Chapter 1 : The End of Era

738 60 7
                                    

Darah menyembur keluar dari mulut pahlawan besar dunia shinobi. Pemuda itu terbatuk hebat, tidak ada seorang pun di tendanya. Semuanya sedang pergi ke tempat lain, mengerjakan hal lain. Pemuda itu membayangkan mereka sedang berkumpul bersama, mensyukuri, memberi penghiburan, bersorak menikmati kemenangan setelah menghentikan ambisi Uchiha Madara.

Ya, semuanya tampak baik-baik saja, kecuali pemuda pirang yang kini tepat berusia 17 tahun.

Pandangannya buram, paru-parunya terhimpit udara dingin. Sedikitpun chakra tidak bisa ia alirkan. Tubuh lemasnya kian terpuruk, napas Naruto yang pendek-pendek tidak mampu mensirkulasi chakra Kurama yang sangat dibutuhkannya.

Apakah ini akhir kisah Uzumaki Naruto si ninja hebat? Terbaring sendirian, tak diketahui siapapun, di sebuah tenda setengah gelap dan udara dingin yang pengap? Setidaknya, Naruto ingin sekali mengucapkan selamat datang setelah berhasil membawa Sasuke.

Apa gunanya berteman jika akhirnya kau mati sendirian? Semenit lalu lalu, air liur Naruto menetes melihat segelas air jernih yang disediakan seseorang di dalam tendanya. Air itu berbau dan berasa seperti air pegunungan biasa, tidak disangka paru-parunya terasa terbakar selang beberapa waktu kemudian..

"Mati sendirian? Hah, akhirat bahkan tidak akan mau menerima shinobi bodoh sepertimu!"

Pemuda itu terkekeh. "Sebentar lagi aku akan mati, Kurama. Tidak bisa kah—uhuk—kau ramah sedikit?" Naruto ingin sekali tertawa terbahak, tapi dadanya sakit setiap mengambil napas. Pemuda itu mencoba meraih tiang bambu yang menjadi kerangka tendanya. Ujung jarinya sudah mulai menghitam. Ditambah lagi dia kini hanya punya satu tangan. Penyebaran racun ini ternyata sangat cepat. Tapi racun apa ini sebenarnya?

"Racun pohon Shinju," jawab sang rubah berekor sembilan dalam kepalanya. "Dahulu kala Kaguya memakan buah dari pohon ini. Energi buah ini lah kemudian yang menjadi chakra dari semua chakra. Pendahulu dari semua sesepuh mu. Tapi getahnya adalah racun bagi semua pemilik chakra. Semakin kau mengalirkan chakra semakin racun itu menyebar."

Kepala Naruto berdenyut. "Aku tidak mengerti," ucapnya sambil setengah bangun. "Penjelasanmu terlalu sulit dipahami."

"Bocah! AKU SEDANG MEMBANTUMU!"

"Chakra milikku sudah berhenti dari tadi, tapi racun ini masih saja menyebar." Dengan kaki yang terseok-seok Naruto berjalan menuju ke lembaran kain tipis yang ia jadikan futon .Di futon itu pula, ikat kepala berlambang shinobi miliknya tergeletak. Berkat ikat kepala itu, para shinobi dari kelima negara mampu menyatukan kekuatan untuk melawan Madara dan Kaguya. Mungkin—jika Naruto mengalirkan chakra ke benda itu, seseorang dengan tipe pendeteksi chakra akan tahu ia sedang dalam bahaya

"Sedikit lagi," ujarnya dalam hati. Hanya tinggal tiga—tidak—satu langkah, dan satu kali lompatan lagi. Ia akan bisa meraih—ia mungkin masih bisa hidup—

"AWAS, NARUTO!" Tiba-tiba Kurama merasakan niat jahat, tapi terlambat. Sebilah pedang menembus dada Naruto dari belakang. Seketika itu ia memuntahkan darah, berikutnya saat bilah pedang itu ditarik kasar, tubuh Naruto jatuh tersungkur ke tanah.

Kurama membeku, mata Naruto terbelalak. Darah segar menggenang di bawah tubuhnya.

"Si-siapa?" lirihnya tak percaya. Tangan Naruto mencoba meraih ikat kepala yang hanya berjarak beberapa senti dari jari tangannya. Tapi siapapun itu, entah kawan yang menyamar atau lawannya yang sesungguhnya, menendang ikat kepalanya hingga beberapa langkah jauhnya.

Naruto menggertakkan giginya. "Punya dendam apa kau padaku?"

Sebuah langkah kaki, yang anehnya melangkah pelan dan ragu-ragu kini mendekati Naruto. Naruto hanya bisa melihat satu pasang kaki yang ditutupi jubah hitam sederhana. Ujungnya yang menyentuh tanah bahkan sudah kotor dan robek-robek. Mungkin karena perang, mungkin karena suatu misi yang tidak pernah ia tahu. Tapi kini ujung jubah itu juga ternoda oleh darahnya.

Legend of The Great Shinobi's Hero (Rewriten)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang