- Chapter 1

17 10 2
                                        

"Lama banget sih kamu,Na." ucapnya ketika seorang gadis baru saja mendudukkan bokongnya pada karpet bulu.

"Kenapa tuh muka?suram bener." ucap Natalie, salah satu gadis yang duduk sembari senderan di bahu Lita.

"Iya tuh, gak biasanya muka mu kek gitu. Terus tadi pagi kenapa gak masuk kelas?" tanya Lita.

Jadi mereka tuh lagi kumpul di rumahnya Natalie, rutinitas mereka jika habis pulang sekolah. Tenang mereka pulang ke rumah masing-masing dulu baru main.

"Satu-satu kenapa nanya nya." jawab Riana kesal.

"Kenapa sih?"

"Tadi tuh aku telat, terus si guru BP nyebelin tuh masuk in aku keruang BP." jelas Riana.

"Terus?"

"Ya aku dapat hukuman, makanya gak masuk kelas. Dan kalian tahu hukuman nya apa? MUNGUTIN SAMPAH SAMPAI SATU MINGGU KEDEPAN!! SIALAN TUH GURU!" lanjutnya lagi. Kali ini diakhiri umpatan untuk guru nya itu.

"Serius?Satu Minggu?" tanya Lita yang sekarang sudah duduk tegak. Membuat Natalie tersungkur ke karpet.

"Sakit sialan." ringis gadis tinggi itu namun tidak di hiraukan oleh Lita.

"Berarti kamu gak bakal masuk kelas selama satu Minggu?" tanya Natalie.

"Iya bisa dibilang begitu."jawab Riana malas. Muka gadis itu sudah di tekuk.

"Tenang, kita bakal minjemin buku catatan kita kok." ucap Lita dan di angguki oleh Natalie.

"Makasih ya, kalian emang temen yang paling pengertian." ucap Riana. "Nanti aku bakal teraktir bakso di depan sekolah." lanjutnya.

"Santai aja."

"Eh, tadi aku ketemu cowok. Mukanya tuh serem tahu."celetuk Riana sembari menatap langit-langit kamar.

"Apaan?"

"Siapa?"

"Daniel ya?" ceplos Lita.

"Kenapa jadi Daniel?" gadis itu menyerngit heran mendengar nama teman seangkatannya di sebut.

"Ya kali ajah, dia kan mukanya nyeremin." jelas Lita membuat gadis itu mengangguk. Memang benar sih Daniel itu mukanya nyeremin. Lebih tepatnya kek begal. Ihh, Riana suka merinding sendiri kalo ngomongin Daniel.

"Bukan, aku juga baru liat cowok itu tadi di ruang BP. Mukanya ngeselin banget sumpah." jelas Riana lagi.

"Emang namanya siapa?" tanya Natalie.

"Kalo gak salah Yuvin deh." ucap Riana sembari mengingat-ingat nama pemuda yang ia temui tadi di sekolah.

Memang gadis itu tidak berkenalan dengan pemuda itu. Tapi dia sempat melihat name tag yang ada di seragam pemuda itu.

"Yuvin?kok kayak tahu ya." ucap Lita membuat Riana menoleh ke arah gadis berambut pendek itu.

"Bukan anak IPA kan?"

"Kayak nya bukan, soalnya aku juga baru liat. Kalo anak IPA pasti aku kenal." jawabnya.

"Oh si Yuvin anak bahasa. Lah, tetangga sebelah kelas kita dong." ucap Natalie.

"Mending kamu jangan deket-deket sama dia deh, Na." peringat Natalie.

"Dia tuh galak, awas digigit." timpal Lita. Gadis itu bahkan bergidik ngeri.

"Tau lah, kesel aku tuh!"
.
.

.

Keesokan harinya.

Seorang gadis tengah berjalan sembari sesekali menghela nafas panjang. Langkahnya terkesan sangat pelan, bahkan terlihat seperti malas-malasan.

Jam baru menunjukkan pukul 6:35. Namun gadis itu seakan ogah-ogahan untuk membawa kakinya memasuki pekarangan sekolah.

Like Water Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang