"Diana! Felix! Kemari, Ayahanda memerintahkan kalian untuk kemari. Kita akan segera dilukis, lukisan ini akan di pajang di lorong istana" Wanita itu berseru seraya melambaikan tangan nya pada anak-anaknya.
Felix dan Diana yang di panggil segera berlari menuju Ibu mereka, Ayah mereka sedang berbicara dengan seniman yang di undang mereka untuk melukis mereka. Mereka bergaya, dan untuk beberapa jam lukisan itu selesai.
Sedikit melelahkan, tetapi mereka juga sedang berharap dengan hasil lukisan yang sangat indah. Setelahnya, mereka makan malam, lalu tidur.
Banyak rumor mengatakan bahwa dua anak kecil itu bukanlah keturunan Permaisuri, melainkan selingkuhan dari Kaisar. Tidak, mereka berbohong. Sekali lagi tidak, mereka berkata yang tak sejujurnya.
Diana dan Felix memang benar anak yang dihasilkan dari hubungannya dengan dia, bukan dia dengan dia. Dia sudah lama tiada, tidak mungkin itu terjadi. Pembuat rumor itu benar-benar sudah gila, dia tak mendengar berita sepenting itu sepertinya.
Berbulan-bulan berlalu, Kaisar dan Permaisuri, serta anak-anak mereka melewati lorong untuk melihat hasil lukisan mereka. Mereka sungguh sangat takjub dengan apa yang terlukiskan disana. Benar-benar seperti mereka yang asli, tak ada yang tak sama disana.
"Luella? Mengap-" Ucapannya terpotong kala melihat orang di sampingnya mengelus bagian yang disebutkan tadi, dia mengelusnya seraya bergumam kata-kata cinta.
Felix dan Diana yang kala itu masih berusia 5 tahun tak mengerti mengapa Ayahnya menangis tersedu-sedu seperti itu, ini pertama kalinya bagi mereka melihat Ayahnya menangis.
Permaisuri yang melihatnya hanya bisa menundukkan pandangannya, bahkan sampai saat ini pun orang itu lah pemenangnya, mungkin itu lah batin sang Permaisuri. Permaisuri akan selalu kalah jika bersanding dengan wanita yang perkasa itu.
Pria itu mengusap air matanya, dia seketika melepas elusannya pada lukisan wanita itu, dia menatap wajah lukisan kekasihnya.
Seorang wanita dengan rambut kemerahan dan mata berwarna biru bak lautan yang indah, dia mengenakan pakaian khas ksatria dengan helm yang di buka, dia memegang pinggang seorang pria di sampingnya. Disampingnya ada seorang pria dengan wajah tampan dan baju khas kaisar lengkap dengan mahkota kaisar nya, pria itu memegang pinggang wanita di sebelahnya, dan meletakkannya tangannya di pundak wanita yang sedang duduk.
Wanita yang sedang duduk itu mengenakan tiara perak yang indah dengan warna berlian yang selaras dengan warna matanya, gaunnya berwarna putih dengan renda emas. Di depan wanita itu, dua anak laki-laki dan perempuan sedang berdiri, sang anak laki-laki memegang pedang, dan anak perempuannya memegang kipas di tangannya.
"Ayah, siapakah wanita Ksatria itu?" Felix bertanya pada Ayahnya yang masih menatap wajah wanita yang ia maksud.
Ayahnya terhenyak sebentar, ia tatap mata anaknya itu, lalu ia tersenyum getir. "Dia adalah kekasih Ayah dulu, sebelum Ibu kalian. Dulu kami saling mencintai, tetapi dia pergi" Sang anak menatap Ayahnya bingung, sekali lagi ia bertanya.
"Pergi kemana, Ayah?" Ayahnya tersenyum kembali, dan menunjuk ke atas langit. "Surga" Dia berkata dengan senyuman yang sangat tulus, ia gendong anak laki-laki nya itu, sekali lagi anak lelakinya bertanya.
"Ayah, mengapa aku dan Diana sangat mirip dengannya?" Benar, Diana dan Felix cukup mirip dengan wanita itu. Diana dengan rambut peraknya dan manik biru lautnya, dan Felix rambut merah dengan mata emasnya. Sama sekali tak ada kemiripan pada Permaisuri.
Ayahnya terdiam, dia berkata tidak tau. "Namanya adalah Luella Kent Mortanz, seorang Ksatria sekaligus Grand Duchess yang sangat di hormati, namanya menyebar ke seluruh penjuru kekaisaran, makamnya selalu di kunjungi orang-orang, makamnya tak pernah sepi. Mau Ayah bawa kalian ke sana?" Pria itu menatap kedua anaknya, kedua anaknya mengangguk semangat.
"Yang Mulia, izinkan saya untuk tidak ikut, saya sedang membuat karya yang belum saya selesaikan" Pria itu, Raphael mengangguk. Permaisuri, Prislie membungkuk hormat padanya, lalu meninggalkan mereka bertiga.
***
"Anak-anak, ini adalah makam Luella. Sangat indah, bukan?" Anak-anak nya mengangguk, mereka menatap sebuah foto yang berada di samping makam itu, foto Ayah mereka dan Luella yang sedang tersenyum bahagia bersama. Ekspresi yang tak pernah mereka lihat dari Ayahnya pada Ibundanya.
Jika kalian berkata bahwa Raphael ini seseorang yang brengsek, maka benarlah itu. Raphael masih belum bisa melupakan wanita itu, meskipun dia sudah memiliki istri dan dua anak. Dia seperti tak pantas di panggil sebagai suami, maupun seorang Ayah.
Beberapa jam berlalu, kini Raphael berjalan menuju sebuah ruangan dengan pintu yang terbuka. Seorang wanita sedang melukis dengan anggun, dia terpana. Tidak, bukan terpana pada wanita itu, tetapi objek yang wanita itu lukis kan.
Kaki Raphael perlahan berjalan menuju wanita itu, Prislie yang mendengar seseorang berjalan menujunya, sontak menoleh. Dia di kejutkan dengan suaminya yang terus menerus menatap lukisannya. "Luella..." Itulah gumaman dari Raphael yang ia dengar.
"Benar, Yang Mulia. Saya dulu adalah seseorang yang sangat menyukai Master Luella, saya dulu bahkan berharap ia tau perasaan saya" Raphael sangat terkejut dengan itu, sudah sejak 5 tahun mereka menikah, itulah yang pertama kali Prislie nyatakan padanya.
Dia masih kebingungan, bagaimana seorang Prislie menyukai kekasihnya itu, Luella. Tetapi ia singkirkan pemikiran itu, ia perhatikan seluruh isi dari ruangan melukis itu, semuanya adalah Luella. Dan sebuah lukisan Luella dan Prislie, astaga.
Karena terlalu pusing melihatnya, Raphael akhirnya keluar dari ruangan itu dengan wajah yang masih bingung, bertanya-tanya, seperti "Bagaimana bisa?"
***
Di sisi lain, di sebuah tempat yang sangat asri dan indah, seorang wanita dengan dress putih yang anggun sedang merendamkan kakinya di pinggir sebuah sungai yang airnya sangat jernih.
"Ella, ternyata kamu disini" Seorang pria menghampiri nya, pria itu langsung duduk di sampingnya dengan ekspresi wajah yang sangat bahagia.
Wanita itu tersenyum, dan menatap kakinya yang sedang berendam itu. "Ada apa, Emmanuel?" Pria dengan nama Emmanuel itu menggeleng, dia mengeluarkan sesuatu dari belakangnya.
Emmanuel meletakkan sebuah rakitan bunga dan dedaunan berbentuk mahkota pada kepala wanita bernama Luella itu. Luella menyentuh rakitan bunga di kepalanya itu, lalu tersenyum dan berterimakasih pada Emmanuel.
Mereka tertawa bersama, mereka nampak bahagia disini. Luella sudah benar-benar melupakan kejadian di dunia, dia sudah seperti orang yang terkena amnesia.
Di surga ini, dia sangat bahagia meskipun kenangan lamanya dihilangkan. Seorang wanita cantik mendatanginya, memberikannya dua cawan susu dengan biskuit yang terlihat renyah. Wanita cantik itu terbang, entah kemana.
Luella memberikan bagian milik Emmanuel pada nya, lalu mereka makan bersama dengan bahagia. Sedangkan yang di dunia, masih tak bisa melupakan wanita itu.
TAMAT
Terimakasih untuk pembaca yang setia sekali menunggu book ini update bahkan sekarang sudah tamat saja, maaf jika kalian kurang puas dengan hasil ending nya.
Tetapi, tenang saja, nanti akan ada book baru berkisah tentang Emmanuel semasa dia masih di dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
I CAN'T, CROWN PRINCE!
RomanceSeorang ksatria wanita pertama, sekaligus menjadi ksatria yang paling di cintai kaisar bukan hal yang mudah. Aku bahkan terjerat cinta dari si Putra Mahkota yang selalu menjahili ku, tetapi dia bisa menjadi orang bermuka dua saat di depan orang lain...