9. Ares, Sandrinna, dan Calvin

133 28 18
                                    

Riuh suara manusia terdengar di kelas perempuan itu. Pagi ini, kelas yang ditempatinya untuk belajar itu mulai ramai siswa siswi yang datang.

“ALVIAANNN!!" Pekikan gadis cantik itu menggema di kelas. Alana, dia pelakunya.

“apaansih" kesal lelaki bername-tag Alvian Mahendra.

“kembaliin buku gue" decak Alana sambil berkacak pinggang.

“gue pinjem bentar, Alana” ujar Alvian.

“lo kan bisa nyontek yang lain, kenapa harus gue sih" kesalnya.

Lelaki itu mendekat ke Alana, dengan terpaksa ia mengembalikan buku milik gadis itu.
“yaudah nih. Pelit lo, gak ngasih contekan ke cogan" sarkas Alvian.

Mendengar hal itu Alana mengeryitkan dahinya “hehh, jadi cowok kok narsis. Banyak kali yang lebih ganteng dari lo!" celetuknya, ia mengambil buku miliknya dengan perasaan suntuk.

Satu kelas menonton perseteruan dua orang lawan jenis yang sudah biasa mereka lihat setiap pagi, bagi mereka itu hal yang biasa.
Alvian yang suka cari masalah, dan Alana yang suka membesarkan masalah.

Alvian Mahendra. Ketua kelas di kelas XII IPA 3, usil, mantan playboy, banyak tingkah. Entah mengapa bisa terpilih sebagai ketua kelas. Terkadang bijaksana dan tegas, kadang juga tidak bisa diam.

Alana mengakui, cowok itu lumayan tampan. Tapi baginya lebih tampan kakak laki-lakinya itu, sekaligus pacar sahabatnya.

Seorang gadis cantik memasuki kelas yang ditempatinya menuntut ilmu.
Ia berdiam diri di depan kelas, menonton perseteruan dua orang remaja yang tak kunjung usai sambil bersedekap dada.

Ia mendengus lalu mendekat
“kalian ga bosen apa debat terus, mending kalian saling minta maaf deh" ujarnya.

Atensi seluruh murid beralih kepadanya, ia menjadi penengah diantara dua orang itu.

Karisa menoleh ke Sandrinna “bener tuh, lebih baik minta maaf biar masalahnya cepet kelar"

“hm, gak cape apa berantem mulu” ujar Maudy.

“Dia dulu yang mulai. Ngambil buku gue gak bilang-bilang, udah narsis lagi" adu Alana ke sahabatnya itu.

“gue minta maaf, Alana” ucap lelaki itu mengulurkan tangannya ke Alana, dipikir-pikir lebih baik meminta maaf agar perseteruan mereka tidak berlanjut.

Alana menerima uluran tangan Alvian tanda memaafkan teman laki-lakinya itu.
“ya gue maafin, gue juga minta maaf ” ujarnya.

Sandrinna tersenyum tipis lalu ke meja para sahabatnya.
Alana kembali ke kursinya, begitupun juga Alvian.

“Whooaah!! Akhirnya baikan setelah se abad. Ga rame lagi deh” seru Zidan, lelaki dengan hobi mendengarkan musik dipojokan kelas itu bersorak senang. Jika seperti ini, paginya tak akan terganggu oleh teriakan Alvian dan Alana lagi.

Mendengar hal itu Allysia menghadap ke arah Zidan “ya nggak se abad juga kali, Dan" kata gadis itu yang dibalas cengiran Zidan.

Sementara itu, Caitlin menyandarkan tubuhnya di kursi kelas sembari bergumam “Yaahh, dramanya selesai dong” cemberutnya.

Karisa melirik mendengar ucapan sahabatnya itu “Temen baikan seharusnya tuh seneng, masalahnya udah selesai. Damai”

“Lo malah sedih Cait. Kalo mau nonton drama di Indosiar, bukan dikelas” sambung Maudy.

Caitlin terkekeh “seru aja" ujarnya. Dibalas gelengan kepala kelima orang itu.

Alana beralih menatap Sandrinna yang berada di sampingnya “eh San, ceritain dong kejadian yang kemarin. Kok bisa gitu" seru Alana tiba-tiba.

AREZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang