Chapter 8.

13 4 2
                                        

Malam ini, Sunha pergi mengunjungi pemakaman umum bersama dengan Sepupu wanita nya. Ia meletakkan beberapa butir bunga putih cantik di atas kedua pemakaman tersebut dan mendoakannya bersama dengan sepupunya itu, sebut saja ia Yoona.

" Jika mereka masih ada disini, aku yakin mereka akan sangat bangga padamu ha. " Jelas Yoona yang membuat Sunha tersenyum.

" Aku harap begitu, " Ucap Sunha.

Mereka pun berpamitan lalu pergi dari sana menaiki mobil sepupu Sunha untuk kembali pulang. Di perjalanan, Sunha terus memandangi foto kedua orang tuanya yang ia jadikan wallpaper layar utamanya di hp.

*****

*****Maybe, Another time?*****

Chapter 8.

< Untuk penulisan garis miring tebal ( Contoh ) menandakan kalau kejadian/ percakapan sedang dalam alam bawah sadar sunha. >

< Untuk penulisan garis miring saja ( Contoh ) menandakan kalau kejadian/ percakapan sedang dalam batin/ hati. >

Selamat membaca!

*****

Hujan turun cukup deras malam ini, mungkin di luar memang cukup tenang dan teduh. Tapi lain hal dengan rumah pak Seong hoo yang sudah kebanjiran di beberapa spot rumahnya ini.

" Aduh, kenapa aku di takdirkan tinggal sendirian begini sih? " Protes pak Seong hoo yang tengah menyimpan beberapa ember di beberapa spot yang kebanjiran. Merasa ia akan gila sebentar lagi, segera pak Seong hoo mengambil jaketnya yang ada di gantungan kamarnya lalu memakainnya dan pergi keluar rumah untuk pergi ke suatu tempat.

Dengan perlindungan dari payung merah kesayangannya, tiba tiba saja telepon pak Seong hoo berdering yang mengharuskan ia meneduh sebentar di depan toko yang sudah tutup untuk sekedar mengangkat teleponnya.

" Halo? " Saut pak Seong hoo.

" Ya Seong hoo! Pasti rumahmu kebanjiran lagi kan? " Tanya sang mama kepada pak Seong hoo yang membuatnya mendengus kesal.

" Kau benar ma, tapi itu bukan pertanyaan yang tepat untuk saat ini. " Jelas pak Seong hoo kepada sang mama di telepon.

" Makanya sudah ku bilang, cepatlah menikah dan tinggal bersama istrimu! " Tegas sang mama yang membuat pak Seong hoo semakin muram, ia paling anti di tanya soal pernikahan apalagi oleh mamanya.

" Iya iya, sudah ya ma? Aku mau pergi ke suatu tempat dulu sekarang. Iya selamat malam ma, " Balas pak Seong hoo lalu menutup teleponnya dan kembali melanjutkan perjalanannya.

Saat pak Seong hoo tengah buta arah entah mau kemana setelah ini, secara tiba tiba ada mobil hitam yang berhenti di dekatnya lalu turunlah seorang wanita yang juga memakai payung dengan warna yang sama yakni merah menghampiri pak Seong hoo yang sedang berdiri tegap di tengah derasnya hujan.

" Maaf, anda mau kemana tuan? Bisakah aku mengantar anda? " Tanya wanita itu yang seketika membuat pak Seong hoo tertegun dengan detak jantung nya yang tidak tentu. Wanita itu ialah wanita barista cafe yang ia taksir beberapa hari yang lalu.

" Ini seperti drama romace saja, " Lirih pak Seong hoo yang membuat wanita barista itu terheran.

" Maaf? " Tanya wanita barista itu memastikan.

Maybe, Another time?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang