23.2

11.2K 1.7K 208
                                    

***

Selamat membaca

Jangan lupa taburan bintang dan komen, Bestie! Kalau mau update rutin gaskeun bintangnya 1,5k 🤌🏻🤣




UNTUK PERTAMA kali David mau menuruti Rukma tanpa protes. Lelaki itu hanya mengikuti Rukma yang asyik menikmati setiap sudut pameran dengan jarak dua langkah di belakangnya. Bahkan, ketika mereka keluar dari acara, dan Rukma segera menunjuk satu tempat sebagai tujuan selanjutnya—David langsung mengiyakan.

Ini pertanda bagus atau buruk?

Kalau dulu semua hasil dari gerak-gerik David bisa dibacanya dengan percaya diri, tetapi sekarang Rukma tidak bisa lagi memahami atau menebaknya.

Samar-samar terdengar panggilan nama David, dan lelaki itu meninggalkan kursi.

"Aku ambil kopi kita dulu," pamit David.

Rukma duduk bergeming dan memperhatikan punggung David perlahan menjauh dari tempat mereka, lalu dia buru-buru mengedarkan pandangan ke setiap sudut coffee shop. Tempat istirahat sekaligus tempat bicara terbaik yang bisa dipilih Rukma. Karena lagi-lagi ... Meski tidak tahu apakah lelaki itu kelaparaan atau tidak, Rukma yakin tidak akan mampu mencerna makanan berat untuk sekarang. Jadi, dia memutuskan egois.

Selagi menunggu, Rukma memutar-mutar ponsel di meja bundar cokelat sembari melatih kata demi kata yang ingin disampaikan kepada lelaki itu dalam hatinya. Dia memanfaatkan waktu sendiri yang singkat itu supaya tekad yang dipunya semakin kuat. Rukma akan menghabiskan urusan mereka di hari ini saja, langsung membahas hal-hal yang mungkin akan melegakan hati masing-masing.

Rukma mengerjap, saat David menaruh Americano dan sepiring Cinnamon ke mejanya. Spontan, dia mendongak sembari mengernyit.

"Aku tau kamu nggak pesan makanan, tapi ini favorit kamu," jelas David, sambil menarik kursi dan duduk santai di seberang Rukma.

Rukma merasa sekujur tubuhnya membatu, lalu dia memundurkan piring tersebut sampai berada di sisi meja David. Selama sepersekian detik, dia dan David sama-sama memandangi roti berbentuk roll itu, sebelum saling bertatapan. Rukma langsung bisa menebak apa yang David pikirkan, memahami kenapa tangan lelaki itu terkepal.

"Aku nggak naruh guna-guna atau hal-hal buruk lainnya di sana, Ma. Kamu bisa makan dengan tenang." Akhirnya David bicara. Suara lelaki itu terdengar berdecit serta tersengal, seperti menahan ledakan emosi.

Rukma menunggu hingga rasa-rasa lama yang tidak diundang pelan-pelan menghilang, lalu bilang, "Waktu hamil saya nggak bisa makan cinnamon, selalu muntah. Nyium aromanya aja udah eneg. Karena terbiasa menghindar, sampai detik ini saya nggak berminat makan lagi."

"Emang sekarang kamu lagi hamil? Nggak 'kan? Kamu bisa coba makan lagi." David menyodorkan piring ke tengah-tengah meja, menunggu sambutan penuh semangat Rukma—seperti dulu.

"Ingatan terakhir saya sebelum menghindar nggak enak banget. Saya maksa makan karena merasa itu makanan yang paling saya suka. Saya mikir kenapa saya nggak bisa menikmati yang saya suka banget karena hamil. Ujung-ujungnya, saya muntah-muntah sampai lemas. Pakai acara diinfus juga dan aktivitas saya terganggu selama berhari-hari."

The TeaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang