𝑷𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒂𝒏 𝑿𝑰

14 3 0
                                    

                                   

» 𝑺𝒊 𝑴𝒐𝒏𝒔𝒕𝒆𝒓 𝑬𝒓𝒎𝒊𝒏𝒆 «
                                   

𝒟alam hutan rimba yang tebal, sinar matahari berjuang untuk menembus dedaunan yang rapat. Udara terasa segar dan lembap, dipenuhi dengan aroma tanah basah dan tumbuhan yang hidup subur. Suara gemericik air sungai yang mengalir mengisi kesunyian hutan, mengajak pendengarnya untuk membenamkan diri dalam keajaiban alam.

Pohon-pohon raksasa menjulang tinggi, dengan akar-akar yang melilit kuat di permukaan tanah. Daun-daun mereka menari mengikuti irama angin, menciptakan semburat cahaya hijau di bawahnya. Sementara itu, pepohonan lebih kecil membentuk lapisan bawah hutan, menciptakan lorong gelap yang misterius.

Mata air kecil mengalir dengan gemericik riang, memberi minum binatang-binatang yang haus. Di tepi sungai, bunga-bunga liar dan tanaman merambat tumbuh subur, menciptakan panorama warna-warni yang memikat. Beberapa ekor katak saling bersahutan senada dengan alunan aliran air yang menyapu bebatuan.

Seekor hewan ermine mengendap-endap dari balik dedaunan yang basah oleh percikan air sungai, geliat tubuhnya menghindari gesekan dengan berbagai benda hidup dan mati. Matanya tidak berkedip mengamati seolah itu adalah pemandangan yang sangat jarang terjadi. Kakinya berpijak kuat diatas tumpuan sebuah batu, otot pegas siap dilepaskan menyeruak dari balik dedaunan.

Seketika suara menjadi riuh, suara gesekan bebatuan kecil ikut memeriahkan suasana itu. Hewan Ermine itu berhasil mendapatkan katak Bullfrog jantan yang besar. Ia pun bediri dengan kedua kakinya sambil mengangkat Katak tersebut dan mengeluarkan suara yang berisik merayakan keberhasilannya. Setelah kelinci dan burung, Katak adalah makanan kesukaan Ermine tersebut.

Hewan Ermine itu bernama Hao Tu Ednick. Hao adalah Ermine yang penuh kebahagiaan, tinggal bersama keluarganya dan kelompoknya di dalam kedamaian hutan tersebut. Mereka hidup dalam kebersamaan dan saling mendukung satu sama lain. Hao, yang penuh semangat, sering menjelajahi setiap sudut hutan untuk bermain dan berpetualang bersama teman-temannya. Mereka menemukan kegembiraan dalam tiap petualangan yang mereka lakukan, dan Hao selalu menjadi pionir yang penuh keberanian.

Di saat-saat petualangan mereka, Hao sangat antusias bila ada pertarungan pahlawan yang berlangsung didalam hutan. Mata Hao dipenuhi kagum dan rasa ingin tahu akan keberanian dan kekuatan pahlawan tersebut. Ia bermimpi suatu hari nanti bisa menjadi pahlawan seperti mereka, yang membela kebenaran dan menghadapi musuh dengan keberanian yang tak tergoyahkan. Meskipun orang tuanya selalu melarang Hao melihat pertarungan dan juga teman-teman sebayanya tidak se-antusias dirinya, namun dirinya selalu pergi untuk melihat pertarungan itu dan saat pulang nanti ia bercerita panjang lebar dengan detail kepada setiap Ermine yang ia temuim

Hao pun memasuki usia remaja, tugas-tugas sehari-harinya bertambah. Ia membantu keluarganya mencari sumber makanan di dalam hutan, dengan makanan favoritnya seperti katak, burung, dan kelinci. Di tengah kesibukannya, kecintaannya pada pahlawan semakin besar. Setiap ada kabar pertarungan, ia selalu pergi untuk menyaksikan dengan penuh semangat. Hao sangat hafal jurus-jurus pamungkas dari pahlawan yang sering dirinya saksikan. Pahlawan itu memang seorang yang selalu hadir melindungi daerah tersebut dari para makhluk jahat yang menyerang. Hao sangat mengagumi sosok pahlawan tersebut.

Namun suatu hari, ketika sedang mencari katak di tepian sungai, Hao mendengar suara pertarungan yang menggema dari jauh. Hao tidak jadi memangsa seekor kelinci, tanpa pikir panjang Hao segera melompat dan berlari untuk menyaksikan apa yang sedang terjadi. Tak disangka, pahlawan favoritnya sedang berhadapan dengan seorang musuh penyihir yang jahat.

The Valiance: LegacyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang