Hari ini desa Chanyu nampak begitu indah, seluruh jalanan hingga kuil dihias dengan begitu cantik, pernak-pernik menghiasi setiap sudut sisi desa. Semuanya dilakukan untuk menyambut hari pernikahan Jaemin dan Jisung. Desa Chanyu memang memiliki tradisi yang unik di mana setiap ada orang yang akan menikah maka seluruh desa harus dihiasi sebagai simbol bahwa mereka ikut bahagia dan mendoakan keharmonisan pasangan yang akan menempuh hidup barunya.
Semuanya semakin terasa sangat istimewa karena yang menikah adalah Jisung, pemuda desa yang paling disayangi setiap orang. Jisung itu jantung hati dari desa ini, semua orang menyukai Jisung yang baik hati, menggemaskan dan jujur. Oleh karenanya para warga dengan sangat riang dan antusias mempersiapkan pesta besar-besaran bagi sang permata desa ini. Tidak hanya itu, pagi-pagi sekali rumah Jisung sudah disambangi oleh para tetangga untuk membantu Jisung berhias agar pengantinnya merasa terkesan.
"Jisung-ie! Ayo, buka pintunya! Kami akan menghiasi dirimu," ucap para wanita di desa itu.
Jisung yang masih tertidur kini tersentak saat mendengar suara warga, dengan langkah gontai dia bangkit dari tidurnya. Bibirnya beberapa kali menguap,matanya ia kucek karena masih mengantuk, bibir Jisung juga mengerucut. Jaemin yang sudah terbangun hanya memperhatikan Jisung dan mengikuti langkah Jisung dari belakang. Bibir Jaemin tertarik keatas, dia tersenyum saat melihat Jisung yang nampak begitu menggemaskan.
Jaemin mengikuti langkah Jisung, sesekali dia akan menahan Jisung yang hampir menabrak benda-benda di rumah ini.
"Jika ingin berjalan maka buka dulu matamu, Sungie~" ucap Jaemin.
"Jisung, sudah hapal betul tata letak rumah ini, jadi tidak mungkin akan menabrak!" Bantah Jisung.
Jaemin hanya mendengus padahal jika dia tidak menahan Jisung tadi maka pemuda ini sudah terjungkal dan mencium lantai karena menabrak tiang penyangga rumah reot milik Jisung. Jujur saja menurut Jaemin rumah milik Jisung ini sangatlah reot tidak seperti istananya yang begitu megah tentunya istana itu berada di alam siluman.
Jisung berhasil mencapai pintu dengan selamat tentunya karena Jaemin yang selalu menghentikan Jisung saat ingin menabrak benda-benda sekitarnya. Saat ini entah mengapa Jaemin merasa seperti mengasuh seorang bayi yang baru saja pandai berjalan.
Jisung membuka pintu, dia langsung dihadapkan dengan wajah ceria penduduk desa. Jisung yang mengantuk menjadi bersemangat saat melihat wajah-wajah bahagia dari penduduk desa, berbeda dengan Jaemin yang merasa kesal bahkan benci pada penduduk desa. Ada perasaan ingin membunuh para penduduk desa saat ini.
"Jisung, kamu baru bangun? Astaga! Bagaimana bisa menjadi pengantin yang baik jika kamu bangun se-siang ini?" Ucap bibi Choi yang mencubit pipi Jisung gemas.
"Benar apa yang dikatakan bibi Choi, Jisung. Kamu seharusnya bangun lebih pagi, untung saja kami datang ke sini tepat waktu, jika tidak kamu akan terlambat untuk mempersiapkan diri pada hari pernikahanmu ini!" Celoteh bibi Jang.
Jisung yang mendengar celotehan para wanita itu tersenyum senang, dia merasa seperti sedang dikhawatirkan oleh ibunya sendiri, sungguh sangat membahagiakan.
"Hehehe, maaf." Ucap Jisung dengan senyuman manisnya.
"Iya, kami maafkan. Kenapa sih kamu sangat manis?"
"Iya, Jisung kami sangatlah manis!"
'Kami? Dia itu milikku! Bukan milik kalian ataupun milik orang lain,' batin Jaemin yang sedang kepanasan saat melihat interaksi Jisung dengan para wanita di desa ini.
"Orang yang menjadi pasangan Jisung kami adalah orang yang sangat beruntung!"
'Iya, itu benar! Aku memang beruntung tapi tolong jangan pernah mengatakan Jisung kami!' jerit batin Jaemin.
"Bibi, jangan berkata seperti itu! Jisung menjadi malu," ucap Jisung dengan wajah memerah hingga ke telinga, sungguh saat ini Jisung sangat menggemaskan.
"Jangan terlalu menggemaskan, kami jadi tidak rela untuk membiarkan dirimu menjadi milik orang lain, Jisung-ie,"
Jaemin mendengus, dia berdehem untuk mendapatkan perhatian para wanita yang sedari tadi mengoceh tentang hal-hal yang sama sekali tidak jelas dan tidak berguna.
Para wanita itu tersentak, kemudian tersenyum canggung saat melihat Jaemin. Mereka menatap Jisung dan Jaemin secara bergantian lebih tepatnya meminta Jisung untuk menjelaskan siapa orang yang berada di sebelahnya.
"Jisung-ku sayang, siapa pria yang berada disebelah dirimu?" Tanya bibi Jang dengan berani.
Jisung tersenyum lebar saat bibi Jang memanggil dirinya dengan sebutan sayang, sungguh Jisung sangat suka. Berbeda dengan Jaemin yang sudah kesal karena panggilan perempuan paruh baya itu kepada Jisung-nya.
Ya! Jisung-nya bukan Jisung siapapun!
"Saya adalah Na Jaemin, calon suami dari Park Jisung!" Ucap Jaemin dengan nada yang tegas.
Para wanita itu nampak terkejut, kemudian memeluk Jisung dan tersenyum gembira, "Wuah, Jisung kami sangat pandai dalam memilih pasangan," puji para wanita desa.
"Heum?" Jisung memiringkan kepalanya, menatap para wanita dengan tatapan bertanya-tanya yang membuat para wanita memekik gemas.
"Kamu sangat pandai memilih pasangan yang Tampan, bersuara merdu dan tubuhnya juga gagah! Sungguh kalian adalah pasangan yang cocok!"
Jaemin tersenyum, benar hanya dialah yang cocok dengan Jisung. Selain dirinya maka tidak ada seorangpun yang dapat bersanding dengan Jisung.
Jisung hanya tersenyum canggung, bagaimana bisa dirinya dikatakan memilih pasangan? Padahal kan Jisung awalnya hanya ingin berbuat baik dengan merawat tuan ular yang tiba-tiba berubah menjadi seorang pria tampan.
Lalu juga pria itu tiba-tiba mengatakan bahwa Jisung adalah pengantinnya, jika Jisung tidak mau menjadi pengantin maka Jaemin akan memakan dirinya. Jadi darimana bisa dikatakan bahwa Jisung telah memilih pengantin?
"Jisung, kenapa hanya terdiam? Ayo bersiap-siap! Kami akan membantumu untuk merias diri!" Ucap para wanita.
"Eumm, bibi. Darimana kalian tahu bahwa Jisung akan menikah?" Tanya Jisung.
"Para pendeta yang bilang," ucap bibi Choi.
"Seharusnya, Jisung lebih dahulu mengatakan pernikahan ini kepada kami, agar kami bisa menyiapkan acara yang lebih baik."
Jisung hanya terkekeh canggung, bukan niatnya untuk menikah sekarang. Lagipula salahkan saja Jaemin yang tiba-tiba mengatakan akan menikahi dirinya di hari ini.
Para wanita pergi membawa Jisung, mata Jaemin kini berubah bentuk menjadi seperti netra ular dengan warna merah. Tangannya mengepal kuat, ada rasa amarah di dalam hatinya saat ini.
Jaemin marah karena warga desa nampak ceria setelah berkhianat kepada dirinya. Lihat saja setelah ini Jaemin pasti akan membuat mereka menderita sehingga para warga tidak akan pernah bisa tersenyum seperti ini untuk selama-lamanya.