Chapter 2 : Blueming

528 61 2
                                    

Dua hari lalu, meja di depan Sasuke hanya ditempati alat tulis biasa dan dua tumpuk dokumen yang belum ditandatangani, akan tetapi hari ini tepat pukul 08.30 pagi, jumlah tumbuhannya bertambah lima kali lipat. Empat tumpukkan hanya berisi konfirmasi misi kelas C sampai D, tiga tumpukkan permintaan misi kelas B, dan sisanya campuran antara permintaan misi kelas A maupun kelas S.

Meski perang dunia ninja keempat sudah berakhir, dan jasa manusia mulai tergantikan teknologi, tapi misi-misi esensial dan rahasia yang berkaitan dengan derajat mati hidupnya seseorang masih dipercayakan kepada para shinobi.

Mereka tetap dipercayai masyarakat awam meski sudah menciptakan bencana berkali-kali. Atau tepatnya, mereka masih dipercaya karena dia—

Nanadaime Konoha mendengus sinis. Kepercayaan dan kedamaian. Ironis sekali. Semua itu tercapai justru pada saat si bodoh itu tidak ada di sini.

Sang Nanadaime hanya memiliki satu tangan, tapi ia bekerja jauh lebih cepat dibandingkan seseorang dengan dua tangan yang lengkap. Tanpa menunggu waktu lama, dan lewat analisa yang cepat dengan genjutsu matanya, Uchiha Sasuke berhasil menyelesaikan seluruh dokumennya.

Luka bekas tangan kirinya yang putus sudah tak berasa, dan dengan satu tangan pun sebenarnya ia bisa melawan siapapun. Ia menolak mendapat transplantasi sel untuk menumbuhkan lengannya. Ia tidak mau. Menempelkan benda asing yang bukan merupakan bagian dari dirinya. Sesuatu yang hilang, tidak seharusnya semudah itu digantikan.

Sasuke menyingkirkan berkas-berkas itu dan mengirimnya bersama pesan bahwa ia sedang tidak ingin diganggu. Ia merapal segel, lalu bersamaan dengan bunyi poof kecil dan asap putih, meja kerjanya menjadi kosong seperti yang ia inginkan.

Suara ketukan pintu, tiga kali, sopan namun kaku, sampai ke telinga Sasuke. Pria itu menatap daun pintu seperti ikan mati. Sebuah gangguan ternyata tetap tidak bisa dihindarkan.

"Masuk,"perintahnya. Tamu itu tidak datang dari pintu. Sang tamu turun dari langit-langit, memakai pakaian Anbu standar dan topeng porselen. Seorang Anbu NeSai, datang dan berlutut di hadapan Sasuke. Wajahnya tertunduk.

"Ada alasan kau ingin menemui Hokage?" tanya Sasuke kalem. Mereka berdua tidak pernah memiliki hubungan yang baik.

Sai tidak langsung menjawab. Ia hanya mengangkat topengnya tanpa memandang sang Hokage. Sepuluh tahun lalu Sai diangkat menjadi kapten Anbu, beberapa bulan setelah perang dunia ninja keempat dinyatakan selesai. Sai menjadi bagian pengawal elit RokudaimeHatake Kakashi setelahnya, namun sekarang ia terjebak di bawah perintah langsung NanadaimeUchiha Sasuke. Selamanya menyaksikan kursi Hokage diduduki orang lain, selamanya melihat mantan teroris merampas impian sahabatnya.

Sasuke mendengus. "Kuharap alasanmu datang untuk mengganggu hokage cukup darurat?"

"Saya harap juga begitu, Hokage-sama" jawab Sai seraya mengangkat wajahnya. Ia berkata dengan sunggingan senyum yang biasa, matanya menyipit hingga melengkung segaris. Di tangan kanannya, selembar kertas terkepal secara tidak sempurna. Ujung kertasnya masih terlihat di bawah jari-jari yang gemetar. "Dini hari tadi saya mendapat informasi sebuah ledakan dengan intensitas tinggi terdeteksi di laut mati dekat Kumogakure"

Wajah Nanadaime mengeras. Dalam sekejap ia sudah ada di hadapan Sai, lalu menarik kerah leher Sai hingga setengah mencekik

"Kau mengetahuinya dini hari tadi, dan baru melapor padaku sekarang?" tanya Sasuke sarkastik. "Setiap kejadian penting di dekat laut mati dan Negara Petir adalah prioritas kita, wilayah itu adalah area terakhir chakra Naruto terdeteksi!"

"Saya harus menunggu kepastiannya sendiri. Dan juga sampai saat ini belum ada laporan mengenai korban jiwa atas tsunami yang dihasilkan ledakan di lepas pantai," lanjut Sai seolah Sasuke tidak menginterupsi.

Legend of The Great Shinobi's Hero (Rewriten)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang