Chapter 4 : Not yet

448 46 10
                                    

Sepuluh Tahun Lalu

Hari sedang menjelang pagi. Kabut tebal semalam menghilang bersama tetes air. Namun di langit Konoha di ufuk timur tidak memperlihatkan warna keemasannya, desa dalam lindungan daun itu menenggelamkan diri dalam kilauan merah darah. Sebuah takdir yang seharusnya terjadi di desa ini sejak dulu jika saja Uzumaki Naruto tidak ikut campur.

Kebanggaannya, kebahagiaannya, kesedihannya, ia letakkan semua di pundak bocah bodoh itu. Bagaimana tidak? Anak itu bangkit meski sudah disentil sampai menembus gunung, babak belur membela temannya yang pengkhianat, dan tersenyum—sialnya tersenyum, hanya karena mendapat satu atau dua pengakuan dari penduduk desa. Seberapa sering bocah ini merasa kesepian sampai ucapan yang percuma dirasa berharga?

Kini bocah yang haus kasih sayang itu tidak menyisakan satupun bagian dari dirinya untuk dikenang. Sama halnya dengan Jiraiya yang mati tenggelam di negeri antah berantah. Bocah tak tahu terima kasih itu, tidak memberi waktu baginya untuk berkabung dengan layak.

Mungkin, jika saja ia tidak menyayangi siapapun lagi seperti dulu, ia tidak akan terjebak antara perasaan tercekik dan tidak berdaya.

"Godaime Hokage," panggil suara dalam di belakangnya. "Apa anda benar-benar berniat pergi?" tanya suara itu lagi.

Wanita berambut pirang itu berbalik sekedarnya. Ia tidak menyiapkan kendaraan atau barang bawaan lain yang mencolok. Tsunade bahkan tidak membawa asistennyaShizune, yang hampir tidak pernah ia tinggalkan. Wanita itu berdiri diantara gerbang barat desa yang kini tanpa penjaga dan jalan sepi di depannya. Pandangannya hampa ke sesuatu yang jauh.

"Ya," ucap Tsunade sambil lalu. "Kau sudah aku tunjuk menjadi Rokudaime Hokage, Kakashi. Selanjutnya, aku serahkan desa ini padamu."

Tanpa pelepasan, tanpa penghormatan, tanpa pelantikan. Empat tahun lalu ia menjadi Godaime Hokage secara tiba-tiba, kini ia melepaskan beban itu juga secara tiba-tiba.

Laki-laki di belakang Tsunade menghela napas sebelum kemudian berjalan menghampiri Tsunade. Rambut peraknya tampak lebih kusut, pakaian juga lebih lusuh. Seperti halnya dengan Tsunade, Kakashi Hatake mengalami banyak hal dalam beberapa hari ini. Kini keduanya hanya seperti shinobi veteran yang kelelahan dan hampa.

Semuanya dimulai karena ketidakpastian nasib dari satu orang.

"Apakah Anda akan ikut mencari Naruto? Saya sudah mengirim belasan shinobi untuk mencarinya, tapi setelah ledakan itu baik chakra ataupun baunya hilang tanpa jejak," ujar Kakashi.

"Laut hitam sangat luas, dia bisa tersapu ombak atau terdampar di mana saja," ucap Tsunade

"Anda akan mencarinya secara acak, kalau begitu?" tanya Kakashi. "Dibandingkan hal itu, pasien-pasien kita masih lebih membutuhkan anda."

"Shizune dan Sakura lebih dari mampu untuk mengurus mereka saat ini," jawab Tsunade. "Shizune telah menjadi asisten di gedung Hokage selama empat tahun, aku sudah menyuruhnya melanjutkan tugasnya dibawah kepemimpinan mu."

"Saya mengerti," ucap Kakashi, tidak dia belum menyerah mendebat. "Kondisi Sasuke juga masih koma saat ini," ucapnya.

"Hah! Bocah hina itu!" umpat Tsunade. "Dia beruntung bisa melewati masa kritis setelah melakukan Rinne-Tensei! Seharusnya dia sudah lama mati! Aku sudah merawatnya selama dua bulan lebih. Dia mungkin masih kau anggap murid, Hatake Kakashi. Tapi bagiku Uchiha Sasuke tidak lebih dari sekedar penjahat. Aku tidak mau membuang waktuku untuk mengobatinya. Lagipula, Uchiha Itachi selalu menjaganya sekarang."

Pundak Kakashi merosot pasrah, tapi ternyata ia belum selesai bicara. "Pihak kita juga belum mendiskusikan bagaimana nasib Uchiha Itachi, Uchiha Obito, dan Uchiha Sasuke. Secara pribadi, mengingat pembantaian klannya sendiri dilakukan demi desa, saya ingin membebaskan Uchiha Itachi dari segala tuduhan dan memberikannya pengampunan penuh

Legend of The Great Shinobi's Hero (Rewriten)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang