SEPERTI biasa gadis itu selalu mengawali hari dengan helaan napas panjang. Kadang ia berpikir mungkin saja dahulu ia adalah makhluk planet lain karena ia selalu merasa tidak cocok dengan makhluk-makhluk yang ada di planet ini. Karena perasaan ketidakcocokan itu membuat ia menjalani hari dengan jenuh dan malas. Sebut saja ia memang mahkluk pengecut yang menyalahkan segalanya atas mengapa hidupnya payah. Tapi pasti ada campur tangan takdir yang kejam, kan?
Setiap harinya ia jalani dengan rutinitas yang itu-itu saja. Mulai dari berangkat sekolah pukul 6.15 pagi lalu dilanjutkan dengan membeli roti dan susu coklat di minimarket dekat sekolah, diganggu teman sekelasnya dan pergi ke perpus saat jam istirahat lalu pulang untuk mengisi kembali tenaga untuk menjalani hari berikutnya. Dan saat hari libur ia hanya berbaring dan membaca buku baik fiksi maupun non-fiksi. Ia tidak memiliki seorang pun teman, lebih tepatnya tidak ada yang mau berteman dengannya, sehingga tidak banyak yang bisa ia lakukan bahkan saat libur.
Saat bel tanda istirahat telah berbunyi, Lunara langsung melesat menuju perpustakaan. Melihat ke rak-rak buku barangkali ada buku yang menarik perhatiannya. Ia menarik salah satu buku dan membawanya ke meja pustakawan yang biasanya adalah salah satu murid di sekolah ini yang terpilih menjaga perpustakaan.
"Laut bercerita udah selesai?" tanya lelaki yang sedang mendata peminjaman buku.
"Hmm?" gumam Lunara bingung.
Bagaimana tidak bingung, selama hampir dua tahun laki-laki dihadapannya ini tidak pernah sekalipun mengajaknya berbicara, bahkan mungkin lelaki ini tidak pernah menyadari kehadirannya padahal mereka cukup sering bertemu di sekolah maupun di luar sekolah.
Lelaki itu melirik Lunara sekilas lalu melanjutkan menulis data.
"Ah, iya" jawab Lunara sekenanya.
"Besok gue mau beli buku untuk koleksi baru perpus, mau ikut?" tanyanya sembari memberikan buku yang telah dicatat peminjamannya atas nama Lunara.
Ngomong apa sih dia? Tumben banget - Lunara.
Bukan apa-apa, basa basi tentang novel laut bercerita saja sudah membuat Lunar bingung. Dan apalagi ini? rasanya mustahil seorang Reyhan Winata dengan repot-repot mengajaknya untuk membeli buku untuk koleksi perpustakaan.
"Gue disuruh Pak Umar buat ngajak lo, katanya lo paling paham soal buku. Sekaligus sebagai reward karena lo pengunjung setia perpustakaan. Kalau gak mau gapapa, nanti gue sampaikan ke Pak Umar" katanya lagi karena melihat Lunara hanya bergeming.
"Ohh gitu.." Ucap Lunara malu seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, hampir aja ia memikirkan yang indah-indah, "Jadi gue bisa milih buku apa aja?" tanyanya.
Reyhan mengangguk sebagai jawaban.
"Kapan?" tanya Lunara.
Tidak ia sangka sore ini dirinya akan pergi ke toko buku bersama Reyhan yang notabennya anak pintar serta populer di sekolahnya. Setelah bersiap-siap ia langsung menuju tempat yang telah disepakati.
Cukup lama Lunara menunggu kedatangan laki-laki itu. Lunara menyesal kenapa ia tidak meminta nomor telepon lelaki itu agar ia bisa tau apakah lelaki itu tersesat atau membatalkan janji. Lunara berpikir untuk meninggalkan tempat itu, mungkin saja lelaki itu membatalkan janjinya. Saat hendak meninggalkan taman tempat mereka sepakat bertemu, tiba-tiba ada mobil brio hitam yang berhenti tepat di depannya, kaca mobilnya terbuka dan menampilkan lelaki berkulit seputih boneka porselen. Lelaki itu adalah Reyhan yang sedari tadi Lunara tunggu. Ia turun dari mobil dan meminta maaf karena terlambat. Setelah itu kami berangkat menuju toko buku yang berada di pusat perbelanjaan.
Sesampainya di toko buku itu, Lunara langsung memilih novel yang sudah ia incar. Reyhan mengiyakan tanpa babibu.
"Novel tentang apa tuh?" tanya Reyhan sembari melirik Lunara sekilas lalu kembali fokus menghadap jalanan.
Lunara tersenyum. Ia selalu bersemangat saat menjelaskan buku ataupun hal favoritnya. "Tentang detektif yang punya kekuatan mistis" jawab Lunar singkat karena takut terkesan aneh bila ia terlalu menggebu-gebu.
"Kekuatan mistis?"
"Iya, karakter utamanya bisa ngeliat hantu lewat salah satu matanya yang berwarna merah, dari SMP dia udah sering bantu kepolisian buat mecahin kasus sampai akhirnya dia mutusin buat jadi detektif" jelas Lunar masih mencoba untuk tidak terlalu bersemangat.
"Mata sharingan?" tanya Rey.
Lunar terkekeh, "Mirip"
Bertambah lagi point plus dari Lunara untuk Reyhan. Ternyata lelaki itu adalah pengemudi yang andal. Taat peraturan dan anti ngebut-ngebutan. Sesuai dengan panggilan populer Reyhan di sekolah yaitu Mr. Perfect.
"Makasih untuk hari ini, hati-hati dijalan" kata Lunara dengan senyum tipis.
"Sama-sama. Ini bukunya dibawa." katanya sambil menyodorkan paper bag berisi novel yang tadi Lunar pilih.
"Kan untuk perpus" jawab Lunar.
"Iya, lo baca dulu aja kalau udah selesai balikin ke perpustakaan"
"Gak perlu izin penanggung jawab?"
"Ini udah gue izinin" jawabnya santai.
Lunar membulatkan mulutnya, "Oke, makasih sekali lagi" setelah berterima kasih Lunara langsung beranjak membuka pagar rumahnya.
"Soal novel itu, menurut lo ada gak orang yang punya kemampuan kaya detektif itu di dunia ini?" tanya Reyhan tiba-tiba.
"Kenapa?"
"Bukan apa-apa.. dah, gue balik" kata lelaki itu dan beberapa detik selanjutnya mobil brio hitam itu berjalan menjauh.
Lunara menatap kepergian lelaki itu sambil bergumam kecil, "Ada lah, gue."
- Mr. Perfect -
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary of Lunara - sound of the other side . æspa [✓]
Misterio / SuspensoLunara selalu membenci kemampuannya yang dapat melihat dan berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata. Kemampuannya membuat ia terasingkan dari orang-orang disekitarnya. Suatu hari takdir mempertemukan Lunara dengan seorang lelaki yang dapat meruba...