6. Lagi?

1 1 0
                                    

Happy reading
•••

Hari ini Tavisha bangun lebih awal dari biasanya. Ia sudah siap dengan pakaian dan juga sepatunya. Ia berencana untuk berlari kecil mengelilingi kompleks perumahannya.

Sudah sejam ia berlari, keringat bercucuran di keningnya. Ia memilih untuk beristirahat sebentar di bangku taman.

‘meong meong’

Suara kucing menarik perhatiannya. Ia mencari dari mana asal suara kucing tersebut.

“Nah, itu dia!” seru Tavisha antusias saat melihat kucing tersebut di atas pohon. Ia sangat menyukai binatang yang satu ini. Dulu ia mempunyai seekor kucing berwarna oren, ia sangat menyayanginya. Akan tetapi, kucing tersebut meninggal karena sakit.

Tavisha mulai memanjat pohon lalu mengambil kucing tersebut. Setelah mengambilnya, ia memilih untuk duduk di bangku tadi. Tavisha mengelus-elus kepala kucing berwarna hitam pekat tersebut.

“Namamu siapa hm?” tanya Tavisha pada sang kucing. “Gimana kalau aku kasih namamu Aswad? Soalnya bulu kamu hitam. Hitam itu kalau dalam bahasa Arab Aswad, gimana?” tanya Tavisha lagi. ‘meong’ respon si kucing.

“Oke! Kalau gitu kamu kucingku sekarang. Ayo kita pulang, Aswad,” ucap Tavisha antusias lalu membawa pulang kucing tersebut.

(ʘᴗʘ✿)

Tavisha membuka pintu gerbang rumahnya. Ia dikagetkan dengan satu paket atas namanya. Tanpa pikir panjang, ia langsung membawa paket itu ke kamarnya, dan membukanya. Ia menemukan satu surat di dalamnya.

“Lagi?” batin Tavisha.

‘lu masih ga percaya sama apa yang gue bilang kemaren? Bodoh banget sih lu, haha. Satu lagi, gue akan buat lu kehilangan satu persatu kebahagiaan lu. Atas motif apa? Gue benci sama lu.’


“Apaan sih anjir, gaada kerjaan lain selain neror gue?” kesal Tavisha.

“Kalaupun ada yang bunuh bunda, atas motif apa? Bunda ga pernah tuh bermasalah sama orang lain,” celetuk Tavisha santai.

“Au ah, makhluk sialan. Bikin pusing aja,  mending gue sarapan,” putus Tavisha lalu berjalan menuju dapur. Ia melihat keluarganya baru saja selesai sarapan.

“Buat Visha mana?” tanya Tavisha saat melihat semua lauknya sudah habis.

“Gaada, kamu bikin aja sendiri sana,” sahut Ayahnya, tanpa menatap Tavisha.

Tavisha langsung meninggalkan mereka, ia mengambil sebutir telur dan sebungkus mie instan. Ia berniat untuk memasak mie tersebut.

“Sini non, biar bibi aja yang masak,” ucap Bi Marni menawarkan sambil berjalan ke arah Tavisha.

“Gausah bi, aku bisa sendiri kok. Makasih ya,” Tavisha tersenyum manis ke arah bi Marni.

“Oh yaudah non kalau gitu, bibi mau lanjut cuci piring dulu. Hati-hati ya,” peringat Bi Marni.

“Iya bi.”

Lima menit kemudian, Tavisha sudah selesai memasak mie nya. Ia menuangkannya ke dalam mangkuk dan membawanya ke kamar beserta segelas air. Tavisha makan sambil menonton kartun dua kembar botak dari Malaysia yang tak lain adalah ‘Upin dan Ipin’.

Selesai makan Tavisha kembali teringat sama surat tadi. Sebenarnya ia juga masih penasaran tentang kematian bundanya. Tavisha menopang dagunya menggunakan kedua tangan, berusaha berpikir. Ia beralih mengambil handphone-nya lalu membuka aplikasi berbentuk gagang telepon berwarna hijau. Ia mulai mengetik sesuatu, mencari kontak bernama ‘Enjel mailop’.

An Undisclosed Fact Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang