air matanya lalu pergi meninggalkan Biru sendirian.

Biru kini terduduk di lemah di bangku taman. Ia tidak tahu harus apa lagi. Ini semua juga salahnya. Saat itu ia tidak menjelaskan semuanya pada Tavisha.

"Semua gara-gara perjodohan sialan!" maki Biru.

(ʘᴗʘ✿)

Pagi ini begitu cerah, sinar matahari masuk ke dalam kamar Tavisha membuat tidurnya terusik. Ia menggeliat, tangannya bergerak mencari handphone di sampingnya untuk melihat jam berapa.

"Shiball," umpat Tavisha saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.45. Ia hanya punya waktu sekitar 15 menit untuk bersiap. Hari ini hari senin, ia harus datang sebelum jam 07.15.

Tavisha langsung bangun dan bergegas ke kamar mandi. Setelah selesai memakai seragam, ia buru-buru mengambil bukunya dan berlari ke dapur untuk mengambil selembar roti sebagai sarapannya. Ia memakan roti tersebut sambil berlari keluar rumah. Ia langsung masuk ke dalam mobil, dan menyuruh sopirnya untuk mempercepat laju mobil.

Tavisha sudah sampai di sekolah, upacara akan dimulai 5 menit lagi. Ia menghela nafasnya lega, tidak sia-sia ia berlari lari seperti orang kepanasan.

Upacara susah selesai dengan lancar, tapi para murid belum diizinkan untuk masuk ke kelas.

"Diharapkan untuk semua murid agar tidak langsung masuk ke kelas," ucap pak Bani menggunakan mikrofon lalu memberikannya kepada kepala sekolah.

"Baik, seperti yang kita ketahui, kemarin ada teman kita yang mengikuti lomba olimpiade mewakili sekolah kita, SMA Melati. Sebelumnya kita ucapkan terimakasih kepada murid kita yang sudah mengharumkan nama SMA Melati, yaitu Askara Emiliano dari kelas 12 MIPA 2 sebagai juara 1 olimpiade sains, dan Tavisha Anggita dari kelas 12 MIPA 1 sebagai juara 1 olimpiade matematika."

Semua murid memberikan tepuk tangan yang meriah, mengapresiasikan keberhasilan Tavisha dan Aska.

"Kepada Aska Emiliano dan Tavisha Anggita, diharapkan maju ke depan untuk menerima penghargaan," lanjut kepala sekolah.

Keduanya berjalan menuju ke depan untuk mengambil hasil dari kerja keras mereka. Mereka mendapatkan piala dan juga sertifikat. Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi foto-foto bersama para guru untuk mengabadikan momen tersebut.

Tavisha sedari tadi mencari celah untuk bisa pergi dari sini. Setelah di rasa aman, Tavisha berlari menuju teman-temannya, ia merasa tidak nyaman jika terus berada diantara para guru.

Ting

+628**********

Lo bisa bersenang-senang sekarang, karena sebentar lagi lo akan kehilangan satu persatu kebahagiaan lo.

•••

Haii, gimana sama part ini? Semoga sukaa yaaa.
Jangan lupa vote dan komen♡

See you di part selanjutnya ( ◜‿◝ )♡


An Undisclosed Fact Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang