𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝐎𝟏: Makhluk Bersuara Kodok

88 46 1
                                    

GADIS itu sungguh membenci seluruh makhluk di semesta ini, baik yang terlihat maupun yang tak kasat mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GADIS itu sungguh membenci seluruh makhluk di semesta ini, baik yang terlihat maupun yang tak kasat mata. Seringkali ia membayangkan dan berharap bagaimana jika suatu hari ada segerombolan Alien yang datang untuk menginvasi Bumi dan memusnahkan manusia yang menjengkelkan, atau terkadang ia membayangkan datangnya wabah zombie yang menghentikan keturunan manusia.

Tapi tentu Lunara tidak selalu merasa membenci manusia. Hanya saat-saat tertentu, contohnya, seperti saat ini, Lunara sedang menyumpah serapahi orang yang sedang memukul-mukul kepalanya dengan sebuah sepatu. Lunara menatap lurus gadis di depannya, lelah dengan semua kelakuan pembully ini.

"Waduh hati-hati lo ditatap begitu, jangan-jangan dia bisa santet juga kayak ibunya" kata salah satu perempuan disitu yang memiliki potongan rambut bob.

Segerombolan anak nakal itu tertawa.

"Lo gak bakal nyantet gue kan Lun? Kita kan best friend!" Katanya lalu merangkul bahu Lunara.

Wanita ini adalah sosok iblis bagi hidup Lunara. Bahkan mungkin lebih daripada iblis. Kehidupan sekolah Lunara benar-benar dibuat hancur oleh gadis ini dan kedua temannya. Mereka bertiga selalu saja mempunyai 1000 alasan untuk merundung Lunara.

"Jangan diulangin lagi yaa, lo tau kan gimana jadinya kalo gak nurutin perintah gue. Besok gak mau tau barang itu udah harus ada di laci meja gue." kata perempuan itu lagi yang diyakini sebagai ketua dari geng pembully itu.

Barang yang dimaksud pembully itu adalah sebatang nikotin yang Lunara yakini sebagai penyebab mereka tidak memiliki otak.

Setelah puas mengganggu Lunara, ketiga gadis itu pergi meninggalkannya sambil tertawa-tawa.

Lunara menatap punggung gadis mungil berambut ikal yang baru saja memberikan ultimatum kepadanya. Farah Adipura Satya, andai dia tau apa yang bergelayutan di punggungnya..

LUNARA POV

"Apa bener yang dibilang Farah?" 

"Emang Farah bilang apa?" tanya seseorang dengan nada penasaran yang mirip ibu-ibu biang gosip.

"Stttt..." bisiknya sembari mendekatkan kepala kepada temannya, "Katanya ibunya Lunara.."

TRINGGGGGGGG!

Duh, sayang banget ketutup suara bel. Padahal gue pingin tau gosip apalagi yang Farah sebarkan tentang keluarga gue. Pantas aja, akhir-akhir ini teman sekelas makin menjauh, ternyata ada gosip baru toh. Lagi-lagi gue harus mencoba masa bodoh. Udah gak heran lagi kalau Farah menyebarkan hal buruk tentang gue, kayaknya dia gak hidup kalo gak menyebarkan kebencian. 

Jam terakhir adalah mapel Pak Hansen yaitu Fisika. Andai punya kemampuan teleportasi, pasti gue langsung melesat ke rumah tanpa perlu izin dari guru-guru. 

Entah karena gue kurang sehat atau karena bodoh. Penjelasan Pak Hansen seperti masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Susah banget untuk fokus, mungkin ini efek tidak tidur 2 hari. Semua ini karena akhir-akhir ini gue ngeliat banyak makhluk aneh berkeliaran di sekeliling yang saat malam hari eksistensinya semakin meningkat, karena itu gue jadi kurang tidur dan gak bisa fokus.

Awalnya, gue pikir makhluk ini hanya akan bermunculan saat malam hari aja, nyatanya gak begitu. Banyak makhluk yang gentayangan bahkan saat siang bolong. Salah satunya yang sedang bergelayutan dipunggung Farah. Sosok dengan mata besar seperti ingin copot itu mengeluarkan suara seperti suara kodok yang ngebuat gue bergidik, tapi yang membuat lebih ngeri adalah tubuh sosok itu yang hanya tersisa tulang dan kulit.

Saat berpisah dengan Farah dan gengnya gue langsung lari menuju toilet untuk mengeluarkan seluruh isi perut. Entah gimana Farah bisa diikutin makhluk itu. Yang jelas, makhluk itu jahat dan penuh energi negatif.

Saat tiba jam pulang gue buru-buru mengemasi barang-barang, saat itu juga Farah yang duduk di depan meja guru berteriak dengan melengking. Seluruh murid di sekelas berebutan mengelilingi Farah termasuk gue.

Tapi yang aneh, gue gak ngelihat Farah. Yang gue lihat adalah makhluk bermata besar itu sedang menatap gue lekat-lekat. Tiba-tiba terdengar suara yang menyuruh gue lari

lari.. lari..

Sial, saat hendak melarikan diri makhluk itu udah lebih dulu nerjang dan nyekik gue. Gue ngeluarin seluruh tenaga buat minta tolong dan narik sepatu orang yang ada disitu. Sial, sial. Gue gak bisa napas.. Sesak.. Siapapun tolong..

Pengelihatan gue kabur.

Kuku-kuku makhluk itu menancap di leher. Suara makhluk itu makin menggema. Cekikannya semakin keras terasa di leher. Tangan gue bergerak kaku menepuk nepuk-nepuk lantai minta pertolongan, tapi, gak ada satupun dari mereka yang menolong sampai akhirnya gue merasakan kepala gue seperti dipukul sebuah benda keras.

Aku terbangun.

"Akhirnya bangun juga kebo ini!" ucap Farah mengejek, Farah mencium bukunya yang habis dipakai buat mukul, "eww.. buku gue jadi terkontaminasi gembel. Minimal keramas lah, kan kasihan orang di sekeliling lo jadi pada nahan mual gara-gara lo"

Bangsat!

Semoga lo jadi budak tuh makhluk deh!

Andai dia tau seberapa benci gue ke dia.

Sebenarnya pingin banget mukul kepala cewek itu, bukannya gak berani. Tapi nanti dia dengan mudah playing victim, males banget ngeladenin anak begini. Emang aksi bullying gini gak boleh didiemin aja, gue udah coba laporin kelakuan Farah ke wali kelas maupun guru BK, tapi mereka selalu bilang akan ditinjau lebih lanjut yang nyatanya mereka lupakan gitu aja.

Lapor orang tua? Gak ada yang bisa diharapkan dari orang tua gue. Ayah yang kasar dan pecandu alkohol. Ibu yang mentalnya tidak stabil akibat selalu jadi samsak suaminya ketika mabuk sangat tidak bisa diharapkan. Ibu udah banyak menelan penderitaan, gue gak tega kalau harus menceritakan lagi kehidupan di sekolah. 

Yang bisa gue lakuin ya kayak pengecut lainnya. Hanya menyalahi takdir dan terus mengumpat sepanjang hari tanpa punya solusi.

 Hanya menyalahi takdir dan terus mengumpat sepanjang hari tanpa punya solusi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makasih udah sempetin baca. Jangan lupa vote dan komen ya, karena itu sumber energi dan semangat buat nulis.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya <3

Diary of Lunara - sound of the other side . æspa [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang