3. diantara

29 1 0
                                    

Antara





"Tulang kaki retak dan memar di kepala, tulang rusuknya juga retak."

Seorang wanita berpakaian elegan menghela nafas, ia menatap iPad-nya dengan wajah yang cemas. Ia lantas melirik orang didepannya, mengisyaratkan agar orang itu segera keluar dari ruangannya.

"Apa yang membuat Ace terburu-buru?" Gumamnya, ia menatap lagi iPad-nya, lalu mengambil ponsel yang tergeletak di meja, menekan sebuah nomor dan memanggilnya.

"Maaf mengganggu."

"...."

"Iya ini benar saya."

"...."

Wanita itu menghela nafas. "Saya minta tolong untuk mengurus salah satu anggota."

"..."

"Iya baik, nanti anak-anak bakalan share lokasi-nya"

Wanita itu mematikan panggilannya. "Yudith," panggilnya.

Seseorang yang dari tadi berdiri di belakangnya menaikkan alisnya, lalu berjalan menuju ke arah wanita itu.

"Ada apa?" Tanyanya.

"Kirim pesan ke no 4. Kita bakalan terlambat tiga puluh menit."

"Baik, j..."

-

Pria berjas melihat ponselnya lalu menghela nafas. "Tiga puluh menit lagi, saya harap nona tidak bosan."

Alessa menghela nafas. Setelah lakban dari mulutnya di cabut ia semakin diam saja. Ia malas berbicara dengan pria berjas.

"Ada yang mau nona tanyakan?" Alessa menggeleng.

"Nona yakin? Nona saja tidak tahu tentang Ace," ucap pria berjas yang membuat wajah Alessa berubah.

"Ace? Maksud anda Ascel?"

Pria berjas mengangguk. "Dulu ada seorang anak yang hampir gila karena tidak di terima di semua perguruan tinggi. Dalam keputusasaan, anak itu akhirnya di datangi seorang peri cantik. Dia akan masuk ke perguruan tinggi manapun yang ia suka."

"Jadi maksud anda?" Tanya Alessa kebingungan.

Pria berjas tersenyum manis, ia lalu membuka ponselnya lalu memberikannya kepada Alessa.

Alessa langsung menerima ponsel milik pria berjas. Membaca setiap kata demi kata yang tersusun disana, hingga ia tahu akan sesuatu yang begitu mengejutkan. Alessa menggeleng, yang ia baca bukan Ascel yang dia kenal. "Ini bohong 'kan?"

"Sayangnya itu benar," ucap pria berjas.

Alessa diam, sekali lagi ia baca kata demi kata yang tertera di benda pipih itu. Semua yang tertulis disana terlihat seperti kebohongan, namun beberapa foto terlihat seperti mendukung apa yang diketik disana. Alessa lagi dan lagi menggeleng, ini bukan Ascel.

Selama ini Ascel memang menyembunyikan sesuatu dari Alessa namun, tapi tidak mungkin 'kan seorang Ascel?

"Bahkan kamu sudah tau di bohongi kenapa kamu masih menyukainya?" Tanya pria berjas bingung. Orang pada umumnya akan langsung tidak suka pada orang yang membohonginya, berbeda dengan Alessa, ia benar-benar menyukai Ascel, bahkan ketika sudah tahu dengan semua rahasia Ascel.

the mansionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang