Panggilan
Grizele berjalan melalui koridor rumah sakit, menuju ruangan yang ditempati oleh Ace. Tadinya ia sudah bertemu dengan Ace, namun Carlyle yang tiba-tiba menghilang dari peredarannya membuat diri Grizele cemas. Ia bahkan sudah berkeliling untuk mencari gadis itu namun sampai saat ini belum ketemu juga.
Ia memutar knop pintu ruangan yang ditempati oleh Ace. Belum menemukan Carlyle membuat ia cemas, dan Ace yang didalam ruangan lebih membuatnya cemas.
Matanya membulat sempurna ketika seorang gadis dengan santai memakan apel.
"Melati kamu dari mana?" Tanya Grizele.
Carlyle tidak menjawabnya.
"Melati!" Ulang Grizele.
Carlyle membuang sisa apel yang ia makan ketempat sampah. Ia menatap Grizele dengan tajam. "Jangan panggil gue dengan nama itu!"
Grizele menyilangkan kedua tangannya di depan dada, wajahnya tanpak meremehkan Carlyle. "Itu nama asli kamu, Melati."
"Cih, gue gak butuh nama itu."
Ace mendengar kedua orang itu dengan malas. Kira-kira mereka punya hati atau tidak? Bisa-bisanya mereka membuat keributan di rumah sakit, di depan pasien pula!
Ace berdehem membuat kedua atensi tertuju padanya. "Lo berdua bisa diam gak? Gue lagi sakit."
"Oh sorry Ace," ucap Grizele. Permintaan maaf diucapkan namun wajahnya tidak menunjukkan bahwa ia bersalah sama sekali.
Carlyle mendekati Ace. "Lo kasih misi penting ke Ize? Maksud lo apa?" Tanya Carlyle dengan nada sinis.
Ace memutar bola matanya. "Siapa juga yang ngasih misi gue. Orang gue juga gak tau kalau Ize bakalan datang kerumah gue hari itu."
Carlyle berdecak, ini semua pasti ada hubungan dengan wanita yang selalu Carlyle sebut dengan nenek sihir. "Trus gimana dengan target gue? Kirana. Dia gak mati 'kan?"
"Gue tembak di kepala."
Bugh!
Carlyle memukul ranjang yang ditiduri oleh Ace. Matanya menyorotkan kemarahan. "Bangsat lo!"
"Trus dimana mayatnya? Setidaknya gue harus dapat mayatnya." Nafas Carlyle memburu, ia tidak menyangka Ace akan berbuat sejauh ini.
"Aku kira kamu sudah berubah Ace, tapi sifat keturunan kamu tidak akan pernah berubah ya?" Sambung Grizele yang sekarang duduk di sofa menikmati buah-buahan yang ada disana.
Ace berdecih. "Ada orang-orang dari keluarga gue yang udah amankan tu cewek. Dan dia belum mati."
Carlyle memijat kepalanya. "Kenapa lo tembak kepalanya? Gue bilang hanya tangkap Ace! Tangkap!"
"Hah, sialan!" Erang Carlyle.
Grizele menghela nafas. Ia baru ingat akan sesuatu, lalu berdiri didekat Ace dan Carlyle. "Ly, siapa sebelum kamu yang dapat misi Kirana. Pasti dia ada hubungannya."
Mendengar apa yang dikatakan Grizele membuat Carlyle teringat sesuatu, gadis berponi itu bahkan menertawakan kebodohannya. "Lagi-lagi si mata panda jelek!"
"Kampret!" Umpat Carlyle. "Dia bilang gak butuh misi itu, tapi dia licik banget."
"Lo jangan nuduh ..... aneh-aneh ly, lo belom punya bukti." Hanya mengingatkan, tapi Ace sebenarnya tidak terlalu peduli.
"Diam!" Mata Carlyle menatap Ace dengan tajam. "Lo juga munafik disini!"
"Hey, tanpa gue lo gak bakalan tau siapa kirana givana. Tiga tahun gue deketin kirana dan juga Alessa. Dan sekarang lo bilang gue munafik?" Ace mengatakan yang sebenarnya. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar.

KAMU SEDANG MEMBACA
the mansion
FantasiaAlessa adalah gadis yang selama hidupnya selalu mendapatkan perlakuan tidak adil. Tiba-tiba mendapatkan undangan masuk ke mansion yang megah dari mantan pacarnya. - "Selamat datang di mansion. Apapun yang anda mau akan kami penuhi. Kekayaan? Keingi...