Sinar mentari menyelimuti bumi, menyelinap diantara pepohonan dan embun. Birunya langit semakin menyempurnakan hari ini.
Pintu perpustakaan terbuka memperlihatkan seorang murid keluar dari tempat itu setelah mengembalikan buku yang di pinjamnya beberapa hari yang lalu.
Ia berjalan santai kembali ke kelasnya sebelum bel masuk berbunyi. Pagi ini moodnya cukup baik karena kakak lelakinya, Alvaro. Membelikannya tas Louis Vuitton Capucines GM black yang ia inginkan selama ini.
Langkahnya terhenti setelah melihat pemandangan jauh didepannya.
Seorang gadis merangkul tangan laki-laki yang akhir-akhir ini cukup dekat dengannya.
Ia tertegun, melihat pemandangan itu membuatnya sedikit resah.Sera menarik tangan Ares paksa "Res, please dengerin gue kali ini aja, gue mau kita pacaran. Coba buka hati lo buat gue, biarin gue masuk. Udah hampir setahun gue ngejar lo tapi lo selalu cuek sama gue" gusar Sera.
Ares masih tidak mengindahkan Sera, ia lelah menghadapi perempuan itu. Ia tahu Sera menyukainya, sudah hampir setahun Sera mengejarnya tetapi ia tidak peduli dengan gadis itu.
Perasaan tidak bisa dipaksa bukan? Tapi Sera memaksanya.
Ia menghempaskan tangan gadis itu "Udah hampir setahun lo ngejar gue. Jadi gue minta lo stop maksa gue pacaran sama lo, Sera. Gue nganggep kita cuma sebatas teman sekolah, gak lebih" tutur Ares.
Kabut bening tipis menyelimuti iris mata Sera. Perasaan kecewa menggerogoti dadanya mendengar penuturan lelaki yang ia sukai itu. Ingin rasanya menyerah, tapi hatinya mengatakan untuk terus berjuang.
Mendengar orang yang kita sayang melontarkan kalimat seperti itu memang menyakitkan.
Mencintai seseorang juga harus siap tersakiti, itu resiko."Gue masih terima kalo lo nolak gue, tapi biarin gue berjuang Res. Gue yakin gak ada yang bisa dapetin lo selain gue" kukuhnya seraya pergi bersama rasa kecewanya terhadap Ares.
Ares menggusar wajahnya jengah mendengar ucapan perempuan yang sudah pergi dari hadapannya ini. Dari sekian banyak siswi yang menyukainya di sekolah ini, hanya Sera yang mengejarnya secara terang-terangan. Ares tidak melarang gadis itu untuk menyukainya, tapi ia tidak suka dipaksa.
Sera memang keras kepala, apa yang ia inginkan harus ia dapatkan.Dari kejauhan, sudah beberapa menit Sandrinna memantau dua orang yang terlihat akrab.
Suara seseorang membuatnya sedikit tersentak. Ia menoleh kebelakang, rupanya teman-temannya memanggilnya."Sandrinna, lo kemana aja sih dikelas gak ada" cemas Allysia.
"Tiba-tiba ngilang, jadinya kita nyariin lo" ujar Karisa.
"Lo kemana aja daritadi?" tanya Maudy.
Ia baru sadar, dirinya tidak memberitahu teman-temannya jika ia pergi ke perpustakaan.
Sandrinna menepuk jidatnya "sorry gue lupa ngasih tahu kalian. Gue tadi ngembaliin buku, tadi gue abis dari perpus"
Mereka ber'oh ria mendengar hal itu.
"Lo ngapain disini?" heran Alana.
"Gapapa" jawabnya singkat.
"Yaudah yuk ke kelas, kayaknya abis ini bel masuk" ajak Caitlin.
Mereka mulai berjalan menuju ke kelas karena beberapa menit lagi bel masuk akan berbunyi.
Dari arah lain, Ares menyadari keberadaan seseorang yang memperhatikannya saat bersama Sera tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AREZKA
Teen Fiction"Yang kusuka dari hidup, di sepanjang perjalanan kutemui orang-orang baru. Salah satunya dirimu" ***** Arezka Giorgino Xavier. Dikenal sebagai ketua geng motor Black Wolf, sebuah geng motor terkenal di Jakarta yang memiliki banyak anggota. Geng yang...