Bab 2 : Tuan ular, kau....?

1.5K 237 9
                                    

Jisung telah selesai mengobati ular putih yang indah itu, bibirnya tersungging senyuman manis yang lembut. Ular putih itu hanya menikmati segala sentuhan Jisung, pemuda yang menjadi istrinya itu terlalu lembut hingga mudah di bodohi.

"Tuan ular, tidakkah kau merasa lapar?" Tanya Jisung lugu.

Ular putih itu hanya diam menikmati usapan Jisung, dia tidak bergeming sekalipun. Ular putih itu masih memikirkan cara untuk merebut kekuasaannya dan membawa pemuda ini bersamanya.

"Tapi aku tidak tahu, selera tuan ular!" Seru Jisung kebingungan.

Sejak kecil, Jisung diajarkan oleh kedua orang tuanya bahwa perlakuan seluruh makhluk hidup penuh dengan kasih sayang, maka hidupmu akan selalu tenang dan damai. Oleh karena itu Jisung tidak takut terhadap ular putih yang nampak tidak berbahaya ini.

Selain itu, warga disini menganut kepercayaan bahwa ular merupakan binatang suci yang harus diperlakukan layaknya manusia. Mereka tidak tahu apa alasannya namun, kepala desa terdahulu mengatakan bahwa ular adalah pelindung desa ini karenanya, jika para penduduk menemukan ular jangan pernah membunuh, dan jika ular itu terluka para penduduk harus mengobati ular tersebut agar desa tidak terkena kutukan. Oleh karena itu Jisung tidak bisa mengabaikan keberadaan ular putih itu begitu saja.
Jisung takut, hanya karena dia yang mengabaikan ular itu, seluruh desa akan terkena kutukan.

Kepercayaan besar itulah yang membuat sang ular menjadi kuat, semakin banyak orang yang memujanya maka semakin besar juga kekuatan sang siluman. Kepala desa berbohong, ular bukanlah hewan suci melainkan seorang siluman yang sangat kuat ditambah lagi dengan pemujaan manusia yang membuatnya semakin kuat.

Ular putih itu akhirnya mengarahkan ekornya, menunjuk ke arah Jisung. Hal itu membuat Jisung sedikit terdiam.

"Tuan ular ingin memakan diriku?" Tanya Jisung menunjuk dirinya sendiri.

Ular putih itu menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan Jisung, dia membutuhkan darah pengantin sucinya agar bisa kembali berubah bentuk menjadi seorang manusia. Mungkin dia harus melukai Jisung, atau dia gigit saja Jisung saat tidur.

Jisung menggeleng. Jisung sebenarnya takut tapi akhirnya dia berusaha untuk memberanikan diri bahwa tuan ular tidak akan memakannya, "Kamu tidak bisa memakan ku tuan ular, karena hanya aku yang bisa merawat mu."

Ular putih itu kini menyembunyikan wajahnya di antara tubuhnya yang melingkar. Jisung tidak akan pernah bisa mengerti apa yang dia maksudkan, sepertinya dia harus segera kembali ke wujud manusianya.

Sial, jika saja dia tidak terkena tusukan dari paku suci milik seorang biksu pastinya dia tidak perlu berada dalam wujudnya yang paling lemah.
Di dunia siluman, wujud paling lemah mereka adalah ketika mereka menjadi hewan dan inilah yang terjadi kepada tuan ular.

Untuk kembali ke wujud aslinya, ular putih ini membutuhkan darah seseorang yang merupakan keturunan dewa. Kebetulan sekali bahwa pengantin yang dia pilih merupakan salah seorang keturunan dewa Ryu, yang melambangkan kesuburan dan kemurnian.

"Tuan ular kau sedih?" Tanya Jisung, saat melihat sang ular putih yang nampak tak bersemangat akibat penolakannya.

Ular itu tidak menjawab, dia hanya diam dan diam walaupun menikmati sentuhan Jisung yang perlahan-lahan menyembuhkan seluruh lukanya.

"Maafkan aku, tapi aku berjanji selama kita bersama, aku akan menjaga mu dan merawatmu dengan baik sebagai ganti karena kau tidak jadi memakan diriku." Bujuk Jisung.

Ular itu hanya mendesis, sebenarnya dia ingin menjawab bahwa memang sudah tugas seorang istri menemani dan merawat suaminya.

Jisung hanya menghela napas, "Baiklah, sepertinya tuan ular sudah lelah ya? Aku akan memasak untuk kita makan, jadi tuan ular disini saja ya?"

Jisung bangkit dari duduknya, dia akan pergi tetapi ular putih itu malah melingkar ke tangannya. Hal itu membuat Jisung sedikit terkekeh, nyatanya tuan ular tidak merajuk kepada dirinya.

"Tuan ular mau ikut? Kalau begitu ayo kita pergi!"

Jisung berjalan menuju dapur dengan membawa keranjang yang berisikan kain lembut.

Jisung menaruh keranjang itu di meja, "Tuan ular disini saja ya, aku akan memasak!"

Ular putih itu menurut, dia menatap Jisung yang kini sibuk memotong daging dan beberapa sayuran.

Saat asik memotong daging, tiba-tiba tangan Jisung terkena pisau hingga berdarah.

"Ahh, sakit!" Seru Jisung.

Ular putih yang melihat ada kesempatan langsung mendekat ke arah Jisung,

"Tuan ular?" Panggil Jisung kebingungan saat ular putih itu malah mendekat ke tangannya yang terluka.

Perlahan-lahan lidah ular itu terjulur menjilati darahnya. Jisung yang melihat itu membiarkannya saja, di dalam pikirannya mungkin saja tuan ular suka darah(?) walaupun Jisung sama sekali tidak yakin.

Cukup lama ular itu menjilati jari Jisung, dan tak lamaー

Trang!

ーMuncul asap dari tubuh ular itu.

"Tuan ular, kau....?" Seru Jisung kehabisan perkataan, saat melihat ular itu berubah menjadi sosok pemuda tampan dengan tatapan tajam yang terus menatap dirinya.

°°°°

White Snake's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang