You=(I) » Awal

20 11 4
                                    

"Semoga gerbangnya belum di tutup." ucapnya penuh harap.

Gadis itu berlari kencang menuju gerbang sekolah. Jika saja hari ini tidak ada ulangan harian di jam pertama gadis itu mungkin akan bodo amat akan telat atau tidak.

Biasanya juga ia akan berangkat lewat dari jam 7 pagi. Tapi kali ini kan ada ulangan jadi mau tak mau ia harus bergegas.

Meskipun kenyataannya dia tetap berangkat kesiangan juga.

Untung saja gerbangnya tadi tidak di kunci, jadi Riana bisa menerobos masuk.

Gadis itu masih terus berlari kencang menuju kelasnya di lantai dua. Semoga saja gurunya belum datang.

Bruk!

Saat melewati tangga lantai dua ia tidak sengaja menabrak seseorang. Memang dasarnya Riana sedang panik membuat gadis itu tak sempat melihat orang yang ia tabrak. Gadis itu langsung berlari kembali.

"WOY! KALO JALAN PELAN-PELAN!" ucap orang yang ditabrak gadis itu.  Untung saja orang itu tidak terjatuh karena langsung berpegang pada pinggiran tangga.

.
.
.
.

"Eit mau kemana kamu?"  sebuah teriakan melengking dari arah belakang membuat Riana menghentikan langkahnya ketika ingin membuka pintu kelasnya.

"Duh, kenapa tuh guru BP ada di sini sih?" tanyanya dalam hati.

"Selamat pagi, Bu Fera." ucapnya sembari tersenyum canggung.

"Pagi-pagi matamu pagi. Ikut saya ke ruang BP sekarang. Enak aja kamu mau masuk kelas."

"T-tapi Bu, saya-"

"Gak usah banyak alesan, cepet ikut saya." Ucap guru itu dengan tegas lalu berjalan mendahului Riana.

Mau tak mau gadis itu mengekori guru kesayangan itu.

Ia kesayangan, karena Riana itu selalu keluar masuk ruangan guru BP hanya dikarenakan telat.

Riana Lycoris adalah murid kelas tiga sekolah menengah atas. Penampilannya biasa saja seperti siswa pada umumnya, namun kelakuan gadis itu yang membuatnya terkenal seantero sekolah.

Riana itu bukan murid yang bodoh kok, malah gadis itu selalu masuk lima besar di kelasnya. Dia juga tidak nakal-nakal amat.

Hanya saja gadis itu sering terlambat masuk. Tidak, memang setiap hari gadis itu terlambat. Itu sebabnya poin nya di buku hitam itu sangat banyak.

Srak

Pintu terbuka, dan kedua orang itu langsung masuk.

"Duduk." perintah sang guru BP.

Riana pun menuruti perintah dan duduk di kursi yang tak jauh dari pintu. Gadis itu duduk dengan tenang, masa bodo lah dengan ulangannya. Lagipula tadi temannya memberi kabar jika ulangan harian nya di undur Minggu depan.

"Riana.." panggil guru BP itu yang sudah berdiri di sampingnya dengan lembut.

"Iya Bu.."

"Mau sampai kapan? Gak mau berubah sebelum lulus?"

Gadis itu hanya menunduk sembari memainkan jari-jarinya.

"Ibu tahu, kamu itu anak baik. Tolong berubah ya nak. Sebentar lagi kamu mau lulus loh, poin mu sudah banyak." ucap guru itu lagi kali ini sembari menatap gadis itu lekat.

"Bukannya apa-apa, ibu hanya takut kamu–"

Srak

"Bu Fera! Maaf mengganggu."

Like Water Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang