Lo nggak perlu jadi juara olimpiade sains nasional buat bisa masuk sekolah ini. Lo cuma perlu satu hal!
"Ini kamar kamu!"Pintu tertutup dengan kasar, ia sedikit terkejut. Pelayan asrama yang mengantarkannya tadi sangat misterius sekali, bahkan tidak mengajaknya berbicara apa pun sejak tadi kecuali kalimat, ini kamar kamu. Itu saja.
Tiap kamar berisi empat orang. Mungkin ini kamar terakhir yang kosong untuk ia tempati. Atau jika ia tidak salah tempat. Tiga penghuni lain sekilas menatapnya intens kemudian beralih tak peduli. Seorang laki-laki yang duduk di atas meja kentara sekali menatapnya tak suka, satu yang lain berbaring anteng di lantai sembari memainkan permainan rubiknya, jelas bersikap bodo amat, sementara satu sisanya benar-benar diam. Tidak ada hal lain yang dilakukannya selain membaca buku.
Dan di sini, Galih mundur perlahan.
"Punya prestasi apa lo bisa masuk sini?!" Seseorang yang duduk di atas meja itu berjalan mendekatinya.
"G-gue nggak pernah jadi juara olimpiade sains." Ia menjawabnya gugup.
Tawa mengerikan itu serentak keluar dari mulut ketiga penghuni lama. Mereka sama-sama misterius.
"Kelas berapa lo?!"
"Sepuluh, semester dua."
Seseorang yang tepat berada di depannya itu menyengir, menoleh ke arah dua temannya. "Adik kelas, Bro." Terkekeh. "Mangsa baru!"
Galih kira perilaku senioritas hanya ada dalam cerita-cerita novel saja, karena di sekolah sebelumnya hal seperti ini tidak lumrah. Atau tidak pernah berlaku ada.
"Oh, jadi ini kamar untuk kakak kelas? Sori, ya, mungkin gue salah kamar!" Laki-laki itu menarik kopernya, bergegas keluar. Namun seseorang itu menariknya sangat kasar dengan cengkeraman yang kuat.
"Para pelayan bekerja bukan untuk melakukan kesalahan! Lo diantar ke sini, berarti ini kamar lo!" Kopernya direbut paksa, dilempar ke sebuah lemari kosong di sudut kanan.
Galih menepi, ia hendak menuju ke ranjang kosong yang pasti itu adalah tempat tidurnya, daripada harus berurusan lebih lama lagi dengan kakak kelas sok senioritas ini. Rasanya tidur jauh lebih menyenangkan setelah melakukan perjalanan jauh sore tadi. Tapi...
"Mau ngapain lo anjing?!"
...kakak kelas itu mencoba menghalanginya.
"Lo belum jawab pertanyaa gue tadi!"
"Pertanyaan yang mana?" respons Galih singkat.
"Berani kurang ajar ya lo, anak baru!" Seseorang ini memberikan tatapan isyarat kepada dua temannya. Seolah mengatakan, "sikat!" dan dua temannya itu pun segera bangkit dari posisi, menyeret paksa supaya Galih beranjak keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insidious School
Mystery / ThrillerPrestasi. Itulah alasan para siswa dikirim oleh orang tuanya ke sebuah sekolah berasrama terpencil. Kehidupan yang jauh dari perkotaan dengan sekolah yang menyalahi banyak aturan di dalamnya. Bukan prestasi seperti kejuaraan nasional atau sejenisnya...