2

1.3K 139 15
                                    

Waktu terus berjalan.

Sudah dari waktu tiga bulan terakhir ini, Hinata diajari cara menanam dan merawat kebun istana.

Sungguh sebuah keajaiban untuknya. Karena sebenarnya, sangat sulit untuk para pelayan jika mereka ingin membawa anak mereka untuk hidup di istana.

Diperlukan beberapa test, dan pengecekan latar belakang agar lolos seleksi.

Namun meski beberapa anak sudah lulus test dan pengecekan, tetap saja mereka akan gugur jika sang ratu sudah berkehendak.

Tentu saja ada peraturan aneh yang ditambahkan dari sang ratu.

Ratu dari kerajaan ini adalah seorang pemilih.

Standar yang dia miliki terlalu tinggi untuk orang yang akan ada disekelilingnya. Dan tentu saja standar yang ratu terapkan sedikit membuat jengkel bagi mereka yang sadar diri.

Bagi seseorang yang memuja kecantikan, ratu adalah orang yang benar-benar sangat selektif jika menyangkut para pelayan.

Tidak boleh ada kecacatan satupun disekitarnya. Semua harus cantik, anggun, dan santun.

Banyak yang kurang setuju dengan persyaratannya itu, namun sang ratu tidak bisa ditentang. Perintahnya itu mutlak.

Dan saat melihat Hinata untuk pertama kali, Mikoto, sang ratu, merasakan rasanya jatuh cinta kembali. Dia benar-benar terpanah melihat rupa si anak pelayan yang sangat menawan. Jantungnya berdegup brutal.

Mikoto menangkup kedua pipi bersemu itu dengan kedua tangannya. Hangat.

Mereka sejenak bertatapan.

Namun sesaat setelah melihat mata Hinata, Mikoto merasa Dejavu. Dia merasa pernah melihat seseorang dengan mata yang sama, tapi ia lupa siapa orang itu.

Tak lagi memikirkan rasa Dejavu itu, Mikoto kembali mengagumi sosok cantik didepannya. Dia membelai pipi putih pucat bersemu itu dengan lembut.

Selain selektif, Mikoto juga bukan orang yang mudah menyentuh jika sesuatu itu tidak indah.

"Ya Tuhan! Begitu indah ciptaanmu." Takjubnya dengan sosok di depannya.

Otaknya pun langsung membenarkan, Tsunade saja begitu elok rupanya tentu saja rupa seorang bidadari yang akan terlahir dari rahimnya.

Hingga dalam benaknya terbesit rasa iri. Mikoto pun menyesal, kenapa dulu dia tidak berpikir untuk memiliki seorang anak perempuan sebelum suaminya meninggal.

"Siapa namamu?" Mikoto membelai rambut sebahu si anak yang terasa halus. Ibunya begitu pandai merawatnya.

"Nama saya, Hinata yang mulia." Hinata hanya mengarahkan pandangannya kebawah, tak berani menatap wajah sang ratu karena teringat etika seorang pelayan.

Mikoto lagi-lagi merasa takjub dan gemasss, suaranya pun tak kalah indah dari rupanya.

Namun jika diteliti, meski sama-sama cantik, kecantikan ibu dan anak ini sangatlah berbeda.

Tsunade memiliki rambut pirang yang tidak dimiliki oleh orang-orang kerajaannya, karena dominan mereka berambut hitam.

Wajahnya begitu cantik dengan kesan yang merayu dan mata madu yang sayu. Apalagi tubuhnya benar-benar mengundang nafsu. Dia bagaikan seorang Dewi cinta dan nafsu. Sangat erotis.

Sedangkan Hinata berbeda.

Anak ini memiliki wajah cantik yang polos. Matanya berpendar ungu muda penuh rasa ingin tahu. Hinata juga memiliki rambut berwarna gelap, namun itu bukan hitam.

Si Cantik Milik Sang RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang