"Master!" Seseorang memanggil nama ku, orang itu adalah Oliver. Dia berjalan dengan jas yang ia gantungkan di lengannya, dia menatap ku bingung dan berhenti melangkahkan kakinya.
Dia melirik orang di depan ku, lalu pada ku, seperti meminta diberitahu siapakah orang ini. "Dia adalah Putra Mahkota, Raphael. Kau tak mengenalnya, Oliver?" Setelah mendengarnya, dengan cepat Oliver berlari ke samping ku, dan menatap tak percaya setelah benar-benar melihat Raphael disana.
Dengan cepat, dia berlutut dan menaruh tangan kanannya di dadanya. "Saya Oliver, memberi salam kepada Putra Mahkota" Raphael mencoba menahan tawanya melihat tingkah Oliver yang mendadak, Raphael mengangkat telapak tangannya dengan maksud menyuruh Oliver untuk menyudahi salam hormatnya.
"Wahh, saya tak sangka Yang Mulia bisa berada di sini. Oh ya! Saya lupa juga kalau Master Luella adalah ksatria penjaga anda" Oliver menggaruk leher belakangnya dengan ekspresi dan nada bicara yang canggung, aku menggeleng melihat tingkah lakunya.
Raphael mengangguk, lalu ku persilahkan Oliver untuk duduk dan memulai acara minum tehnya. "Hei, Oliver bagaimana kabar Saimon, anjing besar imut itu?" Oliver yang mendengarnya tersedak, dan ia langsung mengelap air yang ia muncrat kan dengan sebuah sapu tangan.
"Menggemaskan?! Master, dia ini seorang serigala yang bringas dan tak bisa di panggil menggemaskan begitu saja" Aku mengangkat bahu ku, tersenyum miring. Aku memikirkan sebuah ide bagus. "Bagaimana kalau kau panggil saja Simon"
Sekali lagi, dia di buat terkejut, terutama sama respon satu ini. "Aku ingin melihat Simon mu itu" Raphael angkat bicara, mau tak mau, Oliver akhirnya memanggil Simon.
Saat Simon datang dengan wajah yang mengerikan, aura sekitar terasa cukup berat. Namun, saat mata Simon mengarah pada ku, dia langsung berlari pada ku dan dia melatih kelenturan berdansa.
Beberapa saat berlalu, aku merasakan penyakitmu nampak menyebar bahkan hingga dada. Penyakit ini seperti kutukan, penyakit ini selalu membuat ku muntah darah jika mereka melakukan penyebaran.
Tetapi, kali ini aku tak apa, aku sedang sarapan sebelum menuju peperangan. Aku sarapan dengan kekasih ku, Raphael. Dia sedang makan dengan senyuman terlukis di wajahnya, tetapi setelahnya senyumannya sirna karena perkataan ku.
"Maafkan aku, kasih ku. Aku tidak bisa mengajak mu kali ini, aku berjanji akan pulang dengan selamat dan membawa kemenangan atas kekaisaran ini. Lalu, setelah itu kita akan menikah dan hidup dengan anak-anak kita. Kamu mau anak berapa?" Di akhir, aku terkekeh dengan pertanyaan bodoh ku.
"Huft!" Meskipun begitu, wajahnya memerah. "Aku hanya ingin kamu selamat, tetapi. Aku juga ingin punya anak 2 saja bagaimana? Satu lelaki dan satu lagi perempuan, bukan kah itu bagus?" Aku mengangguk, itu ide yang bagus.
"Aku akan menamai mereka Diana Kent Mortanz dan Felix Kent Mortanz, sepakat?" Aku mengangguk dan terkekeh mendengarnya. "Baiklah, Diana dan Felix adalah nama yang sangat bagus, aku menyukainya" Aku tersenyum padanya.
Saat di Medan tempur, darah keluar dari mulut ku. Aku turun dari Aalei dan berlari kencang menuju kaisar musuh, meskipun dalam keadaan tak menyenangkan.
Srak
Aku berhasil menebas leher sang kaisar dan merobek bendera mereka, lalu mengibarkan bendera kekaisaran disana. Jantungku sakit, kaki ku lemas, akhirnya aku terduduk dan menunduk, ku tancapkan pedang ku di tanah dan bertumpu padanya.Kereta kuda dengan gerobak yang indah melewati kota, membawa seseorang didalam sebuah kotak putih. Kulit orang itu sedikit membiru, dan matanya tertutup sempurna, tak ada dada yang naik turun.
Rambut indahnya dibiarkan terurai, lemparan bunga-bunga menyambutnya, mereka menyebutnya Pahlawan. Banyak dari warga membawa sapu tangan mereka, menyeka air mata mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
I CAN'T, CROWN PRINCE!
RomanceSeorang ksatria wanita pertama, sekaligus menjadi ksatria yang paling di cintai kaisar bukan hal yang mudah. Aku bahkan terjerat cinta dari si Putra Mahkota yang selalu menjahili ku, tetapi dia bisa menjadi orang bermuka dua saat di depan orang lain...