Bab 4

427 29 3
                                    

Dua jam terlewati, ini benar-benar sudah tengah malam. Aku sebenarnya tak berani untuk bergerak leluasa, takut membangunkan Raphael. Dengan perlahan seraya tetap memeluknya aku berdiri dari kursi, sesaat aku menggendongnya, saat itu juga aku sedikit terkejut, bagaimana dia bisa sangat ringan.

Aku berjalan menuju kasur, lalu membaringkan tubuh Raphael di atas kasur dan menyelimuti tubuh nya dengan selimut tebal. Aku juga tidur di sampingnya dengan selimut yang sama, aku memejamkan mata ku.

"Uhm...Lla, tidurnya sambil pelukan, ya?" Aku langsung terduduk karena terlalu terkejut, aku menoleh ke arah Raphael, astaga dia meringkuk. Apakah dia kedinginan, apakah tubuhnya tidak terlalu tahan dengan udara dingin.

Aku tersenyum menatapnya yang masih meringkuk kedinginan, lalu terkekeh pelan, bagaimana seorang Putra Mahkota jika sudah bersama ku akan menjadi seperti ini. "Baiklah, kalau begitu sini aku peluk"

Seraya kembali masuk kedalam selimut, aku memegang pinggangnya dan itu akan membuat tubuhnya mendekat dengan ku. Gerakan tiba-tiba dalam menyamankan posisi Raphael membuat ku terkekeh, karena dia terlihat sangat imut dan tampan saat dia sedang tertidur.

Aku memeluknya erat, dan ku elus kepalanya sesekali juga mencium pucuk kepalanya. Dia sudah mendengkur lagi, aku juga harus tidur. Mata ku terpejam, dan sudah mulai memasuki alam mimpi ku.

***

"Uhmm..." Lenguhan bangun tidur ku keluarkan, aku menoleh ke samping ku, tak mendapati Raphael di sana membuat ku membelakkan mata.

Tapi, tunggu sebentar, apa yang ada di dalam baju ku. Ku singkirkan selimut tebal dari atas tubuh ku, dan ku angkat baju tidur ku hingga di bawah dada. "RAPHAEL?!" Dia menaruh jari telunjuknya di bibir nya, ku tutup mulut ku dengan kedua telapak tangan ku.

Aku berbisik pelan padanya, agar tak ada yang mendengar kami dan masuk kedalam kamar ku. "Mengapa kau bisa ada disini, dan apa yang kau lakukan, Ael?" Dia terkekeh, pipinya bersemu kemerahan, sangat menggemaskan.

Tidak ada yang pernah tau sisi lain dari Putra Mahkota yang terkenal tegas namun memiliki wajah seperti seorang malaikat yang bahkan tak memiliki dosa, faktanya dia lah yang lebih agresif jika sudah berkaitan dengan ku, contohnya seperti kejadian pagi ini.

"Jangan sekarang, nanti malam saja, ya. Bagaimana jika ada pelayan yang melihat, bukan kah nanti sifat asli mu diketahui orang lain?" Aku mencubit batang hidungnya, dia menutup matanya sebentar lalu membukanya kembali.

Dia akhirnya memilih untuk bangun, dan dia duduk di pinggul ku, dia menatap ku seraya tersenyum. "Ciuman selamat pagi?" Aku terkekeh lalu tersenyum kecil dan mengangguk. Aku bersandar pada kepala kasur, dan membawanya mendekat pada ku.

Ku cium bibir kemerahan alami nya, kami menutup mata, menikmati setiap sensasi saat ini. Aku dan Raphael menjadi semakin dekat karena tugas ku yang menjadi seorang penjaga Putra Mahkota ini. Akhirnya, kami melepaskan ciuman kami, Raphael memeluk ku lalu dia mencari kenyamanan di tubuh ku.

Aku menggendongnya menuju kamar mandi, benar, kami mandi bersama. Tidak ada yang dapat mengganggu kami saat ini, tidak mungkin ada yang berani memasuki kamar ku, terlebih pada bagian kamar mandinya, yah itu memang hal normal, bukan.

Setelah mengenakan pakaian, kami keluar ruangan. Tenang saja, tidak ada penjaga di sekitar sini. Lagi pula, jika ada mereka juga tidak akan menyangka.

Berlatih pedang adalah keahlian sekaligus hobi ku, hal yang ku suka adalah pedang. Dan terkadang pedang itu suka patah, terutama jika aku menggunakannya secara berlebihan dengan menggunakan kekuatan suci.

Benar, menggabungkan teknik berpedang dengan teknik magis. Itu sangat menyenangkan sekaligus mematikan, serangan luar dan dalam.

***

"Master, nanti malam ada pertemuan petinggi. Aku malas melihat muka para penjilat-penjilat Kaisar itu, sangat menjijikkan" Aku terkekeh mendengar Oliver berkata seperti itu, namun aku tetap setuju.

Para penjilat, sebutan rahasia yang aku dan Oliver gunakan saat kami membicarakan tentang politik kekaisaran yang aneh. Bagaimana tidak, maraknya kasus penjualan budak ilegal, aset ini dan itu yang di jual tanpa di catat terlebih dahulu, dan kasus yang paling sering di lakukan mereka, korupsi.

"Benar, nanti akan ada para penjilat itu. Jangan tunjukkan ekspresi kesal mu itu, Oliver.  Kau hanya akan membuat situasi di dalam ruangan nantinya semakin panas, hahaha!" Ini bukan hanya peringatan, tapi ini juga ejekan untuknya.

Dengan tiba-tiba, aku berjalan menuju jendela kamar. Aku meminum secangkir teh itu seraya berdiri menatap hamparan taman bunga sebagai tempat favorit mendiang permaisuri, ibu kandung dari Raphael.

Oliver menghela nafasnya, dia meminum secangkir teh. Oliver sedang berada di kamar ku, jadi ini tidak akan masalah dengan topik pembicaraan kami, karena tidak akan ada yang berani dengar, kecuali pembunuh bayaran yang sedang mengintip di jendela yang terbuka itu.

PRANG
Ku lemparkan dengan kuat cangkir teh itu dan segera lompat dan menempel di dinding dengan kekuatan magis ku. Aku mengeluarkan pedang yang selalu ada di pinggang ku, ku hunuskan pedang itu pada pembunuh bayaran. Tanpa ampun, ku penggal kepalanya sebelum dia berteriak karena terlalu terkejut.

"Master, kau membuat ku terkejut. Sudah ku duga ada seseorang, karena aku melihat bayangannya. Huh, dasar pembunuh bayaran pemula" Aku menggeleng dan terkekeh pelan, ku ambil kepala pembunuh bayaran itu, lalu ku lemparkan pada tangan Oliver yang sedang senggang.

Dia menerimanya dengan baik, aku membersihkan noda darah dengan sapu tangan ku. "Master, kenapa anda memberikan ini pada saya?" Aku mengangkat bahu ku sedikit.

"Entahlah, mau saja. Kalaupun begitu, mau kau jadikan pajangan atau kau beri makan Saimon juga mungkin dia akan mau, bukan?" Sekali lagi, Oliver menghela nafas dan menepuk jidatnya dengan punggung tangannya yang masih bersih.

Saimon, serigala jantan atau serigala alpha si hewan magis milik Oliver. Sekaligus hewan yang melakukan bonding tingkat 5 dengan Oliver. Bonding adalah keterikatan batin dan fisik dari sang hewan dan sang pemilik, itu adalah hal yang biasa bagi para jenius seperti mereka. Perkara memanggil hewan magis dan melakukan bonding tingkat tinggi itu sangat susah, jadi tidak heran mereka di sebut jenius, 'kan.

"Kenapa tidak dengan Aalei?" Aku mengangkat bahu ku, sedikit malas mendengarkan nama hewan magis ku yang pemalas. Aalei, nama hewan magis berupa singa setengah phoenix, aku dan Aalei sudah bonding tingkat 8, jadi sisa sedikit lagi akan mencapai bonding tingkat sempurna.

Tak terasa, hari sudah sore. Aku menyelesaikan acara teh bersama Oliver, sahabatku. Dia kembali ke kastil nya, sedangkan aku kembali ke kamar ku.

Di sana sudah ada Raphael, kekasih ku yang menunggu. Dengan semangat, dia langsung menghujani ku dengan ciuman di seluruh wajah ku seraya dia memeluk ku erat.

I CAN'T, CROWN PRINCE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang