Aku sedang mandi saat ini, jadi suasana disini sangat tenang. Namun, itu semua berakhir ketika seseorang menerobos masuk ke dalam kamar mandi ku. "NONA!, MARQUIS OLIVER TIBA" Aku memalingkan wajah ku saat pintu itu dengan sengaja terbuka lebar.
"Oh astaga, Marina. Tolong jangan membuka pintu terlalu kencang" Aku memijat pelipis ku. Langsung saja aku mengambil handuk dan di bantu beberapa pelayan mengambilkan baju ku. "Maafkan saya, Nona. Karena tadi Tuan Oliver menerobos pintu masuk" Sekali lagi, aku menggelengkan kepala ku mendengar jawabannya.
Setelah selesai mengenakan seragam biasa ksatria ku, dan di diiringi oleh Marina, kami menuruni tangga. Saat menuruni tangga, dapat terlihat sesosok pria dengan seragam ksatria dengan santai duduk di sebuah sofa. Dia melihat ke arah kami juga.
Sesaat setelah duduk di hadapan pria itu, Marina menuangkan teh di dua cangkir. "Jadi, ada apa kamu pagi-pagi datang ke rumah ku dengan cara yang tidak sopan seperti ini, Oliver?" Sedangkan, yang di tanya hanya bisa tersenyum seraya terkekeh, dia kembali menetralkan ekspresi wajah nya.
"Maafkan aku sebelumnya, Master Luella. Aku tidak bermaksud sebelumnya, hanya saja ini cukup mendesak" Aku mengerutkan alis ku, menatapnya dengan tatapan yang meminta penjelasan lebih. Oliver mengembuskan nafas nya pelan, lalu dia mulai bercerita.
***
Sebuah pintu raksasa dengan ukiran yang sangat elegan segera terbuka. Aku sudah mengenakan seragamku yang penuh dengan armor. Pintu raksasa yang elegan itu terbuka untuk ku, ksatria-ksatria penjaga pintu sudah tau mengenai diri ku.
Aku memasuki ruangan itu, sangat lebar dan luas. Karpet merah tertata rapi dan juga bersih, di depan sana terlihat seseorang sedang duduk dengan penuh kebijaksanaan. Dia menatapku yang baru saja memasuki ruangan itu, dia tersenyum tipis penuh dengan misterius.
Ku tekuk lutut ku, bersimpuh pada nya, berlutut seperti ksatria pada umumnya. "Saya memberi salam kepada sang matahari Kekaisaran Lavoum" Dia sekali lagi tersenyum, mengangguk pelan.
"Tidak usah terlalu formal begitu, Luella. Angkat kepala mu" Saat itu juga, aku mengangkat kepala ku, menatap seorang kaisar yang sedang duduk di singgasana nya.
Dia tersenyum kepada ku, aku tersenyum penuh kepercayaan diri di hadapan nya, dia mengangguk pelan. "Kau pasti sudah mendengar apa yang Marquis Oliver katakan pada mu, kan?" Aku mengangguk, dia diam. Aku mengerti, dia meminta penjelasan apa yang aku dengar dari Oliver.
"Izin menjawab, Yang Mulia. Marquis Oliver berkata pada saya bahwa saya akan di angkat menjadi pemimpin dari pasukan ksatria keluarga kekaisaran, Yang Mulia. Apakah itu benar apa yang Marquis Oliver ucapkan?" Dia terkekeh sebentar mendengar penjelasan yang ku berikan, dia kembali mengangguk.
"Benar, kemarilah. Berikan aku pedang mu. Bersumpah setialah, Luella" Aku mengangguk, lalu berjalan sedikit lebih maju, lalu memberikan pedang kebanggaan ku pada Kaisar.
Sebelumnya, Kaisar memanggil ksatria-ksatria penjaga keluarga kekaisaran untuk ke ruangan itu dan menyaksikan bagaimana aku diangkat sebagai pemimpin dari mereka. Kaisar menepuk pelan pedang ku pada pundak kiri ku, di lanjutkan sebelah kanan, seraya berbicara. "Luella Kent Mortanz, aku, Zoricus De Lavoum, memberikan mu sebuah tanggung jawab baru, menjadi pemimpin para ksatria-ksatria bagi keluarga kekaisaran"
Setelah mendengarnya, aku menyebutkan sumpah setia ku, seharusnya itu dilakukan sebelum Kaisar yang mengucap, tapi aku terlalu terkejut untuk itu. Sumpah setia telah diucapkan, ksatria-ksatria dan pelayan-pelayan semuanya ikut menunduk, lalu mereka bangkit kembali dan bertepuk tangan.
Aku mengangkat kepala ku, tersenyum menatap wajah Kaisar. Kaisar membalas senyuman ku, lalu dia menepuk pundak ku. "Selamat, aku harap sumpah setia mu itu bukan hanya di mulut saja, Luella" Aku mengangguk, lalu dengan perlahan dan sopan meninggalkan ruangan tersebut.
***
Kini, aku sedang duduk di sebuah lahan kosong dekat dengan tempat berlatih ksatria-ksatria dari segala macam tingkatan apapun itu. Di samping ku ada Oliver yang sedang merubuhkan tubuh nya ke atas tanah yang dipenuhi rumput-rumput. Dia menatap langit, lalu menutup matanya.
"Bagaimana, Master Luella. Apakah anda senang menjadi pemimpin ksatria keluarga kekaisaran?" Aku langsung memukul lengannya, aku menggeleng pelan dan menghembuskan nafas pelan.
"Tidak juga, kau tak melihat tadi saat aku di pandang rendah?" Oliver membelakkan mata nya, lalu dia menggeleng. "Bukan kah kamu adalah seorang master di ksatria penjaga gerbang sebelumnya?" Aku mengangguk pelan, menatap langit.
"Tapi, mereka kan menganggap rendah kita, bukan?" Aku mengangguk, perkataan Oliver memang benar. Kami kembali diam beberapa menit menatap langit. Hingga seseorang melangkah dari arah belakang kami.
"Permisi, Master. Yang Mulia Kaisar ingin bertemu anda" Aku mengangguk, langsung saja aku dan ksatria itu berjalan menuju aula milik Kaisar. Dua orang ksatria penjaga pintu mengetahui aku tentunya, langsung saja mereka membuka kan pintu untuk ku.
Aku berjalan tegas mendekati Kaisar, namun, dia tak sendirian, seorang pria dengan rambut berwarna putih seperti awan, mata berwarna biru muda, serta tubuh yang putih bersih. Aku sangat mengenali nya, dia adalah Putra Mahkota.
Langsung saja aku berlutut di depan mereka, menundukkan pandangan ku menatap karpet merah itu. "Saya menghadap Yang Mulia Kaisar Lavoum dan Putra Mahkota Raphael" Setelah nya, aku mengangkat kepala ku, menatap bingung Kaisar.
"Maaf, Luella. Kau pasti bingung aku memanggil mu ke sini di sela-sela jam istirahat mu, bukan. Maaf sekali lagi. Dan kau pasti tau siapa orang di samping ku ini?" Aku mengangguk pelan, lalu tersenyum. "Dia adalah Putra Mahkota Lavoum, Raphael De Lavoum. Dia belajar di Akademi terbaik kekaisaran"
Kaisar tertawa lalu seraya berkata 'hebat, luar biasa!' Aku tersenyum, meminta inti dari pertemuan mendadak ini. "Aku perintah kan kamu untuk menjadi ksatria Raphael mulai sekarang" Aku membelakkan mata ku, begitu juga beberapa ksatria penjaga yang menjaga bagian dalam aula, bahkan beberapa pelayan juga.
Aku diam cukup lama, lalu mengangguk mantap. "Saya menerima perintah anda, Yang Mulia" Kaisar langsung mengangguk dan tersenyum lebar pada ku. Entah apa yang dia pikirkan sebelumnya.
Kalau begini, aku berarti akan tinggal di istana Pangeran Mahkota, oh astaga. Bagaimana dengan kastil ku, hei, selain seorang Master Ksatria, aku juga seorang Grand Duchess atau Adipati Agung keluarga Mortanz. Yah, aku tinggal sebatang kara, hanya bersama para pelayan ku yang setia.
"Tenang saja, Master Luella. Anda akan saya berikan waktu berlibur beberapa hari" Dia tersenyum pada ku, sejujurnya aku sedikit terkejut, tapi aku membalas senyumannya. Aku berdiri, lalu meminta izin untuk pulang dan menyiapkan beberapa barang rahasia ku, seperti pedang magis contohnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I CAN'T, CROWN PRINCE!
RomanceSeorang ksatria wanita pertama, sekaligus menjadi ksatria yang paling di cintai kaisar bukan hal yang mudah. Aku bahkan terjerat cinta dari si Putra Mahkota yang selalu menjahili ku, tetapi dia bisa menjadi orang bermuka dua saat di depan orang lain...