Little Husband 4

552 70 2
                                    

Chapter 4 - The Separation Between Love

Yuuji terbangun dalam keadaan mata sembab, entah sudah berapa lama ia menangis namun hatinya tak kunjung merasakan lega. Ia masih memeluk guci tempat abu bocah itu disimpan, bahkan ketika ia tertidur.

Air matanya semalam bahkan sudah setengah kering, namun kini ditimpa kembali dengan air mata baru. Apakah Tuhan sangat membencinya hingga semua cinta yang ia dapatkan akan dirampas secara paksa?

Yuuji berusaha menguatkan hatinya, namun air matanya tak ingin berhenti. Perkataan Gojou kemarin masih terngiang di kepalanya, senyuman manis bocah itu muncul di kepalanya, ia sangat menyadari bahwa hari-harinya bersama Satoru sangat singkat, namun ia sangat menyayangi bocah itu.

Apa kesalahan bocah itu sampai harus mati di usia semuda ini? Apa kesalahannya hingga jasadnya bahkan tidak mendapat perlakuan yang layak? Ada terlalu banyak pertanyaan di kepala Yuuji namun Yuuji tak bisa mengatakannya, hanya air mata yang bisa menyampaikannya.

Satu hari.

 
Dua hari.

 
Satu minggu.

 
Bahkan hingga bulan berganti tahun, Yuuji masih tidak bisa menghilangkan rasa sedihnya. Abu jasad suaminya ia letakkan di atas meja kecil, bersama dengan barang peninggalan terakhir orang tuanya.

Sebelum melakukan apapun pemuda itu akan mengatakannya pada Gojou, setelah melakukannya dia akan kembali menceritakan hari-harinya, tak lupa ia juga menaruh tangkai bunga sakura di sebelah guci itu.

Mereka tak bisa menanam sakura di halaman rumah waktu itu, dan Yuuji merasa bersalah, andaikan saja ia tak menunggu pagi datang untuk sekadar mencari bibit bunga, maka saat ini salah satu janji mereka pasti akan terpenuhi.

"Yuuji-kun?" tanya seorang pria tua yang kebetulan lewat di depannya, Yuuji yang sedang sibuk berpikir dan merenung kini tersenyum bodoh. "Iya paman?"

"Tidak apa-apa, kau selalu melamun sejak beberapa bulan terakhir semenjak kau hilang 3 hari berturut-turut. Kau yakin tidak mengalami sesuatu yang buruk?"

Yuuji buru-buru menggeleng, "Tidak paman, aku baik-baik saja," sahutnya.

"Baiklah, ingatlah pesanku nak, kau harus hidup dengan baik, jangan terlalu larut dalam kesedihan," nasehat paman tua itu sebelum akhirnya ia berjalan menuju kebunnya, meninggalkan Yuuji yang sedang menjemur kayu bakar.

Yuuji memandangi langit yang terasa sangat cerah, angin pun bertiup sangat menyenangkan, ini sudah memasuki musim panas, cuaca yang sangat pas untuk menjemur kayu dan bersantai.

Ia selalu ingat bahwa ia harus hidup dengan baik, makan dengan baik, tidur dengan baik agar bisa tetap hidup di dunia ini sendirian. Namun sudah satu setengah tahun sejak ia kehilangan suami, ia bahkan tak bisa melakukan apapun untuk bisa menghilangkan memori singkat itu.

"Disaat seperti ini aku malah sangat membutuhkanmu," ujarnya tidak pada siapapun, namun ia berharap Gojou di alam sana akan memandanginya sambil tersenyum, ya, hanya itu yang ia inginkan. Setidaknya bocah yang selama sisa hidupnya menderita itu tidak lagi menderita.

Hari-hari Yuuji terus berlanjut, ia tak lagi mengeluh soal hidupnya yang hancur lebur atau tentang hidupnya yang tak kunjung bahagia. Ia pun tak lagi menyalahkan Tuhan akan takdirnya yang sangat buruk. Pemuda yang dulu sudah melewati banyak hal di dalam hidupnya dan kini usianya adalah 29 tahun, dan itu artinya sudah 12 tahun sejak kejadian mengenaskan itu terjadi di depan matanya.

Ia masih menjaga abu suaminya, masih tetap berdoa kepada Tuhan untuk memberikan suaminya itu hidup yang layak di alam lain, masih juga memberikan beberapa tangkai bunga sakura, masih juga memasak untuk porsi dua orang, itu semua ia lakukan karena tidak bisa melupakan bocah itu.

Little Husband √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang