Orang akan mudah berbicara dengan kebohongan yang ada.
"Makasih loh udah mau anterin gue ke sekretariat."
Mungkin Aisha memang gadis ajaib, penuh dengan hal-hal yang menakjubkan. Dan Galih menyukainya ketika gadis itu tersenyum pagi tadi. Namun, diingatan Galih, ia hanya terobsesi pada gadis asing bernama Rinnai yang bertemunya pada malam itu. Atau ketika Rinnai mengatakan, dan jangan lupa kasih tahu gue soal prestasi lo! Seakan memberi isyarat bahwa setelahnya mereka akan bertemu lagi. Mungkin dalam pertemuan yang lebih lama daripada malam itu.
"Setelah lo tahu prestasi gue tadi, kenapa lo nggak takut? Kenapa lo justru seolah mau jadi teman gue?" Galih bertanya pada Aisha, tapi gadis ajaib itu hanya tersenyum. "Sha, gue berpotensi buat jadi pembohong paling besar setelah semua orang di sini tahu tentang hidup gue yang sebenarnya. Dan itu bukan sebuah prestasi."
"Orang akan mudah berbicara dengan kebohongan yang ada, Galih!" Gadis itu menimpali. "Anak-anak yang dikirim di sekolah ini, nggak semuanya benar-benar memiliki prestasi. Ada yang memang sengaja mereka dibuang dan orang tuanya memalsukan riwayat hidup mereka."
Semua berawal dari permainan Bibi Alisha. Pertama, itu benar.
"Tapi...," Aisha melanjutkan, "hal itu sangat nggak berlaku buat satu orang. Dia yang memiliki potensi buat pihak sekolah mengubah sistem prestasi lebih mengerikan. Namanya Rinnai!"
Lo nggak perlu jadi juara olimpiade sains nasional buat bisa masuk sekolah ini. Lo cuma perlu satu hal! Masalah! Kedua, itu juga benar.
"Rinnai?" Galih terkejut mengingat nama gadis asing malam itu. "Gue mau tahu tentang dia! Bisa bantu gue?"
Aisha mengangguk. Bahkan caranya mengiyakan permintaan orang lain saja sangat anggun. Tapi tidak! Galih jauh lebih terpukau pada pesona Bu Gladys yang penuh wibawa. Masa bodo dengan apa pun profesinya. Jelas, Galih tertarik pada---mungkin yang lebih tua, kalau itu benar.
Keduanya kembali ke area sekolah. Aisha memberitahu Galih bahwa dia bisa mengetahui apa pun tentang Rinnai melalui buku catatan siswa berprestasi di perpustakaan pusat. Mereka sampai di depan perpustakaan yang berada di lantai dua gedung utama.
"Galih, tunggu!" Aisha menghalau begitu Galih hendak menyentuh pintu perpustakaan. "Nggak semua siswa di sini bisa bebas akses perpustakaan pusat, karena perpustakaan ini penuh rahasia, Galih. Apalagi kamu siswa baru, kamu belum memiliki RFID dan tanda anggota. Jadi jangan coba buat sentuh sembarang, sidik jari kamu berpotensi bawa kamu dalam bahaya!"
Peraturan pertama, Galih harus membiasakan diri untuk mengurangi rasa penasaran perihal apa pun. Ya, Galih akan mencoba mengingat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insidious School
Mystery / ThrillerPrestasi. Itulah alasan para siswa dikirim oleh orang tuanya ke sebuah sekolah berasrama terpencil. Kehidupan yang jauh dari perkotaan dengan sekolah yang menyalahi banyak aturan di dalamnya. Bukan prestasi seperti kejuaraan nasional atau sejenisnya...