Kecewa

3 3 2
                                    

Beberapa menit sebelum Berly datang. Ada seorang wanita bertubuh tambun dengan baju sederhana melangkahkan kakinya ke tempat kepala sekolah berada, lalu terlihat pembicaraan serius disana, sebelum wanita itu keluar sembari membawa raport dengan logo SMA Galaxy.

 °°°°

Berly melangkahkan kakinya menuju sofa dirumahnya. Lalu membantingkan tubuh begitu saja. Pikirannya masih berkecamuk, memikirkan siapa yang mengambil raportnya tadi. Pengumuman juara masih diumumkan malam nanti.Ia yang terlampau penasaran harus ditunda. Mama juga menunda keberangkatan, hanya untuk melihat itu.

Memikirkan hal tidak menyenangkan apa yang bakal menimpa dirinya jika peringkatnya benar-benar turun. Mama pasti akan mengeluarkan cacian lagi. Dan papa yang acuh tak acuh. Angelina Sheeva sedari dulu selalu menjunjung citra dihadapan publik. Profesional, dalam hal bekerja membuatnya sering masuk di layar kaca.

Dia melangkah gontai, meniti tangga, saat ada di penghujung pintu. Ia melotot kaget. Benda dengan ukuran 36x25 cm, berwarna biru tua, berlogo SMA Galaxy disertai corak bintang. Tidak salah lagi itu raportnya. Dibawahnya ada tulisan 'Amberly Adelaide Shavonne'. Siapa yang membawanya kesini. Ia bergegas turun lagi kebawah, menuju dapur, mencari seseorang.

Berhenti. Ia melihat sekelebat orang lewat. "Bi yang ngambil siapa?"

Orang itu membalikkan badan, lantas menundukkan wajah saat yang mengajak bicara majikannya.

"Mengambil apa non?" tanya pembantu itu. Sebenarnya tau apa yang dimaksud tapi hanya memastikan.

"Jangan pura-pura tidak tahu," peringat Berly.

Mendongak melihat gadis didepannya. "Saya Non yang ngambil."

"Kenapa tidak mama atau papa saja yang ambil kenapa harus bibi? kenapa!!" jerit Berly. Matanya berlinang air mata. Tetesan meluncur membasahi pipinya. Pembantu itu menunduk kembali. Tidak berani menjawab apalagi melihat.

"Apa iya gue disini cuma dianggap sampah, apa iya gue disini benar-benar tidak dianggap anak!!" racau Berly. Kepalanya benar-benar ingin meledak begitu saja. Pusing. Keinginan ingin sekolah disana agar terlepas dari pikiran. Malah menambahkan beban. Menuntut, memerintah.

Berly menangis sesenggukan. "G-gue cuma dijadiin a-alat di-disini." ucap disela tangisan. Tangannya mulai menjambak kuat rambut hitam legamnya. Berharap semua rasa sakit dikepalanya hilang.

"Arrghhh," pekiknya. Menyalurkan rasa sakit di tenggorokannya yang mendadak kering.

Dari arah luar, wanita dengan pakaian yang tak lagi rapi berjalan cepat menuju arah suara. Murka. Gadis itu benar-benar membuatnya murka. Koneksi yang baik membuatnya cepat mendapatkan informasi peringkat disekolah.

1. Marcelina Monata

Anak dari seorang guru muda dengan logat inggrisnya. Miss Nadya.

2. Amberly Adelaide Shavonne

Anak tidak berguna. Yang sialnya darah daging Angel sendiri. Tidak bisa diandalkan sama sekali. Tidak bisa diharapkan lagi.

3. Zeline Zakeisha
...

7. Aurestela Lesham Shaenette
....

10. Anwa Evania
....

20. Sally Kathleen

 °°°°

Angel menarik kerah seragam belakang gadis dengan hazel seperti dirinya. Lalu memojokkan di dinding. Tangannya terangkat tinggi.

Plakk

Suara tamparan keras. Berly tertoleh kesamping. Pipinya berdenyut nyeri. Lalu memegangnya. Kertas kusut dilemparkan tepat diwajahnya. Tangannya bergetar meraih kertas itu. Namanya berada di urutan kedua.Lantas mendongak melihat raut muka wanita didepannya. Mata mama melotot marah. Masih kesal dengan tingkah laku gadis didepannya.

"Kamu lihat dengan mata!" tunjuk Mama. Jarinya ikut menunjuk tepat nama itu berada.

Berly masih gemetar hebat. Tidak mau mengeluarkan sepatah kata pun. Kata-kata itu tercekat di tenggorokan.

"Sudah diberi fasilitas bagus, uang juga rajin saya kirimi, sekarang ini balasan kamu?!!" bentak Angle. Napasnya memburu.

"Saya cuma minta kamu dapat peringkat 1 hari ini, jadi kebanggaan sekolah, mengharumkan nama mama," tekan Angle. Ia menoleh kesamping menghela napas kasar. Berkacak pinggang. Lalu kembali melihat tepat di hazel biru laut itu. Mata itu kembali meneteskan cairan bening.

"Ma ini memang kemampuan ku." protes Berly dengan nada bergetar. Sesenggukan lagi. Kantong mata mulai membengkak seiring air mata menetes.

Memutar bola mata. Balasan yang tidak diharapkan seorang Angle. Harusnya dia bertekuk lutut kepada dirinya. Lalu minta maaf disertai pembuktian.

"Lagipula mama cuma jadiin saya alat untuk menjunjung nama saja, mengapa aku harus peduli?!! Mana kasih sayang yang saya harapkan selama ini? Mana?!!" tantang Berly. Merasa harus membangkitkan harga dirinya lagi. Air mata sudah mengering seiring perasaan marah kian menggebu.

Angle mencengkeram dagu anaknya kasar. "Sudah berani dengan saya," desisnya.

"Berani!! Kalo mama cuma anggap saya sampah, maka saya harus menjadikan anda jatuh sejatuhnya," geram gadis itu. Lantas tertawa terbahak-bahak. Kehilangan kontrol.

Angle membanting dagu itu kesamping. Merasa kalah. Harga dirinya terinjak-injak disini. Menginjak kaki gadis didepannya dengan keras menggunakan hak tinggi. Lalu menekan dan memutarnya.

"Shhh." Berly meringis. Sakit.

Angle meninggalkan Berly yang berantakan.

°°°°

Berita peringkat sudah tersebar di penjuru sekolah. Marcelina Monata berjalan anggun melewati tatapan kagum murid-murid di lorong. Dia anak dari Miss Nadya. Teman Sally yang terlibat perdebatan saat itu. Sally dibelakang mengekor. Nama Amberly sudah terganti dengan nama Monata. Nama Berly hilang terhembus angin bagai tak pernah ada disana.

Disisi lain. Dengan kaki terseret-seret ia menuju kelas. Daripada harus berdiam dirumah mengerikan itu. Berly. Tidak ada cuitan menggoda dirinya. Tidak ada pertanyaan tentang tugas sekolah. Sepertinya memang benar jika juara itu memang hanya satu, yang lain hanya bentuk apresiasi saja.

Setelah mendudukkan diri, ia meletakkan tas nya diloker meja. Monata menghampirinya dengan senyuman kalem, terkesan anggun.

Ia mendekatkan wajah di samping telinga Berly. Lalu berbisik, "bagaimana? kejutan yang menarik bukan?" Lalu menegakkan badan disertai kekehan kecil. Berly geram, menggebrak meja didepannya.

Brakk

Murid diruangan ini menoleh penasaran kearah keributan. Berly hanya menatap datar. Monata masih tidak jauh dari jangkauan. Kemudian, menarik bahu itu agar mau berhadapan dengannya. Mendekatkan diri, membalas ucapan, "cuma anak dari seorang murahan jangan belagu." Setelah itu ia menjauhkan diri lalu berjalan keluar kelas. Meninggalkan Monata mendengus sebal disana.

Saat didepan pintu ia berpapasan dengan Miss Nadya, tidak heran bel baru saja berbunyi. Dan hari ini jadwal pelajaran fisika.

Membalikkan badan, ingin menuju bangku tempatnya duduk. Kakinya terseret-seret. Luka kemarin memang meninggalkan nyeri yang tidak kunjung reda. Mama nya benar-benar menyalurkan semua emosi dari tindakannya. Tubuhnya benar-benar berantakan. Menyedihkan. Tidak ada perasaan iba dari seorang Angle. Nama Angle berarti 'malaikat' tetapi malah melenceng jauh dari sikapnya yang seperti iblis.

Miss Nadya berjalan disampingnya, sembari berkata lirih hingga hanya dirinya dan Miss Nadya yang mendengar.

"Hai calon anak tiriku, bagaimana perasaannya?"

Berly melotot tajam, melengos kembali ketujuan awal.

Nona yang dibawa kerumahnya pada waktu itu. Mengaku pacar dari Nathan, papa Berly. Adalah Miss Nadya selaku wali kelas dan merangkap menjadi guru fisika.

Bersambung.....

AnagapesisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang