Bab 8 : Pernikahan Bencana

871 132 16
                                    

Seluruh penduduk nampak riang mengantarkan Jisung ke kuil, di sana sudah ada Jaemin yang menunggu pengantinnya bersama para pemuda dan pendeta yang di utus oleh warga-warga desa. Jaemin menatap mereka semua dengan tatapan menghina lihat saja setelah ini tidak akan ada kebahagiaan di desa Chanyu untuk selamanya.

Jisung berjalan menghampiri Jaemin, seluruh warga nampak sangat antusias karena kesayangan mereka akan menempuh hidup baru, mereka secara naluriah menerima keberadaan Jaemin tanpa mempertanyakan siapa dirinya atau dari mana asalnya hanya karena dia adalah calon Jisung.

Mereka sama sekali tidak curiga dengan kemunculan Jaemin yang tiba-tiba, mungkin saja karena rasa tidak waspada inilah desa Chanyu yang masyarakatnya adalah orang-orang baik akan mati ditangan sang raja siluman.

Kini semuanya fokus pada acara pernikahan yang telah dimulai, para warga menatap antusias saat para pendeta mulai membacakan doa.
Upacara di mulai, Jaemin tidak bisa menghentikan senyum kejam yang terlampir dibibirnya, sayangnya orang-orang menganggap bahwa itu adalah senyum bahagia karena pernikahan yang digelar oleh para warga dengan begitu semangat.

Tak terasa sudah saatnya kedua pengantin mengucapkan sumpah suci agar pernikahan ini diberkahi oleh dewa kesuburan yang tak lain adalah orang tua Jisung sendiri. Saat Jisung mengambil sumpah tidak terjadi apapun, tetapi ketika Jaemin yang mengambil sumpah tiba-tiba saja langsung menghitam terdengar suara petir yang menggelegar dengan nyaringnya. Hujan deras datang mengguyur desa Chanyu, hal itu membuat warga desa senang.

Selama beberapa bulan ini desa Chanyu mengalami kekeringan yang tidak parah namun, tetap saja mereka membutuhkan hujan dan karena pernikahan ini hujan turun membasahi desa ini. Mereka langsung berpikir bahwa pernikahan Jaemin dan Jisung adalah sebuah berkah bagi desa mereka karena hujan turun saat mereka mengucapkan sumpah suci pernikahan.

Namun, semuanya salah. Hujan tersebut adalah pertanda marahnya dewa karena kedua makhluk yang tidak seharusnya bersatu malah terikat sumpah pernikahan yang berlaku untuk 7 kehidupan. Bagaimanapun Siluman dan keturunan dewa yang suci tidak akan pernah bersatu tapi kali ini mereka malah akan terikat selama 7 kehidupan dan sulit untuk memisahkannya. Sekarang Jaemin dan Jisung sudah resmi sebagai pasangan sehidup semati tali kehidupan mereka tidak akan pernah terputus sampai 7 kehidupan terlewati.

Hujan semakin deras, petir-petir terus menyambar ke berbagai daerah. Masyarakat bersujud syukur karena merasa dewa akhirnya memberkati desa mereka yang telah kotor karena memuja siluman yang hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri dan menganggap manusia tak lain adalah ternak makanan para siluman.

Para pendeta menyadari hal tersebut  mereka langsung menatap Jaemin dengan tajam, mereka langsung melempar pisau yang dilapisi air suci ke Jaemin.

Pisau itu hampir mengenai Jaemin untungnya siluman ular putih itu bisa menghindar dengan cepat, dia tertawa kejam membuat suasana kuil suci menjadi mencekam. Jaemin menatap tajam seluruh orang, dia menggenggam Jisung yang terdiam membeku melihat situasi seperti ini.

"KAU SILUMAN! BERANI SEKALI MENIKAHI TITISAN DEWA!" teriak pendeta dengan marah.

"Kalianlah yang menikahkan ku dengannya, jadi apa salahku? Seharusnya kalian menyalahkan diri sendiri karena tidak menyadari keberadaan diriku." Ucap Jaemin dengan senyum sombong, dia mulai menyerang para pendeta.

"Tidak bisa dibiarkan! Kau harus dibunuh karena melanggar aturan langit! Siluman seperti mu harus dihancurkan terlebih sudah banyak manusia yang telah kau jadikan santapan!" Ucap para pendeta yang kini bertarung menyerang Jaemin.

Seluruh warga terdiam dan membatu, mereka langsung menarik Jisung dari genggaman Jaemin, mereka mencoba melindungi Jisung yang linglung. Selama ini hal yang Jisung ketahui adalah Jaemin merupakan siluman yang baik, Jaemin tidak memakan manusia.

"Bagaimana bisa cahaya desa kami menikah dengan siluman yang sudah memangsa banyak orang? Ini tidak bisa dibiarkan," ucap para warga.

Beberapa wanita memeluk Jisung guna menenangkan Jisung yang sedang syok, mereka mengganggap bahwa Jisung tertipu dengan siluman ular tersebut. Karena yang mereka tahu adalah Jisung merupakan anak polos yang tidak mengetahui apapun tentang dunia, dia mudah untuk dibohongi dan dimanfaatkan.

Jaemin menyerang para pendeta menggunakan pedang cambuk miliknya, pedang ini biasanya menjerat lawannya kemudian melukai lawan dengan ganas, pedang Jaemin memiliki racun yang dapat membuat tubuh manusia membusuk seketika.

Para pendeta mencoba untuk bertahan dan menyerang Jaemin tapi kekuatan mereka kalah dengan kekuatan Jaemin yang telah mendapatkan sedikit percikan kekuatan suci milik Jisung yang tidak terbatas jumlahnya.

Pada akhirnya para pendeta mati mengenaskan penduduk desa berteriak ketakutan, terlebih ketika Jaemin kini berjalan kearah mereka dengan wajah berlumuran darah.

Walaupun ketakutan mereka tetap melindungi Jisung, "Kau ingin apa?" Tanya para penduduk.

"Berikan pengantin ku!" Ucap Jaemin, netranya berubah menjadi merah dengan iris vertikal layaknya ular.

"Tidak! Kami tidak akan pernah memberikan Jisung kepada siluman seperti mu!" Ucap para warga.

Jaemin tertawa kejam, "Kalian sudah berani melanggar aturan, kalian mengkhianati diriku! Lalu sekarang kalian ingin mengambil pengantinku dari suaminya? Aku mengutuk seluruh orang dari desa Chanyu menjadi batu tentunya pengantinku adalah pengecualian!"

Kini perlahan penduduk berubah menjadi batu, keramahan mereka berubah menjadi bencana bagi mereka sendiri. Jisung yang melihat itu menangis sejadi-jadinya.

Jisung mulai menyalahkan dirinya sendiri, seandainya dia tidak memperlakukan siluman itu dengan baik maka Jaemin tidak akan mengubah para warga menjadi batu.

Jaemin menarik Jisung yang menangis dengan paksa, Jisung langsung saja memberontak.

"Lepaskan aku! Kau penjahat! Kau mengubah seluruh keluarga ku menjadi batu! Aku membencimu, Jaemin!" Teriak Jisung dengan suara yang tidak jelas karena tangisnya yang semakin bertambah.

Jaemin tersenyum dengan senyuman merendahkan Jisung, dia mengcengkram dagu Jisung, "Membenciku pun tidak ada gunanya karena tidak ada hal yang bisa kau lakukan untuk mengembalikan mereka seperti semula!"

"Kalau begitu bukankah lebih baik aku mati bersama para warga?" Ucap Jisung dengan matanya yang kosong.

"Walaupun kau mati di kehidupan mu yang selanjutnya kau akan terikat denganku!" Ucap Jaemin lagi.

Jisung menjambak rambutnya frustasi, dia tidak berguna. Warga menjadi seperti ini karenanya, Jisung harus melakukan sesuatu agar mereka bisa kembali normal.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Jisung pada akhirnya.

"Aku menginginkanmu! Kau harus pergi denganku, kau adalah keturunan dewa yang suci kekuatanmu bisa memperkuat diriku, lalu lahirkan lah penerus-penerus ku yang sangat kuat dengan campuran kekuatan sucimu dan kekuatan ku!" Ucap Jaemin dengan senyum puas, dia dan seluruh keturunannya akan menjadi penguasa.

"Aku akan pergi dan menuruti segala yang kau inginkan, tapi aku mohon lepaskan mereka! Cabut kutukan mu dan jangan pernah ganggu desa ini lagi! Bisakah kau menjanjikan hal tersebut?"

Jaemin nampak terdiam beberapa saat, tetapi tawaran Jisung menarik. Karena Jisung akan menjadi penurut, lalu saat kekuatan suci Jisung terbangun seluruhnya pemuda itu tidak akan bisa lepas darinya karena Jaemin telah melepaskan penduduk desa.

"Baiklah, aku akan mencabut kutukan ku dengan syarat kau akan tinggal bersamaku untuk selama-lamanya."

White Snake's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang