Chapter 2 - The Child Who Got Abandonment
Yuuji bangun dalam keadaan berantakan karena air mata, ia tak menyangka akan mengalami mimpi buruk seburuk itu dalam hidupnya. Matanya tak sengaja menangkap sosok bocah yang tertidur dalam keadaan duduk bersandar di tembok.
Yuuji bangkit dan menggulung futon yang ia gunakan kemudian beralih keluar dan mencari dapur untuk membuatkan bocah itu makanan. Ia merasa iba, bocah itu berasal dari keluarga kaya raya namun tubuhnya bahkan lebih kurus dari dia yang berasal dari keluarga miskin.
Mata para pelayan yang tak sengaja bersitatap dengannya terus membuat pikiran Yuuji melayang, tatapan itu penuh dengan kebencian, seolah dia yang baru saja menjadi bagian keluarga Gojou secara terpaksa juga ikut dibenci di sini.
Namun apa alasannya? Apa karena ia berasal dari keluarga miskin?
Yuuji hanya terus melangkah mengelilingi rumah, dan menemukan dapur yang sangat jauh dari lokasinya tadi. Ia juga baru menyadari bahwa kamarnya dan bocah bernama Satoru itu sangat jauh dari rumah utama. Belum lagi fasilitas di kamar itu sangat-sangat minim.
Apa alasannya mereka sampai melakukan itu putra bungsu keluarga Gojou?
Dengan langkah telaten, ia memotong bahan-bahan, memasak nasi, dan menggoreng apapun yang bisa ia temukan di rak penyimpanan yang tentu saja masih bisa dimakan. Terdengar suara bisik-bisik di arah luar dapur, Yuuji kali ini memberanikan diri untuk mendengarnya dengan jelas untuk tahu situasi di rumah ini.
"Kau dengar, pemuda itu adalah pengantin tuan muda," ucap salah seorang pelayan.
"Bukankah itu artinya dia juga terkutuk? Apalagi jika berada satu ruangan dengan tuan muda, aku saja sering merasa merinding jika berada di rumah terbuang itu," sahut pelayan satunya.
"Tapi dengan adanya dia, kita tak perlu membawakan tuan muda terkutuk itu makanan lagi! Bukankah ini berita baik?"
"Kau benar, tugas semacam itu memang sebaiknya diberikan pada orang yang lebih rendah dari pelayan sepertinya!"
Yuuji yang sedang menguping kini merasa yakin bahwa ada yang salah dari rumah ini hingga mengasingkan seorang bocah 10 tahun di sebuah rumah yang terpisah dari rumah utama.
Ia tak ingin berpikir lebih jauh, ia hanya ingin membawakan makanan untuk bocah itu sesegera mungkin, jika yang dikatakan pelayan itu benar, maka bocah itu pasti sangat kesepian tinggal di rumah itu.
"Gojou-kun, aku akan masuk," ucap Yuuji sambil membawa nampan.
Ia melihat Gojou sedang mengganti kain di matanya dengan hati-hati. Pemuda itu mendekat setelah meletakkan nampan di atas meja. "Matamu terluka?" tanya dia.
"Tidak, aku hanya.. mereka takut melihat mataku," jawabnya ragu.
Yuuji menghentikan tangan itu melakukan ikatan pada kain yang hampir menutupi matanya. "Sudah berapa lama kau ada di rumah ini?" tanya Yuuji, bocah itu berpikir sejenak.
"Sejak usiaku 5 tahun."
Yuuji terhenyak, jadi perlakuan semacam ini sudah terjadi 5 tahun. Apa yang sebenarnya terjadi sampai bocah sekecil dia diperlakukan seburuk ini?
"Kau tidak perlu menutup matamu lagi, mulai sekarang hanya aku yang akan melihat matamu," ucap Yuuji sembari melepaskan ikatan kain satu demi satu. Ikatan itu sudah sepenuhnya lepas, dan bocah itu mulai mengerjap beberapa kali sampai akhirnya terbuka dan menatap wajah Yuuji.
Yuuji tercengang, mata bocah itu sangat indah seperti berlian, warna biru dan bulu mata berwarna putih itu terasa pas di wajah bocah 10 tahun itu. "Matamu sangat indah, aku menyukainya," puji Yuuji sambil terus memandangi bocah itu.
"Kau tidak takut padaku? Mereka pasti sudah mengatakan semuanya kemarin, kau bisa meninggalkanku sendirian jika kau takut, aku tak apa," ucap Gojou, Yuuji buru-buru menangkup pipi bocah itu.
"Aku selalu diejek bodoh karena terlalu baik, namun hari ini aku putuskan untuk jadi bodoh selamanya untuk mengurusmu. Jadi tolong bertahanlah sampai aku bisa membawamu keluar dari rumah ini!" ucap Yuuji dengan semangat.
Gojou menatap Yuuji, kemudian tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja, hangat tangan Yuuji membuatnya terlena, kehangatan pertama yang ia rasakan selama hidupnya di rumah ini, ia bertekad tak ingin melepaskan tangan itu bagaimanapun caranya.
Keesokan paginya, Gojou yang sudah berani untuk melangkahkan kaki ke luar ruangan kamar yang kekurangan sinar matahari itu menemukan Yuuji sedang membuat sesuatu di halaman. "Kau membuat apa, Yuuji-san?" tanya dia, Yuuji menoleh kemudian memanggil bocah itu untuk mendekat dan menunjukkan apa yang ia buat.
Gojou berbinar, "Aku akan memasak untukmu mulai sekarang, jadi kita perlu tungku api dan kayu bakar, hmm, jika bisa aku akan membuat dapur kecil di samping rumah, apa itu tidak masalah?" tanya Yuuji pada Gojou yang masih memandangnya dengan mata berbinar.
Ia mengangguk, "Tidak masalah, aku akan membantumu."
Mereka berdua menggulung lengan baju dan membuat tungku dari tanah liat bersama-sama, beberapa kali keduanya akan tertawa karena terkena cipratan air kotor dari tanah liat. Dalam sejarah, ini adalah pertama kalinya Gojou Satoru tertawa kembali.
"Wajahmu kotor, Yuuji-san," kata Gojou, bocah itu mengelap wajah Yuuji dengan lembut menggunakan lengan bajunya. Yuuji menatap wajah Gojou yang juga kotor karena tanah liat, mereka berdua tersenyum sangat manis.
"Aku tidak menyesal sudah menikah denganmu," ucap Yuuji, mata biru Gojou membulat. Pemuda itu tidak menyesal sudah menikah dengan bom waktu berupa kutukan sepertinya, tidak takut berada di dekatnya, bahkan berjanji untuk bersamanya.
Kebahagiaan semacam ini, ia berharap ini tidak akan berakhir begitu saja. Ia akan menjadi kuat dan melindungi Yuuji meskipun ia harus mempertaruhkan nyawanya. Ia akan bersama Yuuji apapun syaratnya.
Mereka berdua kini duduk di teras sambil memakan semangka yang tak sengaja ditemukan Yuuji saat dia sedang mencari kayu bakar. Benar-benar hari yang sempurna untuk bersantai.
''Halaman rumah ini cukup luas dan sepi, kau ingin menanam apa untuk membuatnya sedikit rindang?'' tanya Yuuji yang kini memandangi halaman yang terlihat kosong dan sepi, Gojou menatap halaman rumahnya juga.
''Mungkin sakura? Berwarna merah muda jika bisa, itu akan terlihat seperti kau, Yuuji-san,'' sahutnya kemudian, Yuuji memandangi bocah itu dengan pandangan tidak percaya.
''Sakura, hmm, aku rasa aku akan mencari bibitnya besok saat mencari kayu bakar. Haruskah aku mencari bibit yang berwarna putih juga?'' Gojou kini tercengang kemudian menundukkan kepalanya untuk menutupi wajahnya yang memerah.
''A-aku akan membantumu menyelesaikan tungku api, kalau begitu,'' Yuuji mengangguk saja mendengar sahutan gagap dari suami kecilnya itu.
Mereka berdua memilih untuk hening, tidak ada yang membuka suara, ketenangan ini benar-benar menyenangkan. Ah, apa mungkin hal menyenangkan ini terjadi karena mereka berdua saling melengkapi?
Yuuji memandangi awan, berbicara dalam hati, 'Ayah, Ibu, aku sudah bertemu orang yang ingin aku lindungi, semoga kami bisa tetap bersama.'
Lucunya, Gojou juga sedang memandanginya sambil berkata dalam hati, 'Aku ingin melindunginya, untuk itu aku harus tumbuh menjadi pria yang kuat dan bisa diandalkan.'
Dan hari itu berakhir dengan makan malam yang dibuat oleh Yuuji, mereka berdua tertidur di futon yang sama setelah berbincang sebentar sebelum akhirnya Yuuji tertidur dengan pulas disusul oleh Gojou.
To Be Continue.
Author update lagi nih, cepet banget ya updatenya? Hoho iya dong, pake nanya, kan author sudah punya drafnya, hahahaha.
Nah, semoga kalian suka sama chapter ini, chapter selanjutnya bakal diupdate seminggu lagi, jadi see u soon!
Ditunggu komen dan votenya ya!
Salam,
Hana Mikazuki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Husband √
Fanfiction[Jujutsu Kaisen Fanfiction] Yaoi | BL | Fanfiction Itadori Yuuji berasal dari keluarga kurang mampu, karena suatu alasan keluarganya berhutang sangat banyak pada keluarga terkaya di desa. Ketika itu Yuuji baru saja berusia 17 tahun, keluarga Gojou d...