Setelah makan siang kedua remaja itu kembali melanjutkan kegiatan mereka. Keduanya masih saling diam. Sibuk dengan kegiatan dan pikiran masing-masing.
Langit yang tadinya cerah tertutup awan mendung, diiringi hembusan angin dingin menerpa. Riana berhenti sejenak untuk sekedar menggosok telapak tangannya, lalu menempelkan kedua tangannya pada pipi juga lehernya sendiri.
Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.
Saat tengah menghangatkan dirinya, gadis itu melirik ke arah Yuvin yang tengah memilah sampah. Tangan pemuda itu sesekali bergetar, wajah pemuda itu memerah bahkan sampai ke telinganya. Dan ketika tetesan air itu turun membasahi bumi, gadis itu langsung menarik tangan Yuvin, membawa pemuda itu untuk berteduh.
Hujan turun cukup deras, kedua remaja itu berteduh pada gedung belakang sekolah yang tak jauh dari tempat pembuangan sampah.
Keduanya terdiam. Hingga detik berikutnya, Riana menarik lengan kanan Yuvin tiba-tiba membuat pemuda itu menoleh. Gadis itu menempelkan telapak tangannya pada lengan Yuvin. Kemudian menempelkan kedua telapak tangannya pada pipi pemuda itu membuat Yuvin mematung, sedangkan gadis itu sibuk menghangatkan pipi Yuvin dengan telapak tangannya.
Oh astaga, apakah gadis itu tidak sadar akan perlakukannya itu bisa menimbulkan getaran aneh pada pemuda itu? Dan kenapa jantung pemuda itu seakan ingin melompat dari tempatnya?
Dan saat telapak tangan Riana menutupi kedua telinga Yuvin, netra keduanya bersitatap dalam waktu yang cukup lama. Mata keduanya sama-sama berkedip lucu dengan tubuh yang sama-sama mematung.
Riana yang tersadar dengan tindakannya langsung menarik kedua tangannya dari telinga Yuvin.
"Maaf, jika aku lancang. Maaf."
ucapnya dan langsung berjongkok membelakangi Yuvin.Riana bodoh apa yang kau lakukan sih?
rutuk nya dalam hati.Pemuda itu tersenyum tipis menatap punggung Riana yang tengah berjongkok sembari menelungkupkan kepalanya menahan rasa malu.
.
.
."Kak Yuli." panggilnya ketika memasuki sebuah toko kue. Iya, Riana mampir ke toko kue langganan ibunya sebelum pulang. Gadis itu kan sudah berjanji akan membelikan ibunya kue klepon.
"Eh, Riana. Udah lama kamu gak kesini."jawab seseorang dari balik etalase kue.
"Biasa sibuk sekolah kak." jawabnya sambil terkekeh kecil.
"Eh iya kak, kue klepon nya masih ada gak?" tanyanya kemudian.
"Ada dong, mau berapa bungkus?"
"Emm, 1 bungkus ajah deh kak. Sama kue putu nya juga 1 deh." jawabnya membuat pemilik toko kue itu mengangguk.
"Oke, sebentar kakak bungkusin dulu ya. Duduk dulu sana." ucap pemilik toko itu.
"Aku tunggu di sini aja kak."
"Ya udah, terserah kamu aja deh."
"Permisi, kak Yuli donat pesanan bunda udah jadi?" tanya seorang pemuda yang baru saja masuk ke dalam toko.
"Eh Vin, udah bentar kakak bungkusin dulu ya."
"Iya kak."
"Kok kayak kenal ya suaranya." pikir Riana. Gadis itu langsung menoleh ke belakang dan mendapati Yuvin yang berdiri di belakangnya.
Duh, kenapa harus ketemu sih. Dia kan masih malu sama kejadian tadi di sekolah. Mana pas bel pulang bunyi dia langsung melarikan diri, ini malah ketemu lagi.
"Ini punya Riana, dan yang ini punya Yuvin."ucap kak Yuli sembari memegang dua bungkusan plastik.
"Berapa kak?" tanya mereka berdua serempak.
"Yang mana dulu nih?" tanya kak Yuli.
"Aku kak." ujar Riana.
"35 ya cantik." jawab kak Yuli, membuat gadis itu langsung mengambil uang dari sakunya.
"Ini uangnya kak." ujar Riana sembari memberikan uang pada kak Yuli.
"Pas ya, Na." ujar kak Yuli sembari menghitung uang dari Riana.
"Iya kak Yul, pulang dulu kak Yul dadah." ucap gadis itu lalu bergegas meninggalkan toko.
"Hati-hati, Na." ujar kak Yuli memperingati Riana.
.
.
.
.Pas sampai rumah gadis itu gak sabar buka bungkusan yang ia beli.
"Itu apa kak?" tanya sang adik ketika melihat Riana membuka bungkusan itu.
"Klepon nya ibu, sama kue putu." jawabnya. Sang adik hanya mengangguk lalu duduk di kursi menunggu kue klepon.
"Loh ?kak itu mah donat bukan klepon ataupun kue putu." ujar Sely pas Riana berhasil membuka bungkusan plastik.
"Aduh, ketuker nih pasti!" Ujar Riana frustasi.
.
.
.
."Bunda.."
tak mendapat jawaban dari bundanya. Yuvin melangkahkan kakinya menuju taman samping rumahnya.
Pemuda itu membuka pintu kaca yang langsung di suguhkan pemandangan beberapa macam bunga cantik yang bermekaran. Dan seorang wanita yang sedang membelakanginya.
"Bunda.."
Wanita yang dipanggil itu menoleh, lalu tersenyum mendapati putra semata wayangnya.
"Donat pesanan Bunda." ucapnya sembari mengangkat sebuah kantong plastik.
"Ahh, kamu yang ngambil Vin. Tadinya-" belum sempat sang Bunda
menyelesaikan ucapannya, Yuvin memotong dengan cepat."Iya."
"Taruh di meja aja Vin, Bunda mau cuci tangan dulu." titah wanita itu membuat Yuvin langsung berlalu dan meletakkan kantong plastik itu di atas meja makan.
"Anak itu, kenapa semakin hari semakin irit berbicara sih." gumam sang Bunda menatap punggung Yuvin yang tengah duduk di kursi meja makan.
"Loh Vin? Kok kue klepon?" tanya sang Bunda ketika membuka kotak kuenya.
"Ketuker kali, Bun." jawabnya acuh.
"Ketuker sama siapa?"
"Sama orang, tadi pas ngambil ada orang yang beli juga." terangnya.
"Kamu kenal gak?tuker lagi sana, Bunda pinginnya donat." ucap sang Bunda membuat pemuda itu menatapnya heran.
"Kenal. Udahlah Bun, nanti Yuvin pesenin lagi besok." ucapnya. "Yuvin ke kamar."lanjutnya kemudian bangkit menuju kamarnya di lantai dua.
Bundanya hanya menghela nafas, kalau sudah begitu, sulit untuk membujuk putranya untuk sekedar menukarkannya kembali.
Entahlah semenjak ia dan sang suami memutuskan untuk bercerai. Sikap putranya semakin tertutup dan sangat irit berbicara. Dia hanya berharap putranya itu bisa kembali tersenyum seperti sebelumnya.
.
.
.Masih ada yang liat dan baca kah?
Kira-kira menarik gak sih?
Atau membosankan?Saran dan kritik nya dong.
Maaf kalo kurang dari penulisan atau yang lain, stori masih belajar..Terimakasih banyak
Dahhh👋👋👋👋

KAMU SEDANG MEMBACA
Like Water
Teen FictionSemuanya mengalir begitu saja. Bahkan pemuda itu tidak tahu bagaimana bisa gadis itu mengisi tempat sepesial di hatinya. Aku mencintainya tanpa sengaja Di keadaanku yang seadanya Dia.... Definisi cinta yang datang tiba-tiba dengan campur tangan seme...