Satu Minggu berlalu.
Pemuda dengan Surai hitam itu melangkah sembari mendengarkan sebuah lagu yang mengalun melalui handset yang ia kenakan.
Sudah pukul 06:30 namun ia dengan santainya berjalan memasuki pekarangan sekolah.
Namun untuknya itu sebuah kemajuan untuk berangkat pagi. Entahlah, semenjak mengenal gadis aneh itu Yuvin menjadi lebih rajin dan selalu berangkat lebih awal.
Dia juga tidak pernah membolos lagi setelah kejadian di rooftop Minggu lalu.
Yuvin tersenyum sendiri memikirkannya. Langkah kaki pemuda itu terus membawanya menyusuri koridor sekolah.
Saat hendak melewati ruang guru pemuda itu melihat gadis yang dipikirkannya tadi. Gadis itu terlihat membawa beberapa buku di tangannya. Pemuda itu mematikan lagu di ponselnya lalu mencopot handset yang ia pakai. Ia berniat menghampiri gadis itu.
Namun langkahnya terhenti saat melihat gadis itu tidak sendiri, seorang pemuda berpawakan tinggi keluar dari ruangan itu sembari membawa lebih banyak buku di tangannya.
Kenapa hatinya merasa tidak enak seperti ini?
"Oh!Yuvin!!" panggil Raven membuat Riana yang di sebelahnya menoleh ke arah orang yang Raven panggil.
Sedangkan Yuvin membatu ketika netra keduanya bertemu pandang. Namun berbeda dengan Riana yang menatapnya dengan wajah heran.
"Oy Vin! Yuvin!" Panggil Raven lagi membuat Yuvin tersadar lalu melangkah mendekat ke arah dua orang itu.
"Tumben lo berangkat pagi?" tanya Raven ketika pemuda itu sudah sampai di depannya.
"Ah itu, gue di anterin Bunda." jawabnya.
"Kalian saling kenal?" tanya Riana ketika mereka bertiga berjalan beriringan menuju kelas, membuat Raven terkekeh kecil.
"Yuvin ini sepupuku, Na." jelas Raven membuat gadis itu mengangguk.
"Nah Vin, kenalin dia Riana, pacarku." ucap Raven membuat pemuda tinggi itu memalingkan wajahnya.
"Gue duluan." ucap Yuvin lalu berbelok memasuki sebuah kelas.
Kedua orang itu hanya mengangguk melihat pemuda itu, kemudian masuk ke kelas sebelah.
.
.
.Disepanjang pelajaran pemuda itu hanya melamun. Entahlah, otaknya selalu berputar-putar tentang kejadian tadi pagi.
"Hah.." helaan nafas panjang terdengar darinya.
Jadi Riana itu pacar Raven, sepupunya sendiri. Jadi kenapa Yuvin merasa tidak nyaman dengan itu? Seharusnya dia senang kan? Tapi mengapa hatinya merasa tidak rela sih?
Bukankah gadis itu tidak berarti untuknya? Mereka juga tidak dekat kan? Ayolah, Vin. Ada apa dengan mu sebenarnya?
Pemuda itu mengacak-acak rambutnya sendiri. Bingung dengan pikirannya itu.
Kring!
Bel istirahat berbunyi menandakan waktunya untuk mengisi perut. Pemuda itu mengambil ponsel dan sebuah komik dari dalam tasnya kemudian keluar dari kelas.
Yuvin tidak ke kantin, pemuda itu akan ke rooftop. Ia ingin menggunakan waktu istirahat untuk tidur di sana.
.
.
.Di kantin
Riana dan Raven sudah duduk bersama untuk makan siang. Bukan hanya mereka berdua, tentu saja. Ada Natalie dan Lita juga di meja mereka.
Dan beberapa teman Raven yang ikut nimbrung.
Raven melirik nampan milik kekasihnya, lalu mengarahkan sendoknya ke nampan makanan Riana guna mengambil beberapa sayur lalu mengarahkan ke mulut kekasihnya itu.
"Sayur nya dimakan." ucap Raven kemudian.
Namun gadis itu menggeleng, "aku udah makan dikit, itu sisanya." ucapnya membuat Raven mengangguk lalu memakan sayuran itu.
"Lain kali habisin ya, sayur kan bagus buat kesehatan." ucap Raven sembari mengusap rambut Riana.
"Iya." jawabnya lalu mengambil teh kotak dan menyedotnya kuat-kuat. Hingga pipinya ikut mengembang bulat.
"Minumnya pelan-pelan, sayang." tambah Raven.
Membuat teman-teman yang melihat mereka memutar matanya malas.
"Perhatian sekali ya Bapak yang satu ini." ucap Jay salah satu teman Raven.
Membuat yang lain terkekeh mendengarnya.
"Bucin terus!" celetuk Wisnu.
"Iri kalian." ucap Raven.
"Dih, sorry aja nih kita bukan mahluk bucin kayak lo." jawab Natalie membuat mereka yang ada di meja mereka kembali tertawa.
"Eh, besok kita libur kan?" ucap Hendry mengalihkan perhatian mereka.
"Iya, kenapa emangnya?" tanya Lita.
"Mau kemana ?jalan-jalan?" tanya Jay.
"Bang Brian ngajakin gue ke laut, nah dia bilang ke gue buat ngajakin temen-temen gue juga sekalian." jelas Hendry.
"Serius Lo?"
"Iya, dia chat gue semalem buat ngajakin kalian, biar rame katanya. Lo pada mau ikut gak?" jawab Hendry.
"Boleh tuh, itung-itung jalan-jalan dan dapat makanan gratis." ucap Natalie.
"Gue sih ngikut aja." jawab Lita.
"Sama gue juga." timpal Jay.
"Aku juga, mau main ombak." ucap Riana antusias.
Keenam orang itu tertawa mendengar ucapan Riana, lupa mereka kalo punya temen yang langsung seneng kalo denger kata laut dan sebagainya.
"Iya, yaudah besok kita ke laut." jawab Hendry.
.
.
.Lagi enak-enak nya rebahan sambil mandangin langit, ponsel Yuvin bunyi.
Itu bang Brian.
"Kenapa bang?" tanya tanpa basa-basi. Maklum, Yuvin gak ngerti adab buat bilang halo dulu
"Besok kemana?"
"Gak kemana-mana, paling di rumah." jawab Yuvin.
"Dih, kasian amat."
"Gue tutup telponnya."
"Bercanda Vin, sensi amat lo kayak cewek lagi pms."
"Tutup nih."
"Jangan dong."
"Ya udah apaan?"tanya Yuvin lagi.
Ngerti gak sih kak kalo adek mu ini lagi enak rebahan.
"Besok ikut gue."
"Kemana?"
"Laut."
"Gak punya temen lo ngajakin gue?"
"Ayolah Vin,lo kan adik gue yang paling baik. Ada Hendry juga. Gue kangen kalian berdua, ikut ya.. please.. lo gak kangen Abang mu yang ganteng ini?"
"Boleh deh."
"Jam 10 lo harus udah ada di rumah gue ya."
"Lah, gue yang kesana?"
"Iya, lo kan bisa bawa mobil lo sekalian."
"Ya udah deh."
"See you my little brother."
Pip.
Panggilan terputus, lebih tepatnya Yuvin yang mengakhiri lebih dulu. Pemuda itu memasukkan ponselnya ke saku lalu bangkit berdiri ingin kembali ke kelas karena sebentar lagi jam istirahat berakhir.
.
.
.TBC.
Tinggalkan jejak kalian.
Terimakasih banyak 👋👋

KAMU SEDANG MEMBACA
Like Water
Teen FictionSemuanya mengalir begitu saja. Bahkan pemuda itu tidak tahu bagaimana bisa gadis itu mengisi tempat sepesial di hatinya. Aku mencintainya tanpa sengaja Di keadaanku yang seadanya Dia.... Definisi cinta yang datang tiba-tiba dengan campur tangan seme...