Lihatlah, sangat menarik bukan!

2 0 0
                                    

Malam ini sangat dingin, angin berembus begitu kencang. Bintang tidak terlihat, entah karena polusi cahaya atau memang cuaca mendung. Menerbangkan beberapa daun yang gugur. Berly tengah duduk merenung. Dengan piama rumahan, berlapis jaket. Bunga-bunga didepan sangat terawat dan indah. Berkat tukang kebun yang rajin.

Wushh

Berly merapatkan jaket. Entah mengapa ia merasa dejavu dengan keadaan seperti ini. Seperti— pernah merasakan. Otaknya sekarang mengingat, menyambung sel sel otak.

Baru teringat ternyata, memang pernah. Saat dia duduk sendirian ditaman kota. Tidak sengaja melihat Sally yang bertelfon. Saat itu ia benar-benar nekat mengikuti sampai kerumah. Dan bomm!! ternyata satu rahasia Sally terungkap. Si gadis lugu itu, suka memanfaatkan, berpura-pura menyedihkan agar semua orang menolong. Si gadis cerewet, bahkan hal kecil pun dipermasalahkan, dibesar-besarkan. Berly benci orang seperti itu.

Hidupnya sudah cukup mengenaskan. Dilahirkan karena paksaan. Diacuhkan. Dimanfaatkan oleh mamanya guna memperindah citra didepan orang. Bukankah orang seperti itu harus dihindari.

Dan setelah si gadis menyebalkan itu datang. Muncul lah si gadis sombong. Monata. Sepertinya Monata senang jika dia mengetahui fakta Mamanya dekat dengan seorang usahawan kaya raya. Papanya.

Huhh

Menghela nafas lelah. Tubuhnya kembali merosot tidak bersemangat.

Menuju Berly room's. Kakinya sudah sedikit baik-baik saja, tentu pembantunya yang mengobati.

Bergelung diselimut, ditemani secangkir coklat hangat sepertinya menyenangkan.

Merebahkan tubuh. Sebelumnya ia sudah menyuruh untuk membuatkan secangkir coklat hangat.

Berly menghidupkan ponselnya. Mengecek riwayat pesan dari mamanya, tidak ada hal yang menarik. Papanya, sama saja. Pasti sedang sibuk dengan wanita itu. Beralih menuju galeri. Matanya tak sengaja melihat hal menarik. Permulaan yang menyenangkan.

"Tunggu saja, aku akan membalasnya," kata gadis itu. Tersenyum.

°°°

Pagi-pagi sekali SMA Galaxy sudah ramai diperbincangkan dimana-mana. Murid-murid juga heboh. Lantaran satu video saja.

Sahabat dari Berly juga tak kalah heboh. Menebak-nebak siapa yang mengirim video itu, dengan akun noname. Berly yang baru datang terlihat baik-baik saja, tidak tertarik. Didalam hatinya ia berkata, "lihatlah sangat menarik bukan?"

Saat sudah duduk dibangku, ada Anwa yang langsung menghampirinya.

"Lo tau ga video yang ramai di twitter?" celetuk Anwa.

"Gila!" pekik Tela. "Siapa ya tuh orang sampai berani nyebarin video kek gitu?" imbuhnya.

"Tapi, bukannya malah bagus kita tahu kalo Sally yang kita kenal ga sekaya itu?" beo Zeline.

"Ya juga sih," tukas Anwa. Tak lama ia memicing ke arah Zeline sembari berbisik, "lo yang kirim video itu?"

"Dih gak ya!" elak Zeline. Buang-buang waktu saja, lebih baik belajar yang giat pikirnya.

Berly hanya diam. Video tentang Sally ia unggah semalam. Dengan mengandalkan second akun twitter yang lama ia pakai. Dan ditambahkan hastag #SMAGalaxy.

Ia hanya ingin membalas perbuatan mereka yang semena-mena itu. Satu persatu.

Sally sedang berjalan menunduk menuju kantin. Melewati tatapan mencemooh tentang dirinya. Telinganya panas melihat ucapan pedas itu.

"Hei miskin, ngapain lo sekolah disini, pergi jauh-jauh sana!"

"Barang minjem aja pamer!"

"Monata kok mau ya sama dia?"

"Jangan-jangan dipaksa?!"

"Ih jijik deh ada kuman lewat!"

"Mending kalo gak kaya jangan minjem dongg bikin malu aja!"

Masih banyak lagi ucapan pedas itu. Sally ingin membalas semua ucapan itu tapi apa daya video itu sudah terlanjur tersebar. Dalam hati ia hanya menduga siapa yang menyebarkan itu semua. Apakah Monata memasang kamera dikamarnya? Atau Miss Nadya yang ingin cepat terungkap jika ia hanya asisten pribadi Monata.

Monata terlihat sedang berbincang dengan seseorang, Sally menghampirinya. Tidak lama kemudian orang itu pergi.

"Mau minta apa lagi dia?" ucapan pedas itu terlontar dari arah samping kantin.

"Ga punya malu!!"

"Huuuu!!"

Sally hanya menghiraukan.

"Lo kan yang nyebarin video itu?" lontar Sally. Monata hanya diam sembari mengaduk jus jambunya.

"Lo denger ga sih?"

"Bukan," aku Monata. Ia menatap tepat di mata Sally.

"Bohong!" seru Sally tak terima.

"Yaudah kalo gak percaya." Monata lanjut memakan hidangan didepannya. Spagheti bolognese.

Lalu siapa yang menyebarkan itu semua jika bukan Monata. Monata sepertinya enggan membicarakan itu semua dengannya.

°°°

Berly sudah duduk dikursi penumpang. Kali ini sopir jemputan nya tidak datang telat. Kemarin sopir itu berulang kali mengucapkan kata 'maaf'.
Entah ada kendala apa kemarin. Berly tidak mau mempertanyakan.

Ia membuka ponsel. Melihat seberapa banyak video itu tersebar. Video itu sudah tersebar di Instagram juga ternyata. Cepat sekali.

Menyenderkan punggung ke kursi. Kira-kira jika semuanya sudah tahu apakah mereka akan tetap membenci Sally atau beralih kepada dirinya karena menyebarkan aib seseorang.

°°°

Disisi lain ada Miss Nadya yang sedang memarahi Sally. Ia hanya takut bagaimana jika anak kecil itu membawa dirinya kedalam masalah. Oh jangan sampai. Bisa-bisa dia langsung dipecat dari SMA Galaxy. Atau kemungkinan buruk lainnya.

Sally didepannya merunduk takut. Didepannya ada majikannya yang sedang menatap tajam.

"Lo, jangan sampai bawa saya kemasalah ini, saya tidak mau," tunjuk Miss Nadya sembari menggelengkan kepala kiri-kanan.

"Iy—" sahut Sally terjeda.

"Jangan jawab dulu!" bentak Miss Nadya.

"Dan cepat selesaikan masalah ini, semakin tersebar semakin saya menderita dan benar-benar ikut kebawa masalah tanpa kamu libatkan!" tandas Miss Nadya. Mencari keberadaan sofa dibelakang dan duduk. Disampingnya ada pria tersayangnya.

"Sayang, tenanglah," ucapnya lembut. Sembari mengelus bahu wanita itu.

"Kamu tidak tau saja, dulu saya sempat terpuruk karena suami saya yang bangkrut dan berakhir dia yang bunuh diri. Sampai saya rasanya ingin ikut dengannya jika tidak ingat dengan karir," jelas Miss Nadya. Ia menatap tepat di iris abu itu. Mukanya sama persis dengan salah satu murid musuh anaknya. Nathan.

Nathan hanya terus mengelus bahu itu. Miss Nadya yang sudah tenang, menyenderkan kepala ke bahu Nathan.

Bangga sekali dia merebut suami orang. Lagipula istrinya tidak peduli kan? hanya anaknya saja yang sebal kepada dirinya. Itu bukan masalah besar. Anak itu tidak akan bisa memisahkannya. Hanya anak kecil.

Bersambung....

Yuk bilang next yang banyak ya biar lebih semangat lagi buat nulis.
Pencet tanda bintang.

Pay pay

AnagapesisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang